Gadis Impian

1.7K 179 15
                                    

Vante rupanya tak tidur, tubuhnya membelakangi Jeon Jungkook yang menghadap jendela yang tertutup tirai coklat gelap.

"IBu, aku merindukanmu," gumam Vante lirih.

Jeon Jungkook tak bisa untuk tak peduli, ia beranjak bangun, menengok Vante yang ternyata meneteskan air mata dalamem keadaan kelopak tertutup rapat. Vante Kim yang angkuh dan arogan ini, bisa menjadi lemah juga, pikir Jungkook.

Saat kepala Jeon Jungkook tepat berada di belakang telinga Vante Kim, pria itu menoleh seketika. Sehingga wajah mereka bertubrukan. Jeon Jungkook mengaduh sakit. Vante Kim hanya berucap kata maaf yang singkat lalu kembali berkutat dengan pikirannya sendiri. Pemuda keras kepala itu sangat lunak malam ini, ia merengkuh Jeon Jungkook, menenggelamkan kepalanya ke dada sang omega.

"Apa kau mencintai ibumu?" tanya Vante di sela tangis tanpa suara.

"Tentu, aku sangat menyayangi keluargaku, ada apa?" Jeon Jungkook bertanya.

"Aku ingin melakukan sesuatu untuk ibu, maukah kau membantuku?"
Vante mendongak menatap mata Jeon Jungkook yang bercahaya dalam gelap.

"Apa itu?" tanya omega dengan tatapan lembut.

Vante membisikkan sesuatu, Jeon Jungkook menggeleng. Ia tidak yakin bisa melakukan apa yang diminta Vante padanya. Namun sang tuan muda tak menyerah begitu saja, ia mengambil ponsel miliknya lalu memutar sebuah rekaman suara.

Jeon Jungkook berjengit kaget, dimintanya Vante untuk mengulang rekaman tersebut, agar ia yakin bahwa suara itu adalah suara yang benar ia rindukan.

Mata Jeon Jungkook berkaca, ia menatap Vante Kim mencari kesungguhan di sana. Sang beta mengangguk pasti, mengelus pipi Jungkook dan berbisik pelan, "Maafkan aku telah bertindak jahat padamu."

Jeon Jungkook bangkit dari tidurnya, duduk bersila diikuti tuan mudanya. Ia masih tak percaya kata-kata rendah hati itu meluncur dari mulut Vante Kim.

"Aku minta maaf telah menghinamu di depan keluargaku. Aku tak bermaksud menyamaimu dengan pelayan. Aku hanya ingin mereka diam, aku tak suka mereka memandangmu remeh!"
Vante menggenggam tangan Jeon Jungkook, kini mereka berhadapan. Muka bertemu muka, kaki bertemu kaki. Pandang bertemu pandang, jantung berdetak kencang.

"Aku tidak akan mengatakan aku mencintaimu, karena kau tak akan percaya itu. Bagimu aku ini orang paling menyebalkan, sebentar baik sebentar jahat." Vante tersenyum samar sebelum melanjutkan kata-katanya, ia mengambil kotak di meja.

"Ibumu bilang kau sangat suka musik, aku membelikanmu kalung dengan liontin berbentuk biola. Omong-omong aku pergi bersama ibumu mencari hadiah ini."

Jeon Jungkook mudah tersentuh juga mudah luluh, apalagi berhubungan dengan anggota keluarganya. Ia akan mudah jatuh simpati dan menyerahkan diri.

"Beberapa minggu yang lalu setelah bertengkar dengan ayah, aku pergi ke rumahmu dan menginap di sana. Keluargamu menyenangkan, aku akan betah menjadi menantu di sana!" Vante terkekeh, pancaran bahagia di wajahnya bukanlah pura-pura.

Jeon Jungkook melongo, jadi selama ini Vante Kim bersembunyi di rumahnya bukan di tempat tinggal kekasihnya. Padahal hampir seluruh penghuni mansion menyangka hal itu.

"Aku sudah membalas kebaikanmu pada ibuku. Selama aku di sini tak satupun orang asing yang peduli padanya. Ibuku sendirian di tanah tak ada yang menyapa. Kamu seperti malaikat yang dikirim Tuhan untuk menyatukan kembali jiwa kami!"

Sangat terdengar sentimentil, tapi itu bukan perbuatan usil. Vante melihat ketulusan dalam diri Jungkook, sebaliknya Jungkook melihat kesungguhan dalam diri Vante Kim.
Mereka bertatapan begitu lama, sampai akhirnya tuan muda itu mengucapkan kembali apa yang ada di hatinya.

Passionate JungkookWhere stories live. Discover now