04.

8 1 0
                                    

Tengah malam Evalia terbangun dari tidurnya, dia merasakan kepalanya begitu berat.

"Kepalaku sangat pusing" Evalia terbangun, dia merasakan tangannya berat.

"Ervan?" Ervan tertidur dengan posisi duduk di kursi dan kepala di atas ranjang tak lupa tangannya yang menggenggam tangan Evalia

"Sepertinya kau kelelahan ya?" Ucap Evalia menatap Ervan, juga tangannya yang bergerak mengusap rambut tebal Ervan

Seulas senyuman terukir "saat kau pergi ke istana perasaanku ingin kau cepat kembali, sekarang kau kembali tapi keadaanku begini"

'apa dia khawatir padaku sampai tertidur pulas begini' ucapnya dalam hati hingga cengigira

Puas memandangi wajah Ervan, dia kembali teringat sosok berjubah sebelumnya. Wajahnya memucat, tangannya menjadi dingin dan gemetar.

Ervan yang menggenggam tangan seseorang yang terasa dingin pun terbangun. Dia menatap tangan itu lalu beralih ke wajah pemilik tangan.

"Eva?" Serunya melihat Evalia ketakutan

"Er_ervan ta_t_tadi, it_itu" ucapnya terbata bata

"Tidak usah di lanjutkan" suara lembut Ervan menenangkan diri Evalia, tangan Ervan mengusap lembut surai hitamnya

"Tap_tapi nanti ka_kalau kesini gimana?" Panik Evalia

Grekp

Ervan memeluk Evalia demi menghilangkan kecemasannya

"Ervan dia datang lagi?" Tanya Evalia dan matanya menatap sekeliling liat

Ervan tidak menjawab dia mengeratkan pelukannya tak lupa mengusap lembut punggung Evalia

"Dia Ervan_" belum selesai berbicara Ervan memotong

"Dia tidak ada, hanya aku di sini, hanya aku"

"Hiks Nanti dia kemari Ervan hiks" tangis Evalia seguguhan

"Sutt.... Tidak ada apa apa aku akan di sini bersama mu" ucap Ervan

"Jangan tinggalkan aku" pintal Evalia membalas pelukannya

"Tidak akan" ucap Ervan

Beberapa saat Evalia sudah puas menangis dan merasa tenang dia melepas pelukannya terhadap Ervan

"Bagaimana lebih baik?" tanya Ervan mengusap wajah bekas airmata itu

Evalia diam tapi dia mengangguk

"Sekarang tidur hari semakin malam" pintal Ervan lembut

Evalia tidak angkat bicara dia hanya menggeleng, Ervan yang peka pun mengerti bahwa gadis ini saat ini sedang dilanda ketakutan

"Tak apa aku di sini menemani mu"

Evalia pun berbaring menghadap ke Ervan dan tak lupa salah satu tangan Ervan di peluk Evalia. Ervan merasa bahwa seseorang di hadapan sudah tidur nyenyak dia juga tidur dengan kepala di ranjang Evalia

Sedangkan di sisi lain ada seseorang yang memperhatikan interaksi Meraka hingga tertidur pulas, seutas senyuman terbit di wajah yang sudah semakin menua itu.

"Ini cinta sejatinya? Pengeran akan mendapatkan ujian cinta yang lebih berat dari ini dan aku yakin jika itu terjadi tidak akan berat jika Meraka saling mempercayai" ucap Oma sea yang sejak tadi mengintip.

🌹🌹🌹

Hari berubah menjadi pagi, suara kicau burung dan cahaya matahari di sela gorden kaca itu memantulkan sinar tepat ke arah wajah Ervan yang sedang tertidur pun terbangun.

"Hmmm... Masih tidur rupanya" gumam Ervan melihat wajah damai yang terlelap

Cup

Satu kecupan di daratkan di kening Evalia yang tertidur "kebenaran nanti terungkap aku berharap kau tetap sama"

Setelahnya Ervan keluar dari kamar dan menemukan Oma sea yang sedang memasak

"Pagi Oma" sapa Ervan

"Pagi pangeran"

"Jangan panggil pangeran jika ada orang lain di sekitar"

"Maaf pange..."

"Oma sedang masak apa" Evalia tiba tiba keluar dari kamar dan masih turun dari tangga

"Nak, kenapa kamu keluar dari kamar" ucap Oma sea

"Aku bosan Oma" rengeknya

"Baiklah kamu duduk Oma siapkan makanan nya"

"Aku bantu Oma" ucap Evalia menawarkan diri

"Tidak, kamu duduk" Ervan melarang Evalia

Evalia duduk kembali ketampanannya dan memainkan ujung kaun bajunya

"Kamu denger apa tadi pas mau turun dari kamar?" Tanya Ervan

"Dengar apa?" Tanya Evalia

"Tidak" singkat Ervan dan lawan bicaranya hanya mengangguk saja.

"Oh ya aku baru ingat, ini untuk mu" Ervan mengeluarkan beberapa pakaian dari dalam tasnya dan buku

"Apa itu?" Tanyanya penasaran dan mendekati Ervan

"Wah ini sangat indah!" Pujinya pada gaun berwarna biru hanya di bawah lutut jika di gunakan Evalia.

"Dan ini buku apa?" Tanyanya membuka buku sejarah kerajaan. 

"Sejarah istana astroit?" Karena bingung Evalia menatap wajah Ervan

"Itu sejarah istana yang pernah kau lihat"

"Benarkah?" Penasaran Evalia membuka buku itu

Beberapa menit fokus pada buku dan membalik lembaran kertas itu, begitu fokus Evalia hingga saat rambut nya di jadikan mainan Ervan dia tidak sadar. Ervan mendekat kan wajahnya ke wajah Evalia dan berbisik

"Kau menyukainya?" Tanya Ervan

Evalia mematung di tempat karena terkejut dan spontan dia berbalik melihat sumber suara tetapi jarak antara keduanya begitu dekat bahkan hidung Manjung mereka bersentuhan.

Bagaimana ke adaan di sana?
Tentu hening tidak ada satu patah kata dari keduanya. Mereka masih fokus menatap mata satu sama lain dan menatap dalam mata satu sama lain.

'ihh.... Jantung gw disko!!'Panik Evalia masih dalam posisi.

Prak

Prak

Prak

Tutup panci terjatuh di ambang pintu dapur, dua orang yang bertatapan itu pun menoleh hampir bersamaan

Yang dilihat hanya tersenyum malu "maaf Oma gak sengaja, di lanjutin aja tatapannya, Oma mau masak lagi" ucap Oma sea dan berlari ke dapur

Saat sadar ada perasaan canggung dari keduanya dan memilih diam dengan pikiran masing-masing, memilih melanjutkan kegiatannya masing masing dengan posisi semula.

'seperti tersambar petir' batin Ervan asal saat merasakan sensasi tatap tadi dia pun tersenyum.

BUTTERFLY Donde viven las historias. Descúbrelo ahora