01

50 4 0
                                    

Alasan Sora memilih klub literasi adalah:

Satu, nggak banyak murid yang mendaftarkan diri sehingga tidak membuat antrean pendaftarannya sepanjang kereta api.

Kedua, Sora menyukai buku dan ketenangan. Perpustakaan, aroma buku, teman-teman yang suka buku adalah perpaduan sempurna yang nggak ada duanya.

Ketiga, dia nggak harus banyak bicara basa-basi dengan orang seperti klub atau ekskul lainnya. Paling mentok, pembicaraan antara Sora dan orang lain adalah tentang peminjaman dan pengembalian buku. Itu saja kalau ada yang memang ingin ditanyakan, kalau tidak ada, maka tidak perlu basa-basi lebih lama. Bukannya apa, Sora ini canggung sekali kalau dekat dengan orang baru. Basa-basi bukanlah keahliannya, tapi dia harus punya kemampuan itu untuk berteman. Fyuh, melelahkan sekali untuk orang introvert yang kalau diajak ngobrol sama orang baru bawaannya pengin cepat menyingkir saja karena nggak tahan dengan suasana canggung antara mereka.

Pembina klub literasi adalah Bu Nana, salah satu guru honorer muda yang seringkali jadi tempat curhat anak-anak. Bukan hanya saja anak-anak klub literasi yang curhat pada Bu Nana, tapi di luar klub literasi, dari kelas 10 sampai 12, satu-dua anak selalu ada yang nongkrong di perpustakaan sekadar curhat pada Bu Nana yang ibarat kata seperti kakak kandung mereka. Teman-teman satu klubnya sudah pada curhat sih sama Bu Nana, bahkan dekat sekali dengan beliau, kecuali Sora dan satu anggota lainnya bernama Yugi. Dia adalah lelaki pendiam yang hanya bicara seperlunya. Dan Sora akui kalau dia terpesona dengan Yugi saat pertama kali Bu Nana mengumpulkan mereka di perpustakaan sepulang sekolah untuk perkenalan sesama anggota klub. Yugi punya mata yang besar dan tajam. Bibirnya tipis, hidungnya mancung, badannya tegap tinggi seperti seorang atlet, rambutnya dipotong cepak tapi tetap kelihatan kalau rambutnya memang lebat, wangi, auranya misterius--bikin beberapa cewek penasaran dengan Yugi. Walaupun Yugi bukanlah anak yang banyak bicara, tapi dia bukan anak yang susah didekati, setidaknya itu adalah pendapat teman-teman klub literasi yang sudah mulai mengobrol dengan Yugi, sementara Sora yang malu untuk mengobrol dengan cowok itu, juga Yugi yang nggak akan ngomong kecuali ditanyai sesuatu, membuat Sora masih meragukan pernyataan itu.

Entah ide dari mana, teman-teman klub literasi malah--sepertinya--dengan sengaja menempatkan Yugi dan Sora pada jadwal jaga perpustakaan di hari yang sama, yaitu Kamis. Sora sudah bertanya pada Bu Nana, tidak bisakah dia ganti partner saja--siapapun itu asalkan jangan Yugi, karena Sora masih canggung dan malu padanya, tapi Bu Nana menjawab dengan enteng kalau itu memang rencana Bu Nana untuk membuat keduanya mengenal satu sama lain dan di kemudian hari bisa saling mengobrol walaupun enggak banyak. Masa sih, teman satu klub, kamu nggak akrabnya sama Yugi doang? Dan Sora menimpali dalam hati, ya masa gue harus akrab sama semua orang? Gue sama Yugi sama-sama pendiam gini, gimana bisa akrab coba. Tapi karena malas berdebat lebih panjang, Sora pasrah saja. Lagian ya, Sora, Yugi nggak ada protes tuh ke saya minta ganti partner. Siapa tau dia terima-terima aja dapat partner kamu. Gapapa. Yugi nggak susah diajak berteman kok kalau kamu mau usaha. Ini kan juga bisa jadi ajang pembelajaran buat kamu supaya nggak terlalu canggung dan malu kalau ketemu sama orang baru. Kemampuan bergaul kamu harus terus diasah lho, Sora. Nantinya kamu akan hidup di tengah masyarakat. Jangan terlalu takut buat kenalan ya.

Sora membuang napas pelan lalu memandang ke arah jendela perpustakaan. Hujan deras di luar sana. Pasti tidak banyak yang ke perpustakaan. Dia melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Ini juga. Partner macam apa yang telat setengah jam? Katanya, merutuk dalam hati karena Yugi belum juga datang. Padahal pekerjaan mereka cukup banyak hari ini, yaitu menata buku-buku yang sudah dikembalikan tadi pagi ke rak-rak sesuai dengan kategori bukunya. Juga, mereka harus mencatat dan memberi nomor pada buku-buku sumbangan yang baru datang. Tiga dus besar pula!

Terpaksa, Sora menata buku-buku yang sudah dikembalikan oleh para peminjam di rak-rak buku lebih dulu--untungnya tidak terlalu banyak jumlah buku yang harus dikembalikan ke raknya semula. Setelah Sora selesai dan kembali ke mejanya untuk mengerjakan pekerjaan selanjutnya, saat itulah pintu perpustakaan terbuka dan menampilkan Yugi dengan seragam yang basah di beberapa bagian, rambutnya juga.

"Maaf telat," katanya.

Sora hanya mengangguk kaku sebagai jawaban. Gadis itu memilih mengangkat salah satu dus untuk dipindahkan ke meja panjang supaya bisa lebih mudah dicatat, namun karena terlalu berat, Sora memilih menggeretnya dengan perlahan. Bantuan datang. Yugi dengan santai mengangkat dus itu kemudian meletakkannya di atas meja. Begitu juga dengan dua dus sisanya. Sora terpaku sejenak, lalu cepat-cepat mengembalikan dirinya pada realita. Dia mengambil buku khusus untuk mencatat buku-buku baru yang masuk.

"Gue yang nyatet, lo yang dikte." kata Sora.

Yugi mengangguk. "Nanti gantian, biar nggak capek." Giliran Sora yang mengangguk sebagai jawaban.

Suasana masih canggung, tapi Sora memilih tidak memedulikannya. Dia ingin cepat-cepat menyelesaikan pekerjaan ini lalu pulang.

That BoyWhere stories live. Discover now