28

466 79 5
                                    

Alma tidak menyangka mereka akan bertemu lagi. Dan lelaki ini yang menyelamatkannya dari kejadian mengerikan tadi pagi. Entah kenapa yang tadinya ia takut sekali tetapi sekarang hatinya membuncah senang bisa bertemu lagi dengan sosok pria ini. Alma semakin penasaran dilihat dari wajahnya pria ini terlihat baik dan ramah. Apa dia benar adalah ayah kandungnya?

"Terima kasih sudah menyelamatkanku."

"Sama-sama. Kuharap kau bisa lebih berhati-hati lagi. Takut kejadian seperti ini terulang kembali."

Pria tua itu kemudian bangkit dari brankar mengambil jasnya yang berlumuran darah. Lalu berpamitan karena ia harus segera pergi dari sini.

"Kalau begitu saya permisi."

"Tunggu Tuan."

Belum sempat Dadvar melangkah keluar suara Alma terdengar menghentikan. Ketika berbalik ia melihat wajah wanita itu terlihat ragu untuk mengatakan sesuatu.

"Ya, ada apa?"

"Untuk rasa terima kasih saya. Bolehkah saya mengundang Anda makan malam di rumah kami malam ini?"

Dadvar terdiam sejenak. Lalu mengangguk dengan senyuman.

"Tentu aku akan datang."

Alma tersenyum semringah saat mendapati Tuan Dadvar tidak menolak ajakannya, masih menatap pria tua bertubuh tinggi itu keluar dari pintu kamar rawat pasien, namun senyuman itu seketika menghilang saat Abi berkata dengan penuh kebingungan.

"Bukannya kamu tidak bisa makan nasi. Bagaimana caranya kamu menemani Tuan Dadvar makan. Yang ada nanti malah muntah Tuan Dadvar bisa saja tidak berselera lagi melanjutkan makan malamnya."

Nyonya Listya yang menyadari raut murung Alma langsung mencubit perut Abi. Memelototi anaknya kenapa harus berkata seperti itu pada wanita yang sedang hamil, itu akan menjadi masalah besar karena wanita hamil kebanyakan lebih sensitif dari seekor betina di musim kawin, sedangkan Abi menatap ibunya dengan wajah datar menurut Abi tidak ada yang salah dengan perkataanya.

Nyonya Listya buru-buru mengatur kursi roda untuk mendekati Alma. Menangkup tangan dingin menantunya dengan lembut.

"Kenapa? Mama lihat kamu seperti mengharapkan sekali pria tadi datang?"

"Aku hanya ingin mencari tahu Ma. Apa dia ayahku atau bukan? Dan sepertinya benar kata Mas Abi. Karena mual yang aku alami, makan malam itu pasti berantakan."

Kening Nyonya Listya terlihat kebingungan mendengar ucapan Alma yang mengatakan jika Dadvar ayahnya atau bukan. Mengingat kembali wajah Dadvar dan memang ada kemiripan di wajah mereka pantas setiap melihat foto dia di majalah bisnis seperti pernah melihat seseorang. Ternyata orang itu Alma, ya wajah mereka tidak bisa dibedakan hanya bentuk hidung dan bibirnya yang berbeda untuk seluruh permukaan wajah sangat persis. Sebelumnya Listya mau pun Dadvar pernah bertemu dan itu sudah lama sekali. Saat ia masih bugar, kalau tidak salah Dadvar diperkenalkan oleh teman sosialitanya sebagai suami dari wanita itu.

Apa mungkin jika Alma adalah anak Dadvar, Katrina juga adalah ibu kandung yang telah membuangnya? Tetapi kenapa mereka harus membuang bayi tak berdosa, sedangkan hidup mereka sudah bergelimang harta dan mampu membesarkan anak dengan baik.

Nyonya Listya mencoba membuat Alma tersenyum. "Mama pikir kamu tidak akan mengacaukannya. Karena keinginanmu untuk mencari tahu kebenaran orang tua kandungmu lebih besar dari keinginan untuk muntah. Sebelum makan malam nanti usahakan saja minum minuman yang hangat seperti minuman jahe. Mama yakin bisa sedikit meredakan mual."

Dan berhasil ucapan Listya membuat kedua bibir Alma melengkung ke atas. Wanita itu mulai mengangguk antusias.

"Baik Ma. Aku akan coba saran Mama."

Listya ikut bahagia melihat Alma seantusias ini. Selama ia bersama Alma sering ia mendengar keinginan Alma untuk mengetahui jati diri yang sebenarnya. Anak siapa dia? Dan apa alasan kedua orang tua membuangnya?

Dan ia harap Alma bisa mendapatkan jawabannya di malam ini.

***

Dadvar menyuruh Orman masuk. Lalu mulai menanyakan perihal kejadian tadi pagi. Saat ini ia tengah terduduk di atas kursi kebesarannya. Ia hanya memakai kemeja yang sudah diganti karena kemeja yang ia pakai sebelumnya penuh noda darah. Ia membiarkan lengan kemejanya di gulung sampai siku. Agar luka yang dibalut perban itu tidak tergores pakaian yang ia kenakan. Tatapan Dadvar langsung menajam saat Orman mendekat ke arahnya.

"Apa kau yang merencanakan kejadian tadi?"

Orman tahu Tuannya kali ini tidak menyukai hasil kerja yang berantakan. Tetapi demi Tuhan bukan dia yang merencanakan penusukan itu.

"Tidak Tuan rencana itu bukan rencana yang saya susun. Saya hanya membantu Tuan bertemu dengan nona Alma secara tidak sengaja di super market."

"Jadi sosok yang ingin mencelakai putriku tadi bukan salah satu rencana kita."

"Bukan Tuan." Orman juga kaget dengan kejadian yang tak ia sangka. Ia langsung mencaritahu informasi sosok misterius itu, entah siapa yang mengiriminya dan baru saja ia menemukan jawaban dalang dari semua kejadian ini. Karena itu ia kemari ingin memberitahu langsung Tuan Dadvar soal sosok tersebut.

"Siapa pelaku sebenarnya. Apa ada yang menginginkan kematian Alma selain aku?"

Dadvar tidak tahu siapa orang yang menyewa jasa pembunuh itu. Dari dulu ia mencari keberadaan anak kandungnya untuk melenyapkannya dari dunia ini. Anak itu tidak boleh hidup dan menghacurkan kejayaannya.

Dadvar tidak mau anak haram bersama seorang pelacur tercium oleh istrinya. Ia mendapatkan semua asset kekayaan ini dari warisan keluarga istrinya. Jika sampai Katrina tahu ia berkhianat di belakangnya dan menghasilkan seorang anak maka istrinya akan murka dan ia bisa saja kehilangan semua ini. Dan Dadvar tidak mau itu terjadi.

"Kamu sudah menyelidiki semuanya Orman?"

"Sudah Tuan. Saya sudah menemukan siapa dalang dari kejadian tadi pagi."

"Siapa?"

"Elvina."

"Apa? Wanita itu?"

Kedua mata Dadvar mengkilat tajam saat mendengar nama Elvina disebut sebagai dalang. Sialan! Jadi gara-gara wanita itu ia sampai mendapatkan luka serius di sebelah tangannya seperti ini.

"Elvina sengaja merencanakan semua ini. Saya rasa untuk merebut kembali Abimanyu karena lelaki itu mantan suaminya. Informasi yang saya dapatkan juga. Jika Elvina dulu pernah menjalani hubungan terlarang dengan ayah mantan suami nya. Mungkin saja mereka bercerai karena itu."

"Cih wanita itu sama jalang dengan kakaknya."

Dadvar tidak menyangka Elvina sama murahnya seperti sang kakak. Pantas saja Abi lebih memilih Alma sekarang mungkin saja pria itu tahu kebusukan wanita itu bersama ayahnya. Tetapi sayang, ia harus merengut kebahagiaan Abi karena ia menginginkan nyawa putrinya sendiri. Tidak peduli dia anak kandungnya. Alma harus tetap menghilang dari muka bumi ini. Sebelum Katrina mengendus semua pengkhianatan yang pernah ia lakukan bersama Dona. Untung saja wanita itu pergi lebih dulu. Dan hidupnya selama ini berjalan aman. Ia sengaja membohongi Dona dengan bilang ia masih bujangan belum pernah menikah. Ia tidak bisa bertanggung jawab karena orang tuanya yang kaya tidak bisa menerima seorang gadis miskin bekerja sebagai pelacur pula menjadi bagian keluarga ningrat mereka.

Alasan itu hanya omong kosong yang sudah ia rangkai dengan baik. Karena yang sebenarnya terjadi ia tidak ingin istrinya Katrina tahu tentang perselingkuhannya dengan Dona.

Tatapan Dadvar kembali mengarah ke arah Orman. Lalu mengatakan rencana selanjutnya.

"Atur waktu untuk bisa bertemu dengan Elvina. Dan kali ini jangan sampai wanita itu kabur lagi. Aku harus berbicara dengan Elvina secepatnya."

Bersambung...

Ebook lengkapnya sudah tersedia di playbook.

Hatimu Untuk Siapa?Where stories live. Discover now