RASYID SEBENARNYA

Start from the beginning
                                    

"Atas dasar keinginan gue, dan demi hidup mati gue supaya Mama gue punya menantu."

"Aya akan menikah sama saya."

"Emang Aya mau?"

"Mau atau tidak, harus mau."

"Lo siapa main ngatur hidup Kayara?" Rasyid maju ke arah Samuel, tatapannya benar-benar beda dari biasanya. "Meskipun lo pernah berjuang sama Kayara, lo nggak bisa ngatur hidup Kayara. Lagian, kalian udah putus. Udah jadi mantan. Udah kandas. Udah kagak saling cinta, dan kagak saling sayang. Putus, tus, tus. Kandas. Oke?"

"Jangan kurang ajar kamu. Saya menghargai kamu, karena kamu sepupu Dokter Sasi."

"Gue juga menghargai lo, karena lo kerja di rumah sakit milik teman gue. Mau apa lo?"

Sekuat apapun Kayara menahan tawa, tetap saja susah. Rasyid di ajak ribut, ya ibarat hobby. Lihat saja, matanya sampe melotot. Belum lagi berkacak pinggang dengan gaya songong.

"Rasyid Ahmad." Suara pria yang sejak tadi diam memperhatikan Rasyid. Dan Rasyid jadi bingung. Masalahnya Rasyid tidak mengenal pria tersebut.

"Kok, Om tau nama saya? Wah jangan-jangan nama saya udah terkenal, ya."

"Kebetulan saya dulu sering bertemu papa kamu" Rasyid mengangguk tersenyum, dia juga tidak melupakan untuk sekedar menyalami pria paruh baya di samping Kayara itu. "Apa kabar dengan kakak kamu?"

"Mas Wahyu? Aman, sehat. Anaknya udah dua, makin jaya juga tuh perusahaan. Kebetulan juga ada om Kenzo yang bantu, jadi makin jaya, jaya, jaya."

Sudahlah kalian menutup wajah untuk sekedar menahan malu? Kayara sedang melakukan hal tersebut karena sudah tidak bisa lagi untuk tidak tertawa.

"Saya dengar papa kamu meninggal karena kakaknya? Wah, hebat sekali keluarga kalian, saling bunuh membunuh."

Rasyid menarik Kurisi, lalu menarik Kayara agar duduk di samping pria yang tak lain adalah ayah Samuel. Kemudian dia juga ikutan duduk di samping Kayara, jadilah Rasyid duduk di tengah.

Samuel? Dia berasa di bodohi kalau seperti ini. Mengapa jadi dia yang duduk di samping Rasyid. Sepertinya Rasyid sengaja duduk di antara dia dan Kayara.

"Rasyid, pulanglah. Saya tidak ada urusan sama kamu." Ucap Samuel yang sudah mulai geram dengan kehadiran Rasyid ini. Rencananya akan hancur kalau Rasyid terus ada di dekat Kayara.

"Lo diem Dokter songong." Jawab Rasyid dengan suara datar. "Maaf Om, saya juga pernah dengar. Tapi ya, ini sih udah viral banget. Benar nggak sih Om, adik Om tuh sekarang jadi tukang gorengan gitu? Karena warisan hak dan milik dia di ambil kakaknya. Ih ngeri banget yakan?"

"Kamu, pergilah. Kami tidak ada urusannya dengan kamu." Ratih, istri sekaligus ibu tiri Samuel sudah siap siaga untuk menyerang Rasyid.

"Ih tante, saya dengar juga nih. Tante nikah lagi, pas suami tante belum seminggu di makamkan. Serem banget."

"Jangan macam-macam kamu, jaga ucapan kamu."

"Ada lagi tante, ada anak remaja di usir dari rumah milik orang tuanya. Terus harta si anak itu, di jual sama tante Ratih. Ih serem banget itu. Pasti uangnya langsung busuk di dalam perut."

Rasyid sudah mulai ngaco, bicaranya juga sudah melantur. Kayara harus segera menghentikan obrolan ini sebelum keluarga Samuel mencari tau jati diri Rasyid.

"Bang Rasyid." Semua menoleh, tentu saja penasaran siapa yang mengganggu Rasyid yang asik gibah. "Ada polisi di depan, katanya mau ketemu abang."

"Ya ampun Syarief, kan lo tau gue lagi ngobrol." Rasyid menatap ke arah papanya Samuel. "Oh, Om yang panggil polisi? Ya ampun Om, saya jadi terkesan ini."

"Gimana bang?"

"Pintunya udah lo pesan?."

"Udah, besok di pasang katanya."

"Bilang polisinya, suruh datang ke sini. Ajakin masuk, jangan lupa pesenin minum."

"Oke."

Kayara menggeplak bahu Rasyid, saking geregetan. Orang seperti Rasyid ini benar-benar minta di pites Kayara.

"Apa sih, Ay? Main tabok mulu kerjaan lo."

"Bisa santai lo?" Rasyid mengangguk dengan enteng. Lagipula harus bagaimana? Nangis? Jelas mana mungkin. "Itu polisi mau ketemu sama lo."

"Makanya gue minta Syarief suruh ajak masuk. Kurang sopan?"

"Temui dulu bego."

"Males." Samuel menatap Rasyid penasaran. Mengapa begitu santai ketika ada Polisi yang mau bertemu dengannya. Bahkan Rasyid tanpa sungkan menyuruh untuk masuk.

Siapa sebenarnya Rasyid.

"Maaf, kami ingin menemui atas laporan bapak Herman." Dua polisi datang langsung mengatakan niatnya datang ke lokasi tersebut. Rasyid? Langsung menoleh dengan cengiran khas miliknya.

"Gue." Katanya dengan wajah tanpa dosa. Sedangkan Kayara menghela napas berat. Dia melupakan fakta bahwa Rasyid tentu saja santai menghadapi polisi, apalagi polisinya sahabat sendiri.

Siapa?

Tentu Ogi.

"Lo bikin masalah?" Tanya Ogi langsung pada intinya. Padahal Ogi sudah semangat untuk menangkap orang yang membuat keributan, begitu laporannya.

"Gue nendang pintu kaca, pecah deh."

"Gara-gara?"

"Kagak boleh masuk sama orang yang laporin gue. Padahal gue mau ketemu Aya, salahnya di mana?" Ogi menatap Kayara, lalu menatap orang-orang yang duduk santai. "Masa mau ketemu Kayara kagak boleh? Masa mau pesan makanan, kagak boleh di dalam? Masa gue salah? Salah apa gue? Salah kaca yang rapuh. Gue mah selalu benar."

"Bagaimana kalau cek CCTV-nya?" Usul salah satu teman Ogi yang dia bawa. Tarik napas, buang napas. Kalau saja Ogi tau siapa yang akan dia temui, pasti sudah akan dia tolak dengan seribu jawaban.

Rasyid loh pelakunya?

Mana bisa di tangkap. Ogi tau betul Rasyid, dia tidak akan gegabah kalau tidak tau resikonya. Pasti Rasyid sudah memikirkan resikonya kenapa dia bisa bertindak gegabah. Ogi yakin, Rasyid sudah tau ending dari permasalahannya. Salah Ogi langsung pergi tanpa bertanya, siapa nama orang yang mencari keributan. Buang-buang waktu Ogi kalau begini.

"Cek aja, paling udah di hancurin bawahan Om Herman. Yakan Om?" Tanya Rasyid menatap ayah Samuel yang semakin geram dengan sikap Rasyid.

"Lalu bagaimana?"

"Minta video CCTV ke Syarief, langsung di kirim pasti." Kayara memberikan acungan jempol pada Rasyid. Tanda memuji. "Kenapa Om? Keren kan? Ya iyalah, Rasyid gitu loh."

Samuel masih menatap Rasyid, rasa penasaran dalam dirinya semakin menggebu. Ini tidak  bisa di biarkan. Ayahnya yang punya banyak akses untuk kekuasaan, kalah oleh Rasyid.

Rasyid pria yang tidak jelas asal-usulnya. Yang Samuel tau, Rasyid sepupu Sasi. Akan tetapi Rasyid adalah pria yang memiliki banyak kuasa. Sepertinya Samuel harus mencari tahu.

RASYIDWhere stories live. Discover now