twelve

1.8K 138 10
                                    

Yibo kini berbaring lemah diatas ranjang. Sudah satu malam dia bermanjaan dengan xiao Zhan. Ternyata manjur juga ya rencananya.

Dia bisa merasakan kasih sayang seorang istri!

Yibo sedikit.. luluh.. mencintai.. xiao Zhan.. ekhem!

"Zhan."

"Hm?"

"Aku akan pergi bekerja besok" kata Yibo parau, Yibo mendudukkan dirinya sambil bersandar.

Menghela nafas, pria manis itu menaruh nampan diatas nakas. Xiao Zhan mendudukkan dirinya disamping yibo, ia menatap Yibo lekat. "Kau yakin sudah baikan? Tidak apa-apa? Tidak pusing ataupun mual?"

"Tidak. Aku sudah baik-baik saja, terimakasih. Besok datanglah ke kantorku, bawakan aku makan siang aku ingin masakanmu" Yibo mendekati xiao Zhan, memeluknya dari samping. Ia menaruh kepalanya di pundak xiao Zhan manja.

"Kau ingin makan apa? Pakai byebye fever. Demammu masih tinggi, jangan membantah."

Yibo cemberut. "Aku sudah besar! Tidak memb-..."

"Kalau kau tidak membutuhkannya. Demammu tidak akan turun." Kesal, mencetar kening Yibo pelan. "Pakai saja. Nurut, tidak usah membantah. Aku tidak mau kau sakit lebih parah dari sekarang. Kau sudah muntah sebanyak 5 kali!"

"Mangkannya tidak usah meminum wine. Kalau kau gila bagaimana? Pingsan? Jatuh kerumah sakit? Apa yang harus aku katakan kepada mama papamu hm?!"

"Terbawa emosi." Elak Yibo membela dirinya sendiri

"Justru karena kau terbawa emosi. Kau tidak usah minum triplek. Mulai besok dan hari-hari seterusnya. Tidak usah meminum wine. Itu tidak baik untukmu, aku tidak mau kau pingsan terlanjur mati duluan dan aku menjadi duda dadakan. Aku tidak mau. Kalau kau ingin mati tunggu aku dulu, agar aku tidak merasakan menjadi duda tanpa adanya suami."

Plukk

"Bangsat." Umpat xiao Zhan.

Yibo menepuk 2 kali bibir xiao Zhan. "Tidak ada mati. Aku belum merasakan rasanya bercinta bersamamu."

"He? Kau bilang apa? Belum melakukan seks?! Bukankah kau sudah per-.."

"Tidak. Aku belum pernah melakukannya."

"Oh. Masih perjaka berarti?"

"Mn.. tidak ada mati, aku ingin membuka lembaran baru bersamamu. Beri aku kesempatan.. jangan meninggalkan ku."

"Hihh.. aku sudah menjadi istrimu. Siapa yang meninggalkan mu? Kau itu suamiku. Kecuali kau mendua kan ku lagi baru aku pergi dari hidupmu. Sekalian saja aku bunuh diri agar arwahku gentayangan dan mengganggumu dengan kekasih barumu itu."

"Tidak. Aku tidak mau mempunyai kekasih." Yibo memeluk xiao Zhan erat. Menyembunyikan wajahnya didada xiao Zhan.

"Geli bodoh." Sentak xiao Zhan cemberut, ia mengusap kepala Yibo "mn.. kuharap kau tepati kata-kata mu itu."

"Pasti."

"Ayo makan, keburu dingin makananmu" xiao Zhan mengambil mangkuk berisi bubur itu. Menyuapinya kepada Yibo.

"Bubur lagi?" Raut wajah Yibo berubah lesu. Semenjak dirinya sakit semua makannya berbaur bubur.

"Iya, sudah cepat makan. Agar cepat sembuh  aku akan memberikannya hadiah kalau bubur ini habis, bagaimana?" Tawar xiao Zhan.

"Tepati ucapanmu." Yibo mulai memakan bubur suapan xiao Zhan.

Xiao Zhan tersenyum melihat Yibo, ia memberikan minum agar tidak terlalu serat. Dia menaruh kembali mangkuk itu diatas nakas. "Tunggu disini, aku akan menaruhnya."

Perjodohan (Yizhan) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang