10.

779 75 0
                                    


"Lo sakit, Rin? Lemes banget keliatannya." Tanya Yeji.

"Gue gak papa, Jey, cuma pusing dikit." Karina memijat pelipisnya. Tadi pagi, dirinya sempat merasa mual dan sekarang rasa pusing pun menyerang.

Mau overthinking, tapi mana mungkin dirinya hamil, orang setiap saat kerjaannya hanya rebahan, rebahan, dan rebahan. Fiks—— ini mah Karina kemakan berita hoax dari Google. Google gak selamanya benar, bro, harusnya udah gak heran.

"Tumben banget, Winter cs gak ada didaftar telat, gak buat masalah juga." Ucap Yeji seraya membaca satu-persatu nama siswa yang telat hadir.

Karina yang mendengar pun segera merebut selembar kertas itu dari Yeji, membuat gadis itu berdecak kesal. Karina pun ikut membaca nama-nama tersebut, sebelum memutar bola matanya.

"Ini mah mereka gak berangkat."

"Berangkat. Si Ryujin berangkat kok." Ucap Yeji, toh, kan dirinya berangkat sama Ryujin jadi wajar tau.

"Kata siapa?"

"Gue," tunjuk Yeji pada dirinya sendiri, kemudian terkekeh kecil.

"Lo mah pacarnya, udah gak heran gue." Jawabnya dengan malas.

•••

Dukk, dukk, dukk..

"Gue ngantuk, bjirr." Yujin meletakkan dagunya diantara lipatan tangan, matanya memperhatikan Winter dan Ryujin yang bermain basket.

"Bangun jam berapa emang?" Tanya Ningning yang masih fokus sama buku. Bukan buku pelajaran, melainkan buku novel.

"Jam lima."

Ningning hanya melirik sinis. Jam lima—— menurut sebagian orang itu sudah termasuk kategori terlambat, atau kesiangan. Berbeda dengan Yujin, menurut dia itu adalah waktu yang tergolong pagi. Ningning tau, biasanya jam bangun Yujin itu setengah tujuh mepet sekali dengan jam masuk.

Gak salah mereka sering telat.

"Akhir-akhir ini gue sering liat kalian berdua berangkat pagi terus, kenapa dah?" Tanya Kazuha.

"Tanyain temen lo yang satu itulah, anjir," balas Yujin dengan nada tak santai. "Gak tau kerasukan apa, sampai tiba-tiba jadi rajin begitu." Sambungnya.

"Halah, rajin apaan? Tuh buktinya ikutan bolos." Ningning meninggikan suaranya, sengaja agar Winter merasa jika dirinya tengah dighibahi.

Terbukti. Winter pun melirik, wajahnya terlihat kesal sekarang, lalu melempar asal bola basket yang tak bersalah itu. Ryujin yang tengah menghalangi Winter pun berhenti dengan wajah bingungnya.

"Kenapa lo?" Tanya Ryujin pada Winter.

"Gak tau, males gue." Ucapnya, kemudian meninggalkan Ryujin yang kini dilanda kebingungan— entah apa yang harus dilakukannya, mengambil bola basket atau menyusul Winter yang kini tengah meneguk air minum.

Pada akhirnya Ryujin pun mendekat, raut wajahnya masih terlihat jelas kebingungan.

"Kenapa, sih?"

"Gak tau, gak tau, gue bad mood." Winter menggeleng-gelengkan kepalanya kesal. Ia jadi teringat kejadian beberapa hari lalu.

"Kenapa?" Tanya Ryujin, lagi.

"Lo—," Winter menunjuk Yujin. Sedangkan yang ditunjuk mengangkat satu alisnya bingung. "Jawab jujur, lo saudaranya Yunjin, kan?"

"HA?!" Seru Yujin. Jelas dia bingung, Yujin tidak mengenal siapa Yunjin. Ini lagi, tiba-tiba dituduh menjadi saudaranya, please konspirasi darimana lagi.

"MAKSUD?" Yujin menaikkan nada suara. "GUE KAGAK KENAL YUNJIN, BADZENG!"

"Bentar-bentar, Yunjin siapa dah?" Lerai Ningning, dirinya tiba-tiba juga ikut bingung.

"Gak tau. Waktu itu Karina bandingin gue sama Yunjin itu."

"Yunjin yang pinter itu, bukan?" Tanya Ryujin seraya melirik Kazuha.

"IYA! Fiks, ngaku aja Jin. Saudara lo kan?"

"GUE KAGAK TAU, BJIRR." Ungkap Yujin, padahal teh, dia diem aja dari kemarin-kemarin eh sekarang malah dituduh gini.

"ITU MAH MANTANNYA KAZUHA, ANYING!" Teriak Ryujin.

"Loh-loh, Yunjin yang katanya sepupunya Karina bukan?" Tanya Ningning.

"Iya anjir,"

"OALAHHH!" Teriak Kazuha seraya bertepuk tangan. "Eh- kalian bahas Yunjin, gue jadi kangen tuh anak deh."

Ryujin yang mendengar pun segera menggetok kepala Kazuha. "Skip, buaya."

Winter yang sedari tadi menyimak pun berucap, "oh, berarti bukan saudaranya Yujin ya?"

"YA BUKAN LAH, ANJIR!" Jawab Yujin ngegas.

"Sebenarnya hubungan kita apa sih, Win? Cukup tau aja sih, hubungan kita gak spesial." Lanjut Yujin.

Winter memutar bola matanya, Yujin terlalu hiperbola.

"Ya maap, lagian namanya hampir mirip."

"HAMPIR MIRIP, HAMPIR MIRIP. NAMA BEGITUAN MAH BANYAK." Sumpah demi apapun, kali ini Yujin kesal setengah mati pada Winter. Demi apapun, padahal ia tidak melakukan apa-apa, seenaknya Winter menuduhnya. Memang manusia kalo lagi jatuh cinta suka buta sama kenyataan.

"Sabar Jin, sabar." Ucap Ningning seraya mengelus bahu gadis itu.

.

.

.

Tbc...

maaf klo lama, soalnya author lupa sandi (lagi) 😞.

sekali lagi maaf gesss 💐🌹

Enemy LoverWhere stories live. Discover now