BAB 18

36 27 26
                                    

HALLO ZIFERS

APA KABAR NIH, KITA LANJUT YA BAB 18

SEBELUM LANJUT ABSEN DULU YUK "HADIR"

WAJIB FOLLOW AKUN INSTAGRAM
@wp.browniestory

KARENA SETIAP UPDATE CERITA BAKALAN DIBERITAHUKAN DI AKUN INSTAGRAM KAMI YA

BINTANGNY JANGAN LUPA DIPENCET GRATIS LOH



°°HAPPY READING°°

"apa lu liat liat terpesona kan lu sama kegantengan seorang dokter seperti saya" 

"Dih gue liat lu karena punya mata" Zifa memutar mata malas

"Kenapa gak dirumah aja lu lagian cuman minum obat segunung aja kok" Narlen duduk disamping kasur Zifa

"Enak banget lu bilang segunung doang" 

Narlen tertawa mendengar Jawaban Zifa padahal penyakit yang dia derita saat ini bukan penyakit yang biasa namun bisa bisanya dia bersikap seolah hanya penyakit biasa disel sela tertawaan dokter Narlen tangan Zifa memegang salah satu bagian kepalanya

"Kambuh lagi?" Dokter Narlen membantu Zifa berganti posisi tidurnya 

"Gak bisa ya gue minum obatnya sekarang dok" tanya Zifa masih memegangi kepalanya

"Dok?" Narlen sedikit terkejut dengan panggilan Zifa karena Narlen lebih ke orang yang tidak ingin dipanggil dokter dirinya lebih suka jika Pasien nya memanggil dengan nama

"Lu kan dokter gue ego" ujar Zifa

"No no no call me Narlen" 

Zifa tidak menghiraukan perkataan Narlen kepalanya begitu berat seolah ada yang duduk diatas kepalanya

"yang namanya penyakit kanker gak mudah kalo memang lu mau sembuh biasain dengan penyakit ini jangan terlalu dipikirin bawa enjoy aja" kata Narlen sambil memijat kepala Zifa secara perlahan lahan

"Awas aja kalo lu bilang hidup gue gak lama lagi udah muak gue dengan drama drama sinetron" sahut Zifa memejamkan mata menahan rasa sakit di kepalanya

Narlen memijat kepala Zifa hingga tertidur 

"Bebek bebek berisik amat lu" gumam Narlen sambil tersenyum

Kring Kring

Suara handphone Zifa berbunyi Narlen mengambil handphone Zifa dan melihat siapa yang menghubungi Zifa saat Narlen melihat nama kontak itu tertulis nama Elfaro Abang tukang bakso

"Tukang bakso?" Sontak saat membaca nama itu Narlen tertawa

"Serius bebek ini nyimpen nomor tukang bakso, angkat aja deh kayaknya seru" Narlen mengakat telepon dari Faro 

"Zif akhirnya lu angkat sekarang lu dimana lu gak kenapa napa kan" suara Faro seperti abis lari maraton

"Siapa" tanya Narlen

Faro mendengar yang menjawab telponnya bukan Zifa merasa bingung

"Lu yang siapa Zifa sekarang dimana kenapa hp Zifa bisa sama lu" Faro menanyakan hal yang sama 

Narlen menjauhkan handphone Zifa "apa gue kasih tau aja?" Narlen menatap wajah Zifa 

"Jangan deh" 

"Woy" Faro berteriak

"Gue teman Zifa handphone nya dititipi ke gue" jawab Narlen 

"Zifa kemana" 

"Gak tau" Narlen langsung menutup telponnya 

"Zifa suka sama Abang Abang tukang bakso?" gumam Narlen

"Levelnya rendah banget nih bebek" 

Narlen melihat jam tangannya sudah menunjukkan waktu sebelas siang "dih cepet banget siangnya" 

"Ini bebek kasih makan apa biar bisa minum obat" 

Narlen keluar ruangan Zifa bukannya suster yang membawakan makanan namun Narlen sendiri lah yang mencarikan makanan menghantarkan makanan

"Bangun kau putri tidur sudah siang waktunya makan dan minum obat" Narlen menepuk tangan Zifa

"Gak mau" 

"Gak mau hidup lu ya udah" 

Zifa terbangun dari tidurnya "gila kau mau lah aku hidup" 

"Makan kalo mau hidup" 

"Gak enak banget makanan rumah sakit" ujar Zifa

"Gak enak lagi kalu mati mendadak" timpal Narlen

Zifa menatap sinis ke arah Narlen memandangi Narlen dari atas hingga bawah

"Kenapa lu" tanya Narlen

"Gak , cuman kasian sama lu" sahut Zifa masih memakan makanan yang hambar itu

"Kasian kenapa?" 

"Jomblo kan lu" ujar Zifa 

"Iya juga ya padahal gue dokter" Narlen duduk memikirkan perkataan Zifa

"Hhhhh" Zifa tertawa keras

"gila lu nih gue ada obat orgil" Narlen memberikan obat nyamuk

"Nyamuk dirumah sakit ini gila ya" tanya Zifa

"Gak tau setiap mau diperiksa nyamuknya terbang" sahut Narlen

Suasana hening Zifa masih fokus dengan makanan nya entah kapan makanan itu akan habis jika Zifa memakannya sedikit sedikit sedangkan Narlen keluar ruangan karena ingin mengakat telpon

"Mungkin kalo gak ada dokter sialan itu sekarang aku bakalan cepat bosen" gumam Zifa tersenyum melihat makanannya

"Kapan lu bisa minum obat coba lu makan aja udah mau setengah jam" Narlen tiba tiba sudah berada di depan wajah Zifa

"Bikin gue kaget aja kalo gue jantungan gimana mau tanggung jawab lu"

"Tiga deh penyakit lu, lagian untung untung gak Malaikat maut didepan lu" titah Narlen

Zifa cepat cepat menyelesaikan makanannya dan meminum obat yang begitu banyak

"Obat ini beneran bikin gue sehat gak sih banyak bet pusing lama lama minum Mulu" ucap Zifa

"Lain kali kalo udah dikasih kesehatan gak usah sakitin diri sendiri lagi" sahut Narlen

"Gue gak sakiti diri sendiri tapi gue yang disakiti" Zifa menundukkan pandangannya meneteskan air mata

"Maksud lu" Narlen mendekat kan tubuhnya

Tak mendengar jawaban dari Zifa , Narlen mengelus rambut Zifa "kalo gak mau cerita sama gue cerita sama tuhan secara langsung mau gak"

Zifa memukul perut Narlen

"Enteng banget tangan lu" Narlen merasa kesakitan memegang perut nya

"Cemen lu gue bisa lebih kayak gitu setiap hari" jawab Zifa

"Setiap hari? Serius lu" tanya Narlen

"Ada kau lihat muka ku ini berbohong" Zifa menunjukan Wajahnya dihadapan Narlen

"Gak ada kok , tapi"

"Tapi apa"

"Bau tanah lu"

Zifa menarik napas panjang ke sabar Zifa kali ini benar benar diuji oleh seorang dokter

UDAH YA LAGI MALES MIKIRIN DOKTER SATU INI
SEHARUSNYA ZIFA SEBELUM KERUMAH SAKIT LES KESABARAN DULU

SPAM KOMEN #duniazifarah

WAJIB FOLLOW AKUN INSTAGRAM
@wp.browniestory

KARENA SETIAP UPDATE CERITA BAKALAN DIBERITAHUKAN DI AKUN INSTAGRAM KAMI YA

BINTANGNYA JANGAN LUPA DIPENCET GRATIS LOH

TO BE CONTINUED

Dunia Zifarah Where stories live. Discover now