04 ; Halusinasi

15.3K 1.8K 604
                                    

Selalu ramein kolom komentar dan votenya ya supaya aku semangat buat lanjutin cerita ini di wattpad

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selalu ramein kolom komentar dan votenya ya supaya aku semangat buat lanjutin cerita ini di wattpad.

Vote dan komen gratis kok. Kalo kalian menikmati ceritanya, jangan lupa kasih feedback juga ke aku. Terima kasih♡

Happy Reading!


Sepanjang hari Bapak masih mencari informasi-informasi seadanya tentang Apta. Hari ini Bapak belum mendapatkan berita apapun, yang mana itu cukup membuatnya sedih karena hanya bisa membaca berita dari koran kemarin.

Bapak terkadang bertanya pada beberapa tetangga yang mempunyai nasib sama dengannya, tetangga yang salah satu keluarganya ada yang  belum ditemukan. Tetapi ternyata mereka tidak sama dengan Bapak, mereka tidak pernah lagi mencari-cari infprmasi apapun, mereka sudah ikhlas dan tak pernah mengungkit-ungkit kejadian kemarin.

Bapak pun sadar, mungkin untuk sebagian orang Bapak terlalu egois dan keras kepala. Tetapi Bapak berani bersumpah kalau ini semua bukan tanpa sebab. Bapak selalu bersikeras mencari informasi tentang Apta karena Bapak percaya kalau Ikatan batin antara seorang Ayah dan anak laki-laki sangat lah kuat.

Bapak percaya bahwa Apta masih ada.

Bukan hanya orang lain, tapi Khalid dan Dewangga pun sepertinya sudah lebih legowo menerima ini semua. Khalid bahkan selalu mengingatkan Bapak untuk tidak terlalu berharap soal Apta.

Tetapi Bapak sudah berjanji pada dirinya sendiri, kalau Bapak tidak akan pernah menyerah untuk terus mencari informasi keberadaan putra ketiganya itu.

Bukannya Bapak ingin membuat Khalid dan Dewangga khawatir, Bapak hanya ingin membuktikan kalau usaha yang selama ini Bapak lakukan tidak akan berakhir sia-sia.

Sore ini, Bapak memutuskan untuk tetap berdiam diri di tepian pantai. Sesekali bapak membayangkan Apta datang dan menemaninya melihat matahari terbenam. Namun sedetik setelahnya, bapak hanya bisa tertawa sumbang saat menyadari kalau Apta tidak pernah datang dan duduk di sampingnya.

Bapak terlalu Banyak berkhayal belakangan ini. Sampai terkadang Khalid dan Dewangga kesulitan memberitahu Bapak bahwa apa yang Bapak lakukan sekarang itu cukup berlebihan.

Sembari menikmati matahari terbenam, Bapak kembali tersenyum mengingat ucapan-ucapan putranya yang terdengar seperti sesuatu yang bisa kapan saja mematahkan semangatnya.

Khalid dan Dewangga benar, mungkin Bapak sudah bersikap keterlaluan karena terus menerus menggali sesuatu yang bahkan sudah lalu. Tetapi siapa yang tahu takdir akan kemana dan berpihak pada siapa, kan? Bapak tetap tidak akan menyerah.

"Bapak bisa saja dianggap sudah gila karena kelakuan Bapak yang seperti ini, Ta. Tapi Bapak lebih rela di sebut gila dari pada menyesal nantinya kalau sampai Bapak nggak melakukan usaha apa pun untuk menemukan kamu."

Laut Pasang, 1994 (SEASON 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang