44

957 46 14
                                    

Sementara itu di kamar utama Elena sedang bertengkar dengan Frank. Mattew tidak tahan untuk mendengar sumber permasalahan kedua orang tuanya. Ia bersembunyi di kamar kosong di samping kamar utama.

"Jangan menyuruhku meminta maaf padanya karena ia memang pantas mendapatkan itu! Bahkan itu belum seberapa!".

Elena membelakangi Frank dengan nada bicara yang masih sama.

"Sikap mu benar-benar keterlaluan! Seharusnya kau bisa bicara baik-baik dan mendengarkan seluruh cerita sebelum bertindak seperti itu. Larine baru saja tiba dan mungkin ia lelah. Aku ...aku kecewa padamu".

Suara Frank begitu datar saat menanggapi emosi Elena. Ia bisa saja kasar padanya tapi ia tidak ingin melakukannya karena ia tidak ingin melakukannya.

Elena berbalik dengan tatapan mata tajam. Namun air matanya belum kering.

"Apa yang kalian lakukan di belakangku? Apa ia lebih panas dibanding aku?".

"Pikiranmu sangat sempit. Kau tidak tahu apapun! Jangan mengarang cerita!".

Elena tertawa kecut. Ia berjalan mendekati pecahan kaca yang berserakan dengan foto pernikahan mereka diantara kepingan kaca pigura. Ia meraih foto itu dan menatap Frank.

"Apa yang kau inginkan sekarang? Pilih Larine atau aku!".

Frank terdiam. Ia menyugar rambutnya.

"Aku tidak akan melakukan apapun sebelum kita bicara dengan kepala dingin. Tadinya aku ingin memberitahu dirimu tentang segalanya tapi kau sendiri yang menutup kesempatan itu. Sekarang, ayah dan anak-anak bahkan mungkin Dorette sudah pasti mendengar semua ini. Bagaimana kau akan muncul di hadapan mereka?".

Srekkkk!!!!!!

Elena merobek foto itu menjadi dua bagian dan melemparkannya ke wajah Frank.

"Aku sudah tahu jawabannya. Keluarlah dari rumahku! Kau begitu sombong Frank Jensen! Kalau bukan karena ayahku, kau mungkin hanya seorang pemuda miskin yang tak punya apa-apa!".

Wajah Frank memerah mendengar perkataan Elena. Jantungnya berdebar kencang. Jika ini bukan Elena ia pasti sudah membunuh orang itu. Tangannya terkepal erat. Ia menegakkan punggungnya.

Kemudian ia berjalan keluar tanpa bicara apapun lagi. Di luar kamar tepatnya di pintu, ia bertemu Tuan Mayer.

"Maaf untuk kekacauan ini. Seharusnya ayah tidak meminta Larine datang".

"Tidak apa-apa ayah. Oh...apa dokter sudah datang?".

Tuan Mayer terdiam.

"Aku akan melihat Elena di kamar".

Frank mengangguk lalu membiarkan mertuanya pergi ke dalam kamar. Ia berjalan menuju tangga dan turun ke bawah.

Tuan Mayer terkejut dengan kamar yang berantakan dengan pecahan kaca juga barang-barang yang berserakan di lantai. Ia memungut foto pernikahan yang sobek. Ia duduk di ranjang.

"Benarkah ayah yang meminta Larine datang?".

Suara Elena hampir tercekat di kerongkongannya. Tuan Mayer mengangguk.

"Ayah menelepon Larine dan memaksanya datang pagi tadi. Ayah melihat hubunganmu dan Frank bermasalah dan kita harus menyelesaikan itu. Tapi... semua tidak mudah sekarang. Ayah mengerti perasaanmu".

Elena menggigit bibirnya.

"Ia pantas mendapatkan itu ayah! Seharusnya ia menolak Frank karena ia tahu betul Frank adalah suamiku".

"Ini semua kesalahan ayah. Saat kematian Carl, ayah meminta Frank mengurus semuanya. Bahkan ayah juga meminta Frank untuk membantunya dalam segala sesuatu. Hanya ia kerabat ayah yang tersisa dan ayah menyayanginya sama seperti ayah menyayangimu. Ia telah banyak menderita dan ayah ingin membantunya untuk hidup lebih nyaman. Dan Frank melakukan semua yang ayah minta El...".

SECOND HOME (TAMAT)Where stories live. Discover now