To Be Or Not To Be

Mulai dari awal
                                    

"Hyunjin?"

Kepala Hyunjin langsung menoleh ke arah sumber suara. Disana berdiri seorang wanita cantik dengan suara lembutnya. Wanita itu mendekat ke arah Hyunjin yang kini mendudukkan tubuhnya.

"Ibu kenapa di luar? Dingin loh." Tanya Hyunjin sembari menggapai tangan ibunya yang sedikit dingin karena hawa di sana.

"Kamu juga kenapa di luar? Izinnya mau belajar kok yang malah ibu lihat bukunya di anggurin?"

Hyunjin hanya cengengesan. Usapan lembut mendarat di kepalanya. "Ibu denger, Leona mau ke jakarta besok. Kamu sendiri nggak ada niatan ke sana? Apa kamu nggak kangen temen-temen kamu? Apa kamu——"

"Hyunjin mau disini aja ibu. Sama ibu, jagain ibu sama Yeji sampai ibu sembuh dari luka ibu."

Ibu tersenyum hangat, jauh di dalam lubuk hatinya dia merasa bersalah karena membuat anak-anaknya berpisah dengan kekasihnya. Perpisahannya dengan sang mantan suami berujung tak baik-baik saja. Riwayat penyakit jantung yang dideritanya juga menjadi faktor penyebab.

"Hyunjin, kalau kamu ingin pergi maka pergilah. Ibu nggak papa kok. Lagipula di sini masih ada Yeji kan yang jagain ibu? Kamu nggak kasihan sama Sunwoo yang mungkin mencari-cari kamu di sana. Apa kamu nggak ngerasa bersalah pergi tanpa pamit?"

Hyunjin menunduk. "Aku bisa ngasih tau Sunwoo lewat pesan——"

"Nggak Hyunjin, semuanya harus diselesaikan dengan tatap wajah langsung agar tak terjadi kesalahpahaman." Ibu mencoba membujuk Hyunjin.

Putra satu-satunya itu sangat keras kepala persis seperti mantan suaminya. "Temui dia Hyunjin, beri penjelsan. Selesaikan."

Setelah itu ibu pergi meninggalkan Hyunjin. Ibu membiarkan Hyunjin berperang dengan pikirannya. Dirinya yakin, Hyunjin bisa mencari jalan keluar dari masalahnya sendiri.

Disisi lain Hyunjin sibuk memandangi kotak email di ponselnya. Di bagian paling bawah ada satu pesan email yang dirinya tunggu-tunggu untuk mendapat balasan dari sang empu. Namun hasilnya tetap sama, pesan Hyunjin tak pernah sampai pada pemiliknya.

"Ahyun!"

"Apa?"

"Idih! Lo nangis? Kenapa cobak????"

"Berisik Yekun!"

"Heh! Yekun apaan??"

"Yeji Kunyuk!"

"Ahyun asu!"

"Ibuuuu!!! Yeji ngomong kasar!"

"Ish, gak seru ah! cepu hu! Cepu!"

Hyunjin terkekeh. Yeji hanya mendengkus sebal sambil menggigit es kiko yang tadi dirinya beli di warung.

"Mau nggak, A?"

"Nggak, makan aja sama lo."

Yeji mengangguk. Dia mendudukkan diri di sebelah Hyunjin. Gadis bermata sipit itu kini sibuk dengan kikonya. Tak memperdulikan Hyunjin yang giginya ngilu karena Yeji sedari tadi menggigit es kiko.

"Yeji."

"Apaan?"

"Ck, kalau ada yang ngomong tuh tatep orangnya."

"Kalau kondisinya lo lagi telponan?"

"Nih anak yah."

"Apa? Gak salah dong pertanyaan gue."

Hyunjin diam-diam mendumal di dalam hatinya. Namun setelah menghela nafas dia mulai membuka sesi obrolannya lagi.

"Lo udah putus sama Bomin?"

EPHEMERALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang