BAB 11

640 125 16
                                    

Sehabis mandi, Ai duduk di sofa mungilnya yang menghadap jendela kamar dengan handuk kecil melingkari lehernya dari rambut basah. Ia menatap langit malam Denpasar yang terlihat terang benderang oleh lampu-lampu yang berpijar dari gedung-gedung maupun lampu jalan yang nggak pernah redup. Di tangannya terdapat ponselnya dan menimbang keberanian untuk mengirim file kepada Gui. Memeluk kedua lututnya, Ai tersenyum senang mengingat makan malam enak yang dilaluinya dengan Bos Ikan Beku. Perut kenyang dan mendapatkan tumpangan mobil mewah. Kapan lagi mendapatkan kenyamanan dari Bos ketus. Ai terkekeh dalam hati tapi teringat pesan Gui saat dia mengantar Ai.

"Kirim file di nomor pribadi saya."

Ai menggembungkan kedua pipinya dan membuka ponselnya, mencari file design ruang VIP itu. Ai menghitung hingga sepuluh baru berani mengetik di nomor pribadi Gui.

"Pak Ong ini saya Ai..." - Ai.

Ai berdebar. Apa Bos Beku segera membalas atau Ai harus menunggu besok? Bunyi getar pesan balasan mengejutkan Ai yang nyaris melempar ponselnya.

"Ya." - Gui.

Ai menatap layar lebih dekat. Ya? Balasannya cuma Ya? Pelit sekali, Ai mencibir. Karena balasan super singkat itu membuat jempol Ai lebih lentur mengetik balasan. Dia meneruskan file yang sebelumnya dikirim ke nomor bisnis Gui.

"Saya kirim filenya." - Ai.

Ai melotot melihat layar. Kira-kira kayak apa lagi balasan sang Bos. Bunyi pesan kembali terdengar.

"Oke Thanks." - Gui.

Ai memutar bola mata dan tertawa keras. Balasan itu juga sama singkat cuma ditambahin emotikon jempol. Ai hampir ingin meletakkan ponselnya saat melihat keterangan sedang mengetik. Apa nih? Mau ngetik apa orang ini?

"Belum tidur?" - Gui

Ai duduk lebih tegak dan bersemangat membalas pertanyaan Gui.

"Lagi liat jendela." - Ai.

Kira-kira apa ya yang akan dibalas Gui? Itulah yang ada di pikiran Ai. Saat menerima balasan, mau nggak mau Ai tertawa ngakak. Ikan beku ya ikan beku selamanya, kata Ai geli dalam hati.

"Karyawan saya nggak boleh telat." - Gui

Masih dengan terkekeh, Ai membalas.

"Iyaaaaa paaaak." - Ai

Gui membalas sama cepatnya seperti Ai tapi ketikannya juga seperti kilat. Pendek singkat padat.

"Good nite." - Gui.

Ai tersenyum. Rasanya aneh sekali seorang bos dingin membalas pesan karyawannya seperti itu. Ai membalas sama pendeknya.

"Anda juga Pak." - Ai.

Percakapan usai dan Ai menyimpan ponselnya di laci mejanya. Berdiri dari duduk dan menutup gorden jendelanya. Hari pertamanya bekerja ditutup dengan situasi yang menyenangkan. Senggaknya itulah yang dirasakan Ai. Hari terasa panjang dan Ai yakin hari-harinya akan berjalan cukup menarik. Pekerjaannya. Teman kerjanya. Terutama Bosnya.

****

Gui menatap laptopnya setelah percakapan WhatsApp nya berakhir dengan Ai. Saat itu dia sudah berada di ruang kerjanya. Duduk di meja kerjanya menatap laptop, meninggalkan Lan yang bersungut-sungut di kamar mereka. Gui mengusap rambutnya. Dia nggak berniat mengetik sebanyak itu dengan Ai. Dia berniat berlaku seprofesional mungkin tapi yang terjadi dia membalas pesan cewek itu dengan pertanyaan "belum tidur?"

Pertanyaan macam apa itu? Harusnya cukup jawab oke aja kan saat Ai mengirim file. Ini semua karena kusutnya urusan rumah tangganya sampai Gui salah ketik. Dia nggak mau mikir lagi gimana Lan berhadapan dengan Mami besok. Seharusnya Lan udah mempersiapkan segalanya. Setelah berpikir seperti itu, Gui beralih ke sofa dan merebahkan dirinya. Dia memejamkan matanya dan berharap semua berlalu begitu saja.

Love in BaliWhere stories live. Discover now