48

975 64 11
                                    

Frank tertidur kembali setelah makan dan minum obat yang diberikan dokter. Kesempatan ini digunakan oleh Elena untuk mencari ponselnya di saku jasnya namun ia tak menemukan apapun selain dompet Frank.

Dengan perlahan ia membuka dompet itu. Masih sama seperti biasanya. Ada beberapa lembar uang tunai dan juga beberapa jenis kartu bank. Mata Elena berkaca-kaca saat melihat potret kecil pernikahan dirinya dan Frank yang mulai pudar warnanya juga potret Mattew dan Shawn ketika masih bayi merah. Ia mengelusnya dan bahkan mendekapnya. Ia terisak kecil.

Apa ini semua akan berakhir sekarang?

Elena menutup dompet itu dan meletakkannya kembali di saku jas Frank. Ia menyeka air matanya dan berlari ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Perutnya sangat lapar karena ia belum makan sejak pagi.

Saat keluar dari kamar mandi ia melihat ayahnya duduk di tepi ranjang. Frank sudah bangun.

"Ayah membawa sedikit makanan. Ayah tahu kau belum makan sejak pagi".

Frank terkejut karena ia sama sekali tidak memperhatikan itu. Untuk menebus kesalahannya ia mencoba tersenyum pada istrinya.

"Duduklah dan makan. Maaf, aku tertidur begitu lama sehingga tidak memberimu kesempatan untuk makan di kantin".

Elena benci sikap Frank seperti ini. Ia tahu Frank hanya pura-pura di hadapan ayahnya. Tanpa bicara apapun Elena duduk dan membuka paper bag. Ia melihat ada potongan buah segar di sana.

"Apa kau mau makan buah? Ayah membelinya untukmu".

Frank menatap Tuan Mayer.

"Terima kasih ayah".

Frank membuat posisi duduk dengan bersandar di kepala ranjang. Ia mengulurkan tangan untuk mengambil potongan buah di wadah. Sedangkan Elena mulai mengunyah makanan.

"Ayah ingin kalian pergi berlibur setelah kau keluar dari rumah sakit".

Elena terbatuk keras. Wajahnya memerah.

"Aku akan melihat jadwalku ayah".

Jawab Frank namun matanya tertuju pada Elena yang sedang minum.

"Ayah akan menyiapkan akomodasi untuk kalian. Beritahu ayah jika kalian sudah putuskan tanggalnya".

Setelah Tuan Mayer pulang ke mansion Frank meminta Elena menghubungi Theodor. Kesempatan ini digunakan Elena untuk bertanya dimana ponselnya.

"Berikan ponselmu. Ponselku kehabisan daya".

"Ponselku rusak. Aku belum membeli yang baru".

Rasa curiga muncul di benak Elena. Ia menduga Frank berbohong.

"Kalau begitu aku tidak bisa menghubungi Theodor".

Elena sengaja berkata seperti itu untuk melihat reaksi suaminya. Namun yang terjadi adalah Frank tidak mengucapkan apapun selain berbaring dan memejamkan matanya. Elena sedikit kesal.

Hari hampir gelap saat dokter datang untuk memeriksa cairan infus. Ia tersenyum.

"Anda bisa pulang untuk istirahat di rumah. Tapi jika Anda ingin menginap itu pun tak masalah".

"Aku ingin pulang dokter".

Jawab Frank cepat. Jujur, walau masih hitungan jam namun ia begitu bosan tinggal di rumah sakit. Apalagi Elena selalu berada di sisinya.

"Baiklah. Aku akan membuat rekomendasi dan juga resep. Aku permisi".

"Terima kasih dokter".

Kalimat ini diucapkan oleh Elena. Frank merasa aneh karena Elena jarang mengucapkan kalimat itu untuk orang asing. Ia terbiasa dilayani jadi ia tidak pernah mengucapkan terima kasih pada para pelayan atau pun sopir.

SECOND HOME (TAMAT)Where stories live. Discover now