12. Bencana

763 74 1
                                    

Sebelum matahari terbit.

Sosok tampan itu mulai terbangun sambil meregangkan tubuhnya di atas tempat tidur. sudah lama Binghe tidak tidur senyenyak dan senyaman ini.

Kemudian ia menoleh ke samping, melihat Shen Jiu yang masih bergulung dalam selimut.

Seulas senyuman terukir di wajah Binghe. Pasti Shen Jiu kelelahan setelah melakukan kegiatan panas itu hampir seharian penuh kemarin.

"Shen Jiu, bangunlah. Aku akan memandikan mu, apa kau juga lapar?" Tanya Binghe penuh perhatian.

Namun tak ada pergerakan dari Shen Jiu.

"Shen...?" Heran Binghe. Ketika Binghe menyibak selimut yang menutupi tubuh Shen Jiu. Betapa terkejutnya ia saat melihat ada darah yang mengalir di area bawah tubuh pemuda bisu itu.

Wajah Shen Jiu pucat, bulir keringat dingin terus mengalir dari keningnya.

Segera Binghe mengangkat Tubuh Shen Jiu ke dalam gendongan, lalu menutupinya tubuhnya dengan jubah hitam milik Binghe. Mengabaikan dirinya sendiri yang tak memakai baju atasan sama sekali.

"Bertahanlah."

Luo Binghe di pagi buta membawa seseorang dalam gendongannya menuju kediaman pribadi.

Semua kejadian itu di saksikan oleh para pelayan istana ketika sang raja terlihat terburu-buru di lorong istana.

Tidak hanya itu, raut wajah sang raja nampak begitu khawatir pada sosok yang sedang ia dekap hangat.

Hal itu menjadi perbincangan banyak orang. Siapakah sosok yang mampu membuat raja mereka yang dingin dan kejam menjadi penuh kekhawatiran?

Berita yang baru saja keluar itu langsung menyebar ke seluruh istana. Terutama ke telinga para istri Binghe yang mendengar kabar bahwa raja mereka membawa seseorang ke kediaman pribadi.

Jika seseorang di bawa ke kediaman pribadi, itu mengartikan seseorang tersebut memiliki hubungan penting dengan sang raja.

Bahkan para istri Binghe hanya pernah tidur sekali di kediaman pribadi saat malam pertama pernikahan. Setelah itu mereka semua di kirim ke kediaman masing-masing dan Binghe sendiri yang akan mengunjungi mereka.

Liu Mingyan yang hendak menemui Binghe untuk membicarakan masalah persiapan festival, berpapasan dengan sang suami di lorong istana.

Liu Mingyan melirik sosok yang sedang Binghe dekap erat. Matanya sempat terbelalak melihat sosok itu.

"D..dia...?" Kaget Liu Mingyan sambil menutup mulutnya.

Melihat kedatangan istri nya, raut wajah Binghe menjadi dingin.

"Untuk apa kau ke sini." Tanya Binghe tanpa basa-basi. Liu Mingyan segera menenangkan diri setelah sadar dengan sikap tidak sopannya

"Suamiku, aku datang untuk mengajakmu minum teh. Sebentar lagi festival musim semi akan tiba, akan lebih baik jika kita mendiskusikan persiapan festival bersama." Ajak Mingyan, berpura-pura seakan tak melihat apa yang Binghe lakukan di hadapannya.

Binghe berdecak kesal.

"Persiapan festival sudah selesai. Kau sendiri pasti sudah mengetahui nya kan." Liu Mingyan tersentak.

Binghe tau bahwa Liu Mingyan diam-diam ikut dalam rencana persiapan Festival Musim Semi bersama Tuan Istana Tua, dan beberapa orang penting lainnya secara rahasia. Gongyi Xiao adalah mata-mata Luo Binghe, dia akan memberikan informasi apapun jika orang-orang terdekatnya melakukan sesuatu di belakangnya.

Ajakan minum teh hanyalah kedok untuk menutupi aksi Liu Mingyan. Tujuannya hanya satu, Liu Mingyan ingin mengundang seorang bangsawan yang ia sukai.

Lalu setelah Liu Mingyan berbicara dengan Luo Binghe. Tuan istana tua akan mengumumkan bahwa undangan telah di sebar, sehingga Binghe tidak dapat menarik undangan itu lagi. Karena jika Binghe yang mengatur undangan, Mingyan tidak akan bisa mengundang keluarga dari orang yang ia suka itu.

"Menyingkirkan dari hadapanku." Tegas Binghe. Dia tidak ingin berlama-lama di sini.

Seseorang dalam dekapannya memerlukan perawatan secepat mungkin.

Liu Mingyan di tinggalkan begitu saja di lorong istana, tubuhnya yang sejak tadi ia paksa berdiri tegak langsung terduduk di lantai.

"Tidak mungkin, Binghe tidak mungkin mengetahuinya..." Liu Mingyan panik, ia menduga bahwa Binghe mengetahui perselingkuhannya.

"Sebanyak apa yang dia ketahui?!" Liu Mingyan mengacak-acak rambutnya.

Seandainya Binghe memberikan perhatian dan cinta ke padanya. Liu Mingyan yakin tidak akan berpaling ke pria lain untuk mendapatkan kehangatan.

Ia muak dengan sikap dingin dan acuh Binghe. Bagi Binghe, para istrinya hanya piala kemenangan sebagai penguasa.

Setibanya di kamar, Binghe langsung membaringkan tubuh lemah Shen Jiu di atas kasur. Tabib terbaik pun di panggil untuk melakukan pengobatan.

Binghe berdiri di samping tempat tidur menyaksikan proses pengobatan yang di lakukan sang tabib muda.

Selesai dengan perawatannya, tabib muda mendekati Binghe untuk memberikan pil obat dan beberapa resep daun teh herbal.

"Tuanku, pemuda itu mengalami pendarahan. Tapi anda tidak perlu khawatir, tabib ini sudah menghentikan pendarahannya. Tapi..." Tabib muda menghela nafas sebentar sebelum melanjutkannya kalimatnya.

"Inti spiritualnya benar-benar lemah, bahkan hamba tidak bisa merasakan sedikit pun energi. Jika terus seperti ini, takutnya... Dia akan kehilangan nyawanya...."

Pegangan Binghe pada botol pil mengerat.

"Apa yang terjadi."

"H..hamba menduga bahwa dia mengeluarkan energi spiritual nya secara berturut-turut selama sebulan lebih. Selain itu Kultivasi ganda benar-benar menguras energinya..." Cicit si tabib di akhir kalimat. Takut ucapannya menyinggung.

Binghe terdiam. Jadi mereka tanpa sengaja melakukan Kultivasi ganda?
Itu sebabnya Binghe merasa tubuhnya sangat bugar dan tidurnya nyenyak.

Karena terlalu bersemangat, Secara tidak sengaja ia telah menyerap energi milik Shen Jiu.

Tabib muda memberi hormat ke pada sang raja sebelum meninggalkan ruangan.

Kini tersisa mereka berdua di ruangan itu.

"Apa yang telah kulakukan... Bagaimana aku bisa sebodoh ini." Binghe merutuki kebodohannya.

Tangan Binghe terulur untuk mengelus lembut kening Shen Jiu.

"Maafkan aku Shen Jiu." Ucapnya dengan tulus. 

.

.

"Kau bilang dia sudah mati! Lalu apa ini? Dia masih hidup dan bahkan bertemu Luo Binghe!" Bentak Liu Mingyan di hadapan Sha Hualing.

Dalam ruangan tersembunyi istana Huan Hua, 7 dari istri Utama Binghe berkumpul untuk membicarakan masalah kemunculan Shen Qingqiu yang telah mati 8 tahun lalu.

Sha Hualing, Liu Mingyan, Nona Istana Kecil, Qiu Haitang, Qin Wanrong, Qin Wanyue dan Ning Yingying berada di satu meja dalam ruangan itu.

"Apa yang harus kita lakukan. Jika Luo Binghe tau kita berkhianat, dia pasti akan menghukum mati kita semua!" Panik nyonya istana kecil.

"Tidak, aku tidak terlibat dalam masalah ini! Kalianlah yang mengancam ku untuk ikut!" Marah Ning Yingying.

"Sudah terlambat untuk menyingkirkan Shen Qingqiu. Luo Binghe pasti akan segera mengetahui kebenaran di masa lalu." Ucap Qin Wanrong.

Ketika semua nyaris putus asa. Sha Hualing akhirnya membuka suara.

"Kecuali jika kita menyingkirkan keduanya." Semua langsung menoleh ke arah Sha Hualing.

Qiu Haitang memukul meja.
"Apa kau gila?! Luo Binghe itu raja iblis, dia sudah memasuki tingkat tertinggi Kultivasi. Dengan apa kau ingin membunuhnya?!"

Sha Hualing menunjukkan senyum licik.

"Dia memang raja iblis, tapi Binghe tidak sepenuhnya berdarah murni. Walaupun sulit untuk di bunuh, bukan berarti mustahil." Sha Hualing

"Jadi apa rencanamu." Tanya Liu Mingyan.

"Dia hanya bisa mati oleh pedang nya sendiri. Xin Mo selalu membunuh pemiliknya."

.

.

Kelahiran kembali sang penjahatWhere stories live. Discover now