Part 9 - Kunjungan ~ You always in my mind

107 55 209
                                    

.
.
.

Setelah mengucapkan kata terima kasih, orang itu pun berpamitan dan meninggalkan kedua wanita itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah mengucapkan kata terima kasih, orang itu pun berpamitan dan meninggalkan kedua wanita itu. Vinka yang sejak tadi hanya menyimak, tidak bisa lagi menahan rasa penasarannya.

"Dia itu siapa? Kalian ngomongin apa barusan? Kau kenal dia?" Vinka yang ingin tahu merombong pertanyaan dengan wajah bodohnya

"Bukan siapa-siapa. Cuma seseorang"

"Haishh! Maksudku. Orang yang barusan loh Dhira. Apa kau kenal dia?"

"Haduh, Vinka! Kau ini kenapa?! Apa tadi kau menutup telinga sampai tidak dengar apa yang kami bicarakan?! Bukankah kau juga dengar kalau dia salah satu saksi yang melihat kejadian kecelakaan tadi sore dan pena sialan itu miliknya! Paham tidak?!" jawab Aidhira ketus.

"Oh, jadi itu orangnya. Eh, tapi, kau juga tidak perlu bereaksi sekejam itu! Apa kau juga nggak mikirin bahayanya gimana?! Hah?! Nggak ada dokter yang berani melakukan tindakan senekat itu tanpa bantuan peralatan medis yang memadai!" balas Vinka tidak kalah ketus.

"Lho? Kenapa jadi bahas soal itu lagi sih?! Huh!"

Aidhira mulai kesal, dan kemudian melengos pergi dari hadapan Vinka, bahkan langkahnya sedikit dipercepat untuk menghindari Vinka. Sedang Vinka malah kembali menyusul Aidhira untuk menyamai langkahnya.

"Terus? Kita mau bahas apa memangnya?" tanya Vinka yang juga sedikit kesal pada sahabatnya itu.

"Membahas soal telingamu yang kemasukan batu!" Aidhira sempat menyesali ucapan yang keluar dari mulutnya karena suara kerasnya sempat menarik perhatian orang-orang yang kebetulan melintas di sekitarnya.

Orang-orang itu memandang Aidhira dan Vinka dengan pandangan menyidik. Beberapa berbisik-bisik sambil menatap mereka berdua penuh rasa heran sebagaimana attitude yang seharusnya sebagai seorang dokter di depan pasien. Situasi itu membuat Aidhira malu untuk sesaat begitupun juga dengan Vinka.

"Dih. Apaan sih? Nggak perlu teriak juga kali, ah" ucapan Vinka terdengar menekan dengan setengah berbisik sambil mengedarkan pandangannya ke sekitar.

"Nih, ya, dengar, Aidhira, aku emang nggak tahu pasti kejadian sore itu. Lagian nih, ya, aku hanya mendengar sedikit dari Dokter Rey" imbuh Vinka berusaha membela diri.

Sementara, Aidhira sendiri memutar bola matanya tanda malas mendengar pembelaan Vinka. Dia hanya kesal karena sahabatnya itu justru memperkeruh suasana hatinya, ditambah rasa lelah yang membuat emosinya tidak bisa ditahan lagi. Dia pun kembali berjalan, ingin segera merebahkan tubuh meskipun hanya sebentar. Namun, lagi-lagi Vinka menyusul langkahnya.

"Eh, Dhira! Aidhira! Jangan ngambek, dong! Kita makan bareng aja, yuk!" rayu Vinka.

"Don't disturb me! Udah dibilang, aku tuh lagi sibuk!" balas Aidhira tanpa menoleh dan terus berjalan.

You Always In My Mind ~||^ (TERBIT)Where stories live. Discover now