Part 19 - Gagal Membawa Nindy ~ You Always In My Mind

Start from the beginning
                                    

Vinka perlahan menghampiri Nindy yang masih tengah beesi tegang dengan pikirannya diatas ayunan tersebut bahkan tak memerdulikan kedatangannya.

"Apakah disini tempat favoritmu?" tanya Vinka begitu muncul dan langsung ikut terduduk di batu besar tepat sebelahnya

Nindy menoleh, tapi sesaat langsung berpaling saat tahu yang datang adalah Vinka. Dia sama sekali tidak berniat membalas lontaran Vinka tersebut, justru tetap terdiam dengan posisi yang masih sama. Ayunan itu pelan-pelan digerakkan menggunakan tubuhnya.

Menerima sikap itu, Vinka sekali lagi harus berbekal tabah dengan perasaan terenyuhnya.

"Apakah kau merasa nyaman tinggal di sini?" tanya Vinka sekali lagi, berharap dapat respon dari Nindy.

Dan lagi-lagi, Nindy hanya diam. Mungkin dia tahu jika Vinka hanya berusaha mengakrabkan diri dengannya. Sebaliknya, Vinka dibuat bingung dengan tidak adanya respon yang diberikan Nindy. Gadis kecil itu selalu terdiam setiap pertanyaan yang dilontarkan Vinka. Hal inilah yang membuat Vinka kesulitan menebak bagaimana pikirannya.

"Mengapa Nindy bersikeras tidak ingin kembali pulang? Padahal, tinggal di rumah sendiri itu sangat menyenangkan loh.."

Meskipun tidak ditemukan adanya kekerasan dalam keluarga, Vinka menduga ada alasan dibalik semua ini. Vinka juga merasa gadis kecil itu menyembunyikan sesuatu dari semua orang. Vinka yang kembali mencoba  berinteraksi lagi seperti tak ingin menyerah, ia berharap sekali lagi, ingin setidaknya ia bisa mendapatkan satu jawaban dari sekian pertamyaan yang diajukannya.

Dan benar saja, Nindy kali ini melirik Vinka, menghubungkan tatapannya pada pandangan Vinka. Tatapan yang tidak memiliki emosional bahkan tanpa ekspresi. Situasi ini sangat membuat Vinka bingung sesaat hingga benaknya memunculkan sosok Aidhira. Benar, melihat situasi ini, Vinka jadi teringat bahwa Aidhira, sang sahabat, juga sering menampakkan wajah datar seperti itu ketika sedang dilimbungi oleh rasa kecewa serta berusaha menutupi berbagai kesedihan terdalam.

"Nindy, Kakak punya permainan nih! Gimana kalo kita main bersama? Pasti seru!"

Gadis kecil itu tidak bergairah menanggapi ajakan Vinka tersebut setelah memutuskan kontak mata, seolah ajakan Vinka itu tidak menarik baginya. Dia hanya menatap Vinka, kali ini dengan tatapan datar tidak sedalam sebelumnya,

Hingga dari sini Vinka mengerti, bahwa apa yang dikatakan Ibu Pengasuh padanya must real dan benar adanya.

Vinka sungguh kesulitan menarik perhatian Nindy, terlebih Vinka sendiri mengakui bahwa dirinya bukan tipe orang yang mudah bersosialisasi.

Vinka juga sudah kehabisan cara untuk membujuk Nindy degan cara apapun dan semuanya gagal. Hembusan panjang diluapkannya, Vinka hanya berharap seandainya saja Aidhira berada disisinya sekarang. Tentu sahabatnya itu akan dengan mudah berkomunikasi dengan Nindy. Itu mungkin saja, karena mereka memiliki sikap yang sama yang tentu masalah yang dialami Nindy ini ada persisnya dengan yang dialami Aidhira sekarang.

Pada akhirnya, Vinka pun menyerah dan kembali menemui Ibu Pengasuh. Dia benar-benar tidak sanggup menaklukkan hati seorang Nindy dengan sikapnya yang dingin itu.

"Mungkin sekarang saya belum bisa membawa Nindy, tetapi besok saya akan coba kembali lagi untuk membujuknya" ujar Vinka sebelum berpamitan dan meninggalkan tempat itu.

***

Hari pun beranjak malam. Lampu-lampu kota di sepanjang jalan pun mulai dinyalakan. Jalanan masih ramai dengan hura-haranya kendaraan yang berlalu lalang dikedua sisi. Di trotoar hanya terlihat beberapa pejalan kaki yang pulang bekerja dan beberapa lainnya pejalan kaki biasa, termasuk dua orang yang sekarang tengah berjalan beriringan mengisi trotoar. sambil menikmati udara bebas.

You Always In My Mind ~||^ (TERBIT)Where stories live. Discover now