14 [First]

252 0 0
                                    

Harapan dimas untuk bisa melihat maira lagi belum juga terlaksana. Tiga sabtu malam yang dimas lewati dengan harapan dia bisa melihat maira berdiri di hadapannya lagi, nyatanya kesempatan tak kunjung membawa maira menunjukkan wajah manisnya di depan dimas.

Hanya bayangan maira yang menemani dimas setiap harinya. Benaknya, menghibur dimas kalau maira bukanlah gadis yang bisa ia pacari, tapi hatinya, tak berhenti menyiksa dimas dengan memaksa dimas untuk merindukan maira.

"Nggak ke studio dim pagi-pagi gini", tanya roni, mahasiswa yang sudah seharusnya lulus, tapi masih gentayangan di kampus.

Pagi dimas terasa sangat kelabu jadi dimas lebih memilih mendatangi basecamp mahasiswa pecinta alam di kampusnya atau biasa di singkat mapala, dan absen dari studio mahasiswa arsitek.

Roni yang merupakan ketua mapala, sudah menjadi penghuni tetap di basecamp mapala. Bahkan tak jarang, roni menginap di basecamp tersebut selama berhari-hari.

"Lagi nggak semangat aku", jawab dimas.

"Kamu bisa gantiin aku nemuin krisna sama bagas nggak di kampus mereka, aku ada bimbingan skripsi soalnya, kalau tahun depan nggak lulus, aku bisa kena drop out", ujar roni dengan nada khawatir.

"Makanya buruan lulus, betah amat sih di kampus", ujar dimas.

"Bisa nggak dim", tanya roni lagi.

"Jam berapa", tanya dimas.

"Jam sembilan", jawab roni.

"Kampus bagas sama krisna dimana sih, atma bukan ya", tanya dimas.

"Bukanlah, mereka anak pancasila", jawab roni.

Mata dimas langsung terbuka lebar, tanpa sanggahan lagi, dimas menyanggupi keinginan roni untuk menggantikannya.

"Apa aja yang mau di bahas", tanya dimas dengan antusias.

"Cuma soal bakti sosial libur semester nanti, paling bentaran doang", ujar roni meyakinkan dimas.

"Oke deh", jawab dimas dengan wajah sumringah.

Saat dimas melihat jam di tangannya, waktu masih menunjukkan pukul tujuh pagi. Artinya, dimas masih punya waktu dua jam lagi untuk pergi ke universitas pancasila.
Dimas kemudian keluar dari basecamp mapala dan berjalan menuju studio tematik yang ada di lantai tiga. Dimas sadar kalau kesempatannya untuk bisa bertemu maira tidak sampai lima puluh persen, tapi dimas akan gunakan waktu sebaik-baiknya, nongkrong selama mungkin dengan krisna dan bagas di kampus mereka.

Sampai di studio, dimas menulis daftar hadir dan langsung duduk, lalu membuka laptopnya untuk mulai mempelajari materi konstruksi lanjut. Berulangkali dimas melihat jam di tangannya, hingga akhirnya waktu menujukkan pukul 08.45 pagi. Dimas bergegas keluar dari studio begitu mata kuliah studio tematiknya usai dan dimas langsung menuju parkiran motor di kampusnya.

"Buru-buru amat dim, mau kemana", tanya rumi pada dimas saat mereka berpapasan di parkiran kampus.

Dimas hanya menjawab rumi dengan kedipan mata sekaligus senyum manisnya dan berlalu dari pandangan rumi. Bersamaan dengan dimas yang baru saja sampai di kampus pancasila, krisna mengirim dimas pesan singkat, kalau mereka menunggu dimas disamping perpustakaan.

"Kenapa nggak di kantin aja sih", gumam dimas dalam hati.

Dimas kemudian bertanya pada salah satu mahasiswa yang kebetulan parkir tidak jauh dari motor dimas.

"Perpustakaan sebelah mana ya", tanya dimas pada mahasiswa tersebut.

Mahasiswa tersebut langsung menunjuk jalan setapak dibelakang parkiran yang menuju ke perpustakaan.

After SunsetWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu