ABM - Part [4]

Mulai dari awal
                                    

Beberapa jam kami berada di dalam mobil, perjalanan yang melelahkan. Rumah suamiku jauh dari rumahku tadi. Rumahku di daerah selatan sedangkan, rumah suamiku berada di daerah utara.

Setelah berjam-jam berada di dalam perjalanan. Akhirnya mobil kami terhenti di sebuah pekarangan luas, di depan rumah yang tak begitu besar, tetapi mewah bercat abu-abu, merah dan hitam.

Tampak beberapa pengurus rumah tangga menyambut kedatangan kami. Satu laki-laki dan wanita paruh baya, ada juga wanita seumuran denganku yang berpenampilan seperti seorang pelayan restaurant dengan rambut lurus di gerai, kemeja dan rok mini juga sepatu hak tinggi yang ia gunakan tak lupa polesan make up yang tak begitu menor.

Aku segera keluar setelah suamiku membukakan pintu mobil untukku. Mereka tampak tersenyum ramah dan sedikit menunduk. Aku pun membalas senyumannya mereka.

Tapi, setelah melihat wajahku aku bisa menangkap raut terkejut mereka akan kedatanganku. Mengapa seperti itu? Apa ada yang salah?

"Pak Jarwo, tolong bawa barang-barang kami kedalam ya," ucap Radit saat melangkah melewati mereka. Pak Jarwo menggagguk.

Aku melangkah di belakang suamiku dengan tanganku berada di genggannya. Pintu putih di depan sepertinya yang kami tuju. Setelah beehasil masuk ruangan ini sangat luas tapi isinya tak terlalu banyak, hanya ada tempat tidur ukuran King, lemari baju yang besar, seperangkat sofa dan meja nya lalu meja rias di samping kiri tempat tidur.

Radit mengempakan tubuhnya di tempat tidur, sedangkan aku memilih ke kamar mandi untuk membersihkan badan, karena perjalanan yang cukup menyita waktu, badanku jadi merasa lengket sehabis mandi tadi pagi.

Setelah beberapa menit berlalu, aku telah selesai dengan mandiku. Kini aku menemukan suamiku sudah tertidur- sepertinya, barang-barang pun sudah berada di ruangan luas ini, aku membuka koper milikku dan memilah baju yang akan aku kenakan dan pilihanku pada t-shirt berwarna putih dan hotpants warna gelap.

Setelah selesai berpakaian, perutku terasa lapar ditambah lagi bau makanan yang menggoda indra penciumanku. Aku sekilas menatap sosok laki-laki yang sedang tertidur lelap di tempat tidur. Laki-laki yang akan membimbingku kelak. Sebelum aku keluar sempat aku melihat-lihat seisi ruangan besar ini, sampai frame foto yang terbalik berada di nakas menarik perhatiaku. Aku meraih foto yang terbalik itu. Aku melihat foto seluet pria yang mencium pipi wanita, dan yang aku yakini pria itu adalah suamiku.

"Sedang apa?" Frame foto yang ku pegang hampir saja lepas dari genggamanku, aku menoleh pada Radit yang sudah terjaga entah sejak kapan.

"Eh...." Aku merasa tidak enak ketahuan melihat-lihat barang pribadinya seperti ini.

Mata Radit beralih pada frame foto yang masih ku pegang. Sesaat aku menelisik raut wajahnya. Apakah dia akan marah padaku, tetapi hingga beberapa saat aku tak kunjunh melihat sorot kemarahan dimatanya, dia bangkit ke arahku. "Itu aku dan pacarku, simpan lagi pada tempatnya," ucapnya datar tanpa aku bertanya.

Karena aku tak mau mencari masalah. Aku hanya menurut, menyimpan lagi frame foto itu seperti semula. Aku sudah tau itu pasti pacarnya, entah kenapa aku merasa sakit hati mendengarnya. Bagaimana bisa ia mengatakannya dengan raut wajah polos seperti itu? Aku memang tak punya perasaan padanya tapi setidaknya dia sudah menjadi suamiku sekarang. Dan dengan entengnya dia bilang itu pacarnya dan meyuruhku untuk menyimpannya kembali lagi. Jiwa pemberontakku tiba-tiba saja ciut jika menghadapinya. Kenapa seperti ini?

"Jadi lain kali kau jangan pernah lagi kau menyentuh barang-barang pribadiku. Apa kau mengerti?" ucapnya masih dengan raut wajah datar. Diraihnya foto itu dan membenarkan posisinya yang tergeletak.

The Second Time (Aliza Bad Marriage) TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang