Zayyan membolakan matanya namun tak serta merta menghapus ice cream yang ada di hidungnya walaupun tak bisa ia lihat. Pantas saja pucuk hidungnya terasa dingin.

"Aku biasanya membawa sapu tangan. Entah kenapa hari ini aku lupa. Ah, sebentar... Aku akan meminta tissue di kafe itu" Ricky sekonyong-konyong pergi menuju kafe yang ada di belakang mereka dan zayyan tersenyum manis sambil berkata "gomawo~" dengan nada lalu.





Tak butuh waktu lama, Ricky datang dengan segepok tissue di tangannya. Jaga-jaga kalau zayyan celemotan lagi.

Zayyan hendak mengambil tissue itu, hidungnya sudah tidak nyaman dan ia malu jika orang-orang yang lewat akan menyadari keteledorannya. Tapi, begitu Ricky, dengan tangkas dan lembut menghapus noda ice cream di hidupnya tanpa aba-aba dan tanpa diminta pertolongan, zayyan terpaku.

"Selesai" tukasnya seperti baru saja membersihkan anak kecil yang celemotan.





Oke, anggap saja itu sikap Ricky yang lemah lembut dan terkadang absurd. Zayyan tak ingin memikirkannya. Membersihkan setitik noda ice cream di hidung tak ada bandingannya dengan mengecup, bahkan menggigit leher bukan. Ah benar, sejak kapan zayyan jadi berpikir ringan terhadap hal-hal yang berbau seperti itu. Bukankah dulu ia berada di barisan orang-orang yang homophobic dan semacamnya?



Ricky berdehem, menopangkan dagunya di pagar besi sisi jalan. Menatap zayyan dengan senyum miring mencurigakan, "Jadi, bagaimana rasanya di kiss mark pertama kali?"


Ah, salahkan pipinya yang merona tiba-tiba bahkan tanpa cuaca yang dingin ataupun panas. Zayyan tak ingin dianggap tersipu tapi wajahnya mengatakan itu.

"Aku tak menganggap itu sebagai kiss mark"

"Kenapa?"

"Kiss mark versiku hanya akan dilakukan oleh pasanganku kelak"

"Jadi kau sebut apa kiss mark yang itu?"

Zayyan menatap Ricky dengan alis tertaut. Oh ayolah, ric, kau tahu maksudku... Wajahnya mengatakan itu.

"Oke oke... Aku tak akan menanyakan itu lagi walaupun kulihat wajah mu senang senang saja"

"Hei..."

Ricky tertawa. Dan tawa khas nya yang seperti itu menandakan kalau ia baru saja berhasil menjahili zayyan.


Playlist lagu bergilir dari dalam kafe. Dan mereka bisa mendengar intro yang sangat tak asing itu beralun. Musiknya yang ramai dan ketukan nadanya yang mengunci pergerakan zayyan. Matanya terbelalak. Menatap Ricky tidak percaya.



"Kau dengar itu? Itu lagu kami, lemonade!!!"

Ricky mengangguk-angguk antusias, tersenyum sumringah, "luar biasa" katanya takjub.


"Ya Tuhan... Aku tak percaya ini"

Zayyan tak bisa menyembunyikan rasa gembiranya. Ia menari tipis-tipis sesuai choreo lemonade sambil menggenggam eskrim nya. Ah benar, para member harus melihat ini!

Zayyan mengambil handphone nya dan merekam sepenggal video cafe yang sedang memutar lagu lemonade itu yang ada di dekat mereka.

Sementara Ricky sibuk menghimbau orang orang yang lewat untuk mendengarkan lagu lemonade yang sedang terputar itu tanpa malu.

"Judulnya lemonade. Lagu xodiac, kalian tahu? Ituloh boyband baru dengan sembilan member tampan" Lalu, ketika tak satupun yang menanggapi nya, karena mereka sibuk dengan tujuan mereka dan jalan itu adalah milik umum, maka Ricky berseru "DENGARKAN LAH SAAT PULANG! KALIAN TAK AKAN MENYESAL" Dan jika bukan karena mood nya yang sedang baik, zayyan bertaruh akan meninggalkan Ricky saat itu juga dan berlagak seperi tak mengenalnya.



"jayan-ah"|| XodiacWhere stories live. Discover now