Bab 3 namanya Nathaniel

6 1 0
                                    

Aku berteriak "apa aku boleh masuk?"

Makhluk itu menampilkan ekspresi wajah yang aneh sekaligus bingung denganku.

Dalam beberapa detik pintu rumah tua itu berderit terbuka, menunjukan isi rumah yang kelihatan lembab dan kotor.

Aku berjalan masuk sambil kembali berteriak "terimakasih ya.."

Rumah ini luas sekali hanya gelap saja sih, suasana rumah ini mengingatkan aku pada Malfoy Manor di film Harry Potter, tepat pada tangga rumahnya yang melingkar aku berhenti melangkah karena agak ragu.

Tiba-tiba dalam sekejap sosok yang tadi kulihat telah datang didepanku dengan wajah pucatnya dan mata yang semua memutih.

Aku agak memundurkan sedikit wajahku agar tidak bertubrukan dengan wajahnya, sambil mengernyitkan dahi aku menatap dirinya.

"Wat wil je?" Ucapnya garang.

"Sorry sir, i don't speak France. Can you speak English please" balasku.

Dalam sekejap pupil matanya muncul dari yang tadinya putih semua, wajahnya juga sedikit memerah dan aku bisa melihat ada freckless di pipinya. Wajahnya jadi terlihat tampan.

"Aku bisa bahasa Melayu, lagipula itu bahasa Netherlands" ucapnya sambil memutar bola mata, terlihat kesal.

"Oh bagus" ucapku "kamu tahu ini dimana?" Lanjutku.

"Di Batavia" jawabnya.

"Ini Jakarta, bukan Batavia lagi" bantahku.

"Kapan nama Batavia itu berubah?" Tanyanya.

"Meneer, sejak kapan anda tak keluar rumah?" Tanyaku sinis.

"Terakhir kali tahun 1857" ucapnya santai.

Astaga, itu sudah lebih dari satu setengah abad yang lalu, makhluk ini tak pernah keluar rumah semenjak satu setengah abad yang lalu. Ini gila.

"Meneer, anda sudah tidak keluar rumah sejak satu setengah abad lamanya. VOC sudah lama bangkrut, meneer" ucapku.

Matanya yang berwarna hijau itu melotot kearah ku "yang benar saja?" Ucapnya.

"Terserah Lo" ucapku remeh.

"Namamu siapa?" Tanyanya.

"Gua Afsheen" balasku

"Gua itu apa?" Tanyanya.

"Gua itu aku, Lo itu kau atau kamu whatever" ucapku. Ia mengangguk angguk, bagaikan mengerti saja.

"Namaku Nathaniel, senang bertemu denganmu Asfin" ucapnya sambil tersenyum.

"Namaku Afsheen, please!!"

🌧️

Setelah bercerita tentang apa yang terjadi padaku Nathaniel termenung cukup lama. Wajahnya ketika serius cukup menarik untuk dipandang.

Mata hijau dengan rambut Brunette dan jas rapih walau modelnya agak kuno, astaga laki laki ini bisa menjadi bintang film sekarang. Sayangnya dia hantu.

"Gua tadinya mau nanya lu, soalnya lu keliatan lebih berpengalaman tentang dunia astral macam ini, eh ternyata lu gak pernah keluar rumah. Hantu introvert lu dasar" ucapku.

"Intro-"

"Udah ya Nathan, gak usah ditanya introvert itu apa" selaku.

Wajahnya polos juga terlihat cerdas disatu waktu, membuatku semakin penasaran dengannya.

"Umur lu berapa, Nathan?" Tanyaku.

"Tolong panggil nama lengkap, Natahaniel, jangan disingkat Nathan, itu menjengkelkan" rengeknya.

"Tapi susah disebut, kayak kepanjangan aja gitu, Nathan aja ya?" Pintaku.

"Baiklah, kau yang pertama memanggilku Nathan" ucapnya " dulu waktu aku masih hidup orang-orang juga agak susah menyebut namaku, katanya namaku terlalu panjang. Nama saudaraku yang lain juga mudah diingat, hanya aku saja yang namanya terlalu inggris kata orang-orang" lanjutnya.

"Aku masih ingat nama ayahku Albertus dan ibuku Judith, nama yang mudah diingat, nama saudaraku yang lain juga Johan dan Hanne, mudah diingat. Tapi namaku sedikit sulit" ucapnya.

Ternyata hantu ini banyak omong juga ya.. Nathan, Nathan.

"Aku lahir di Netherlands tahun 1838, jadi berapa umurku sekarang?"

"185 tahun, astaga Nathaniel, kau tua sekali" ucapku kaget.

Nathaniel memutar bola matanya kesal.

How could?Where stories live. Discover now