CALON PACAR

380 72 9
                                    

Keduanya masih terdiam setelah Kayara benar-benar menolak nasihat Rasyid. Dan Raysid pusing mau jawab apa. Orang egois susah di kalahkan dengan kata-kata. Maka dari itu Raysid diam saja. Takut salah ucapan.

"Gue kerja dulu." Kata Kayara tiba-tiba memecahkan keheningan. Tapi memang niat Kayara mau bekerja. Berhubung masa skors dia sudah selesai, maka Kayara kembali lagi bekerja di tempat yang sama.

"Gue anter deh."

"Nggak usah."

"Mumpung gue nganggur."

"Emang selama ini lo kerja?"

"Kagak." Kayara menjitak kepala Raysid dengan geregetan. Kadang emang Rasyid ini bisa bikin Kayara kesal. Bukan kadang, sering malah. "Mau ke mana lo?"

"Tadi gue udah ngomong setan!!" Raysid meringis mendengar teriakan Kayara. Manusia kayak begini, lawan Rasyid sekali.

"Oh maaf, gue cuma ngetes lo." Kayara melirik dengan tatapan kesal. "Kali aja lo pikun."

"Usia yang lebih tua, lo."

"Artinya?"

"Semakin bertambah usia, semakin pikun."

"Teori ngada-ngada."

"Berisik. Kalau mau antar gue, cepetan."

"Tadi nolak." Lalu Kayara berbalik badan, ia menatap Rasyid jengah. Nah, kalau sudah seperti ini rasanya Kayara ingin menjambak mlut Rasyid.

"Jadi antar gue, kagak?"

"Jadi, mumpung kagak hujan." Keduanya keluar bahkan tanpa pamit pada Shilla yang sejak tadi melihat keributan Kayara dan Rasyid. Ada yang aneh dari tatapan Rasyid ke arah Kayara. Bentar, parkiran sebelah kanan, kenapa Kayara malah jalan saja ke arah kiri.

"Kayara!!" Teriakan Rasyid lumayan kencang juga hingga membuat orang-orang kini melihat ke arahnya. Sialan memang. Rasanya Kayara menyesal menerima ajakan Rasyid. Tau begini lebih baik pergi sendiri. "Mobilnya di sini bego!!"

Lalu Kayara menunjuk gedung yang menjulang tinggi, dan mulut Rasyid menganga lebar. Jadi selama ini resto Shilla saling berhadapan dengan Rumah sakit tempat Kayara bekerja? Sialan.

Benar-benar sial.

"Jadi kagak kuya!?" Rasyid mengangguk, lalu ia berjalan dengan wajah kesal. Setelah ada di hadapan Kayara, wajah Rasyid terlihat kesal. Ia merasa di tipu oleh lokasi Rumah sakit. Selama ini ia ke mana saja? Ya Tuhan, apa Rasyid baru saja muncul di permukaan Bumi? Rasanya ingin sekali memaki orang.

"Aya"

"Apa? Berubah pikiran?"

"Selama ini uang gaji lo, aman dong?" Kayara berbalik badan, matanya sudah melotot. Tangan sudah siap untuk menggampar wajah Rasyid yang kini malah nyengir.

"Ngucap satu kata, mata lo tinggal satu."

"Gampang, tinggal minta mata lo."

"Rasyid!"

"Apa, Ay?" Keduanya sudah berada di depan pintu masuk, sibuk dengan adu melotot. Memang ya, sejenis modelan Rasyid itu harusnya di musnahkan. Lama-lama Kayara bisa kena pusing. "Mata lo biasa aja, nanti terpesona sama gue, repot."

Tanpa komando dengan kekuatan super kesal, Kayara menggeplak pundak Rasyid sehingga membuat Rasyid terduduk di lantai. Kini tawa Kayara pecah, menjadi pusat perhatian. Sedangkan Rasyid melongo. Serius ini Rasyid sampe nyungsep begini? Ya Tuhan, mau taruh di mana wibawa ketua RT ini?

"Aya, tolongin dong"

"Bangun sendiri, jangan manja."

"Ya Allah Aya, lo yang bikin gue nyungsep di lantai. Lo nggak tau apa sakit banget? Ini pantat sakit banget. Terus kalau tulang ekor gue kenapa-napa, gimana? Lo mau tanggung jawab?"

RASYIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang