mungkin, loveable

4 0 0
                                    

sedang dalam panggilan, dengan abara.

"cupu amat dek."

"berisik lu."

"lagi musuh maju, lu maju. jagoan."

"ya, wajar pemain baru bro."

"gua baru juga, tapi ga begitu."

"dih merendah untuk di injek lu ya? baru apaan? baru 15 tahun lalu?"

"lah serius, gua baru maen lagi."

"si anjing ya, artinya itu lu cuma comeback doang. kalo gua sama sekali buta."

"alibi yang murahan tapi gua terima."

vale menghela nafas kesal, "beruntung rumah lu bukan depan rumah gua."

"kalo iya?"

"kalo iya mungkin gua masuk berita atas pengeroyokan sama tetangga sendiri."

abara tergelak diseberang sana. abara mungkin suka melihat gadis itu ngomel-ngomel karena mudah merasa dongkol akan semua ucapannya.

"sok, kaya bisa marah aja."

"dih bisa anjing, lu pikir gua apaan?"

"kasar mulu mulut nya, anak gadis."

"ya maap, soal nya lu mancing."

"gua diem. tiduran malah bukan mancing."

"iya yang lu pancing emosi gua, jing."

abara kembali tergelak puas, jawaban vale sesuai dengan ekspetasi nya. emosi nya dapet banget, pokoknya.

sedang vale sibuk menggerutu, memandang pada layar ponselnya yang menyala karena ia bermain mobile legend.

"lagi gak?"

"males, lu kaya tai."

abara terkekeh, "kaya tai apa sih?"

"yaudah ayo, abis ini gua mau makan."

"makan dulu aja kalo gitu mah, jan ditunda."

"sekalian. nanti gua makan ini hp gua cas."

"ga sambilan nonton coco melon?"

semenjak kenal vale, abara tau apa bakat terpendam nya; memancing. memancing emosi, mengguncang gengsi, serta membuat gadis itu mengumpat.

abara akan selalu tertawa. gadis ajaib.

"maksud lu apa monyet? kapan gua non‐"

"sok lupa, kalo gua sempet foto. gua udah kirimin bukti nya ke lu."

"ya waktu itu mah karena muncul di timeline youtube gua, dan gua ngantuk."

"alibi yang bagus."

"ga semua omongan gua itu alibi ya, badak."

"udah buru deh match nya. sekarat ini."

"yaudah. jangan lupa nonton coco–"

"diem, sebelum gua samper lu asu."

ibu vale tidak sengaja mendengar umpatam sang anak saat ia berjalan melewati kamar si gadis dengan pintu yang terbuka lebar.

"mulut nya, dek, astaga. kaya gak takut tuhan ya kamu, gemes banget denger nya."

dengan begitu vale menyengir, "tuh, adek ga boleh ya, adek, kecil kecil ngomongnya kasar nih adek."

"diem lu, kakek. sebelum gua blokir pernapasan lu."

abara lagi lagi puas, "lu ke bawah, nanti gua susul."

"ga ada roam ini, ngab. takut sendiri."

"gapapa, baru mulai."

mereka melanjutkan permainan itu, sampai abara dan vale selesai. vale yang mandi dan makan seperti ucapan nya. sedang abara, entah mungkin ajak teman lain untuk login.

(Un)loving YouWhere stories live. Discover now