4. Terkenang

504 123 6
                                    

"Rain, makan malam dulu sayang" panggil Aran yang lebih dulu berada di meja makan.

Rain yang masih bermain bersama pengasuhnya pun segera membereskan mainan dan buku buku pelajarannya sebelum menghampiri Aran.

Setelah selesai ia di tuntun oleh pengasuhnya ke meja makan dan dengan lincah menaiki kursi lalu duduk di samping Aran. Hanya terlihat ujung kepalanya karena meja makan yang tinggi hingga Rain yang duduk di kursi pun tenggelam.

Aran terkekeh melihatnya, ia mengangkat tubuh Rain untuk duduk di pangkuannya sembari menunggu suster Rain mengambil kursi makan untuk anak anak.

"Laper ya?" Tanya Aran menunduk menatap wajah sang anak.

"Huum" Rain mengangguk antusias.

Aran pun kembali mendudukkan Rain di kursi khusus anak-anak lalu mengambilkan makanan untuknya.

"Bunda aja Ran, kamu makan duluan" suruh Shani yang ingin mengambil alih piring Rain.

"Gapapa Bun, bunda aja yang duluan makan" tolak Aran.

Setelah memastikan Rain makan dengan nyaman dan mudah, Aran pun mulai memakan makanan miliknya. Sesekali juga ia menegur Rain yang makan sambil bermain.

"Papa" panggil Rain. Tangannya tak berhenti mengaduk aduk makanan dan mulutnya yang sibuk mengunyah.

"Telen dulu dek" ucap Aran memperingati.

Setelah menelan makanannya Rain kembali bersuara. "Mama aku mana?"

Aran terdiam, seketika ia menghentikan makannya. Hal yang selalu ia hindari adalah pertanyaan ini, Aran tidak tau harus bereaksi seperti apa ketika Rain sudah menanyakan tentang ibunya.

"Dek, habisin dulu makannya baru ngomong. Gaboleh makan sambil ngomong gitu" tegur Shani.

"Aku kan tanya aja Oma. Tadi di sekolah teman Rain ada mamahnya tapi Rain enda" ia menggeleng.

"Rain kan mau tau, mama Rain mana?"

"Kalo sekolah teman Rain di temani mama terus, tapi Rain nda ada mama"

"Rain cuma di temani Tante" ucapnya mengakhiri ucapannya.

"Tante siapa Rain?" Tanya Aran

"Ha?" Rain kaget, ia menggeleng cepat sembari menutup mulutnya karena keceplosan.

"Tante yang sering datengin kamu itu Rain?" Tanya Aran lagi.

Rain mengangguk pelan sambil menundukkan kepalanya, takut kena marah Aran.

Aran menghela nafasnya kasar, ia teguk air putih di depannya dengan satu tegukan hingga habis.

"Abisin makannya, baru tidur. Besok sekolah" ucap Aran.

Ia tak berniat untuk menjawab pertanyaan Rain tadi, jujur saja ia tidak ingin memberitahu atau mengenalkan siapa sosok ibunya Rain. Selama ini bahkan ia tak pernah menceritakan apapun tentang wanita itu pada anaknya.

Wanita yang telah tega meninggalkannya, wanita yang tidak pernah menatap kepada anaknya sedikitpun saat Rain lahir, wanita yang pergi begitu saja karena tidak ingin menerima anak yang di kandungnya. Wanita itu, bahkan untuk menyebut namanya saja Aran tidak mau.
Wanita yang sudah ia buang jauh tentang siapa dia.

"Aku gamau punya anak! Aku masih kuliah! Aku masih mau seneng seneng! Kamu urus aja anak itu sendiri, jangan pernah berharap aku mau nerima dia, karena itu anak kamu bukan anakku!"

Ting!!

Aran menghentakkan sendok di tangannya hingga berbunyi nyaring. Emosinya tiba-tiba naik saat mengingat wanita itu. Ia sangat membencinya, sampai kapanpun Aran sangat membencinya.

Rasa 2; Hujan Where stories live. Discover now