11. Kekuarga Ezardy

Start from the beginning
                                    

Leon sekali lagi terdiam. Ya, awal-awal Aleta masuk rumah sakit, ada sedikit pengalaman yang buruk dengan perawat yang keluarga gadis itu pekerjakan. Yang kecerobohannya membuat kaki Aleta semakin memburuk dan butuh pemulihan lebih lama.

“Dan meskipun  … mama masih belum sepenuhnya rela dengan pernikahan kalian. Bagaimana pun, kau adalah kesayangan adikku dan sekarang sudah menjadi istri Leon. Dan lagi, Monica juga setuju kalau kalian tinggal di rumah, rumah kami berdekatan, jadi dia tidak perlu putar balik untuk menjemput Aleta jika kalian tinggal di apartemenmu.”

Sekali lagi alasan yang diberikan oleh Yoanna membuat Leon setuju. Pria itu melirik Aleta, menatap kaki sang istri lalu mengangguk singkat sebagai persetujuannya. Lokasi apartemennya adalah lokasi terjauh dari rumah tiga bersaudara tersebut, yang memang tujuan awal menempati unit itu untuk menyendiri dari konflik keluarga serta sang mama yang tak berhenti ikut campur urusannya. 

Anggukan tersebut mendapatkan senyum kepuasan di wajah Yoanna, yang nyaris tak mampu menahan sorak gembiranya. Ya, sejak membeli apartemen, Leon jarang tinggal di rumah. Sang putra hanya pulang setiap dua kali dalam dua minggu, dan bahkan jika sedang sangat disibukkan di rumah, pria itu hanya pulang satu kali dalam sebulan. Dan terkadang bermalam jika ia berhasil membujuk sang putra. Tak berani mengungkit masalah pekerjaan.

“Apakah hanya ini yang ingin mama bicarakan?”

Pertanyaan Leon menambah keseriusan di wajah Yoanna, yang menatap Aleta dan Leon bergantian. Mempertimbangkan apakah harus membicarakan hal ini di depan Aleta atau tidak. Tapi … Aleta jelas bukan siapa-siapa dan tak tahu apa pun tentang perusahaan.

“Tentang mega proyek.” Yoanna menatap tas kerja Leon di meja. “Bisakah kau menyerah dan membiarkan Bastian memenangkan proyek ini?”

Wajah Leon yang tampak datar seketika berubah dingin. “Mama tak perlu ikut campur …”

“Seharusnya mama memang tak perlu ikut campur, tapi kali ini berbeda, Leon.” Yoanna mencondongkan tubuhnya ke arah sang putra. “Maida mencoba bersikap licik terhadapmu. Tak hanya dengan pernikahan ini, yang dia tahu tak akan kau tolak karena kau begitu percaya diri. Tak membutuhkan dukungan untuk kerja kerasmu. Dan sejak awal, semua sudah terencana dengan baik.”

Leon bukan tak menyadari kelicikan sang tante. Dan ia bisa memahami kelicikan tersebut dengan kecemasan sang tante yang begitu bersemangat untuk menikahkan dirinya dan Aleta. “Ya, aku memahami kecemasannya. Bastian dan Anna.”

“Kau memang tak bisa menikahi Anna.”

Kerutan tersamar di kedua alis Leon dengan pernyataan sang mama yang meluncur begitu saja sebagai refleks. Gosip tentang Anna yang mengejar-ngejarnya memang bukan omong kosong belaka. Mamanya bahkan lebih risih dengan keberadaan Anna di sekitarnya ketimbang Aleta.

“Dia sepupumu,” tambah Yoanna dengan cepat. “Dan betapa tidak sopannya dia,” dalihnya lagi. “Maksud mama, tentang mega proyek dan pernikahan ini. Semua ini adalah rencananya untuk menyingkirkanmu.”

“Apa maksud mama?” Kalimat terakhir Yoanna lebih membuatnya tertarik.

“Saat kau memenangkan mega proyek ini. Kau akan didesak untuk pindah ke sana. Menjadi penanggung jawab proyek tersebut sekaligus menjadi pemimpin anak cabang di sana. Posisi itu sudah disiapkan untukmu, yang artinya kau harus mundur menjadi salah satu direksi. Saat itu terjadi, Maida akan menggunakan kekuasannya untuk mengadakan rapat pemilihan untuk menggantikan posisi Jacob.”

“Paman Jacob tidak sedang dalam posisi yang …”

“Sedang berada dalam posisi yang mencemaskan,” penggal Yoanna dengan penuh kemantapan. “Mama mencari tahunya, dari hasil cek medical tahunannya beberapa bulan yang lalu.”

Leon terdiam, satu helaan napas berhasil lolos dari celah bibirnya. Informasi mamanya kali ini memang tak akan ia dapatkan karena kesibukannya yang berkecimpung pada perusahaan. Dan ia yakin tidak ada siapa pun yang mengetahuinya. Tante Maida pasti sudah menyembunyikan semua rahasia ini rapat-rapat.

Leon melirik ke samping, menatap Aleta yang tak mengeluarkan suara sejak tadi. Ada kecemasan yang melintasi kedua manik jernih gadis itu, yang pasti ada hubungannya dengan Bastian. “Kita bicarakan ini di rumah,” ucapnya kemudian. Beranjak dari duduknya dan mendorong kursi roda Aleta ke arah pintu. Bersamaan dengan pelayan hotel yang akan membawakan barang-barang mereka ke bawah.

“Rumah?” Mata Yoanna membeliak, dipenuhi binar riang yang tak bisa disembunyikan sebelum kemudian bergegas menyusul langkah sang putra.

*** 

Saat ketiganya sampai di kediaman Ezardy, semua barang-barang Aleta sudah datang dan diletakkan di paviliun. Seperti yang diinginkan Leon karena kamar pria itu ada di lantai dua dan tak mungkin Aleta harus naik turun tangga menggunakan kursi roda. Selain itu, ini satu-satunya cara untuk sedikit membuat jarak yang ia bisa antara dirinya dan sang mama.

Jarak paviliun dan rumah utama hanya beberapa meter. Dengan satu kamar yang cukup luas, ruang santai dengan set sofa dan dapur bersih. Tetapi Yoanna mengatakan bahwa meski tinggal di paviliun, Aleta harus tetap pergi ke rumah utama untuk makan bersama keluarga. Sekaligus untuk lebih saling mengenal.

Leon tak mengatakan apa pun. Menyadari sikap sang mama yang sedikit berubah terhadap Aleta. Entah apa yang tante Monicanya lakukan sehingga mamanya tersebut sangat menjaga sikap terhadap Aleta. Yang tak lebih dari gadis cacat, yang tak memberikan manfaat apa pun pada sang mama.

Ia sangat mengenal Yoanna Ezardy. Sikap baik mamanya selalu memiliki agenda tersendiri. Tentu saja hal ini sedikit janggal di hatinya.

Bukan Sang PewarisWhere stories live. Discover now