2. Kang Hyomi

46 6 2
                                    

Aroma petrichor menyeruak, lengkap dengan basah sisa hujan semalam, yang mengguyur seluruh kawasan Seoul. Dimana hal itu membuat banyak orang lebih memilih untuk kembali bergelung di balik selimut, mengingat kalau hari itu juga hari libur.

Namun, itu tidak berlaku bagi seorang gadis, yang tengah bersiap untuk pergi ke tempat kerjanya. Kang Hyomi, gadis cantik berusia sembilan belas tahun. Hidup seorang diri di kota besar dengan hanya bermodal sisa warisan orangtuanya yang telah meninggal dua tahun lalu, membuatnya tidak memiliki banyak waktu untuk memanjakan diri lebih banyak dari gadis se usianya.

Keinginan untuk bisa melanjutkan pendidikan, membuat dirinya mencoba untuk berusaha, guna mengupayakan agar inginnya bisa terwujud, meski ia tahu, kalau jalan untuk meraih itu tidak akan pernah mudah. Entah dengan tertatih atau justru terjatuh, itu tidak akan menjadi masalah, karena ia percaya, kalau Tuhan akan selalu menjaganya. Seperti yang selalu di katakan oleh ibunya dulu. "Jangan takut dengan apapun, juga harus selalu ingat untuk berada di jalan Tuhan, karena hanya Tuhan, yang akan selalu menjaga kita."

Jam tangan berwarna putih yang melingkar di pergelangan tangannya menunjukkan pukul delapan pagi, ketika dia berada di dalam kereta menuju resto tempatnya bekerja.

Mapo Galmaegi, yang berada di kawasan Yongsan, Seoul. Atau lebih tepatnya, Hangang-daero, Yongsan-gu. Salah satu kawasan tersibuk di Seoul, mengingat banyaknya kantor-kantor, perusahaan juga gedung agensi. Hal yang membuat resto tempatnya bekerja, terlihat bagaikan gubuk kumuh di tengah kawasan permukiman elite.

Bahkan sejujurnya, dirinya pernah mendapat untuk menjadi idol beberapa kali, yang semuanya langsung dia tolak. Bayangan hidup bergelimang harta tidak lantas membuatnya menyerahkan diri ke sebuah industri yang terkenal sangat keras itu. Selain itu, hidup dengan selalu menjadi sorot kamera juga fokus semua orang, itu bukan yang dirinya sukai. Ia menyukai ketenangan, dan menjadi idol, tentu bukan solusinya.

"Seharusnya kau tidak perlu datang lebih awal, Hyomi-ah. Hari ini hari libur, setidaknya nikmati tidurmu karena resto juga akan buka siang." Seorang perempuan paruh baya yang merupakan pemilik resto, menyambut kedatangan Hyomi dengan senyum keibuan.

"Tidak papa bibi, aku jadi bisa membantu bibi menyiapkan dagangan dulu, toh aku juga menganggur dirumah." Dengan cekatan, Hyomi memakai apronnya, setelah itu membantu bibi Ahreum mencuci dan memotong sayuran.

"Gadis secantik dirimu, harusnya memang menjadi idol, bukan malah berada di dapur seperti ini." Ahreum— sang empunya resto yang juga majikan Hyomi, menggoda gadis itu, yang tengah mencincang daun bawang di hadapannya. "Kalau jadi idol, kau akan semakin cantik, tidak bau asap."

Hyomi terkekeh, mendengar perkataan perempuan paruh baya itu. "Aku tidak suka bi, karena pasti aku tidak bisa bebas, mata kamera akan selalu menyorot ku. Aku lebih suka seperti ini, bebas dan damai."

Ahreum menggelengkan kepalanya. "Kau memang gadis yang keras kepala, Nona Hyomi."

Bukannya marah atau apa, Hyomi justru menanggapi candaan wanita paruh baya itu. "Keras kepala memang nama tengahku, bibi."

***

Ketujuh pemuda tampan memasuki salah satu gedung, milik perusahaan televisi swasta, dimana mereka, akan menjadi bintang tamu dari sebuah acara reality show.

Sembari menunggu, Sunghoon, Jungwon dan Jake memilih untuk bermain game, sedangkan Heesung dan Sunoo tengah di rapikan rambutnya oleh hair stylist mereka. Kalau Jay dan Niki, keduanya tengah asyik menikmati buah-buahan yang memang disediakan sebagai kudapan diruangan tersebut.

"Sejujurnya aku kadang malas, kalau pembawa acara menanyakan tentang kekasih."

Mendengar perkataan hyung nya, membuat Sunoo mengulas senyum. "Sudahlah hyung, jangan terlalu diambil hati, mungkin itu memang sudah menjadi konsep yang di tentukan oleh tim mereka."

Homie for Hoonie Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang