Agin dan petir menjadi saksi bisu dari dua remaja yang saling berpelukan di bawah derasnya guyuran hujan, mengabaikan dinginnya malam itu.
"Kenapa? Kenapa Tuhan mempertemukan kita jika memang kita tidak di takdirkan untuk bersama?" Tanya Arthur di sela pelukan mereka.
Asteria tidak bisa lagi membendung tangisnya, seharusnya dari awal dia sadar, bahwa dia dan Arthur adalah dua hal yang berbeda.
Seharusnya, mereka tidak saling mencintai sedalam ini.
"Cinta kita ada di antara sembahyang Tri Sandyaku dan Ibadahmu antara gelang tri datuku dan Salib di lehermu sebesar apapun cintaku padamu aku tidak akan pernah merebutmu dari Tuhanmu" kata Asteria lirih hendak melepas pelukan mereka.
Seburuk apapun Arthur, dia masih mencintai Tuhannya dan semenyedihkan apapun takdir yang di jalani Asteria dia masih percaya pada kebesaran Tuhannya.
"Biarin dulu kaya gini sebentar" pinta Arthur
Setidaknya untuk malam ini sebentar saja mereka bisa bersama, menghentikan semesta yang kejam, mengobati luka dan menata hati walau terasa sakit.
Jika Tuhan itu satu kenapa kita di pisahkan karena memanggilnya dengan sebutan yang berbeda?
🍂🥀🍂
HAI! HAI! Apa kabar kalian semuanya?
Selamat datang di cerita baru aku, aku harap kalian suka cerita ini💜
Jangan lupa follow, vote , dan komen ya!!
Spam next untuk part selanjutnya!
YOU ARE READING
DIFFERENT
Teen Fiction"jika Tuhan itu satu mengapa kita di pisahkan karena memanggilnya dengan sebutan yang berbeda?" ~ Arthur Jefferson Devodka ~ "ini adalah kisah kita yang tidak akan pernah direstui oleh semesta" ~ Ni Putu Asteria Charviana Putri ~
