"Nah, selesai." Bora berkata, tersenyum saat Taehyung mencium kening dan pelipisnya.

"Hari ini aku akan bicara dengan Ibu." Taehyung menahan pinggang Bora pakai satu lengan, melihat raut wajah sang istri berubah secepat detik jam menjadi pasi. "Tidak ada surogasi langsung apa lagi pernikahan. Kalau memang kita ingin memakai Ibu pengganti, aku hanya menyetujui pakai cara gestasional."

"Ta-tapi—"

"Tidak ada negosiasi, Han Bora. Ini sudah final."

Tak ada kalimat sanggahan yang bisa Bora gunakan untuk mematahkan pernyataan Taehyung, pria yng kini memeluk seraya mengangkat tubuhnya turun dari bangku. Taehyung memandangi dirinya lembut dan hangat, cara pandang yang tidak pernah berubah sedari dulu. Seolah-olah Taehyung akan mati, jika mengalihkan pandang darinya dan hal itu membuat Bora berdebar.

"Jangan pernah lagi berpikir memintaku menikah dengan orang lain, tidak ada hal-hal seperti itu di dunia nyata. Kau mengerti?"

Bora mengangguk samar, meskipun dia tidak terlalu yakin dengan dirinya sendiri.

"Aku tunggu di bawah. Jangan dandan terlalu cantik," tukas Taehyung sambil tertawa kecil, lalu keluar lebih dulu untuk menyiapkan sarapan.

Sepeninggalan Taehyung Bora duduk di depan meja rias, memoles makeup tidak bersemangat. Pikiran Bora melayang-layang, pandanganya terpaku pada sosok di kaca. Berbagi kegundahan pada satu-satunya sosok yang bisa memahami dirinya, ketakutannya, kecemasan akan fakta Ibu mertua yang sedang berusaha mengambil Taehyung dari hidupnya.

Ibu akan merebut Taehyung darimu dengan bantuan gadis itu, Bora berkata pada diri sendiri.

Ya, Taehyung bisa saja tidak setuju dan menentang, tapi dia yakin Minjung tidak akan menyerah begitu saja, mencari akal untuk mengambil suaminya dengan cara apa pun.

Ingat, gadis itu jauh lebih muda dan cantik. Semua pria sama saja, pada akhirnya Taehyung akan lebih memilih gadis yang bisa memberinya keturunan dan meninggalkanmu, Han Bora.

"Ti-tidak!" Bora buru-buru beranjak dari kursi sampai dengkulnya tersandung meja, menahan rasa ngilu di antara usaha menjauh dari bayangannya sendiri.

Bora bergegas menyambar tas dan sepatunya lalu keluar dari kamar, berjalan cepat sebelum dia berlari di sepanjang menelusuri tangga sampai selasar rumah yang terasa sangat panjang. Bora ingin berteriak memanggil Taehyung tapi suaranya tidak keluar, sementara bayangan gelap itu semakin mengejarnya.

Bora menoleh ke belakang, lalu saat dia mengarah ke depan lagi, sepasang lengan yang dikenali oleh indra kesadarannya sudah merengkuh dirinya protektif.

"Hei! Sayang, hati-hati. Kenapa kau senang sekali menabrakku pagi ini?" ucap Taehyung, masih memegangi Bora yang nyaris menabraknya saat baru keluar dari pintu dapur.

"Ah, itu—aku buru-buru." Bora berusaha tersenyum selagi menjauh dari Taehyung, dia duduk di kursi makan lalu minum satu gelas air. Masih terlalu pagi mengeluhkan kecemasannya pada Taehyung, lagipula Bora tidak ingin menyusahkan suaminya yang kelewat sering direpotkan hampir 24 jam.

Taehyung membuat dua roti panggang dengan selai alpukat dan madu, menambahkn potongan tomat cherry untuk Bora dan potongan telur rebus untuk dirinya sendiri. Sepanjang sarapan dia memperhatikan jari-jari Bora gemetaran, dia menjauhkan garpu yang dipegang Bora tanpa kata lalu menggenggamnya.

"Hari ini selesai jam berapa?" tanya Taehyung, masih memegangi tangan istrinya.

"Aku sedang menyiapkan Cover untuk bulan depan, belum tahu selesai jam berapa. Aku pulang sendiri, tidak usah dijemput." Bora berusaha melepaskan tangannya dari Taehyung, tapi tidak berhasil. "Taehyung, aku tidak apa-apa," tambahnya, setelah itu barulah Taehyung melepaskan genggaman tangannya.

Winter ScentWhere stories live. Discover now