1 : Tekanan

36 1 0
                                    

"Pak Harvey, ini list karyawan baru yang akan masuk besok." ujar Febby, sekretaris Harvey yang terkenal akan nada datarnya saat bicara kepada siapapun, kecuali saat ia melihat kucing lewat. Ia akan tiba-tiba berubah menjadi sailor moon yang nada bicaranya menjadi manja kepada kucing. Terutama kucing putih.

Febby sudah bekerja sebagai sekretaris Direktur utama di PT Danadia, Harvey, selama 5 tahun lamanya. Satu hal yang sangat mengganggu Febby adalah, mengapa Pak Harvey , atasannya yang tampan dan kaya itu, tidak pernah ada rumor pacaran? Apakah bosnya mempunyai rahasia mengenai seksualitasnya yang tidak boleh diketahui?

"Taruh diatas meja saya, nanti saya lihat." ujar Pak Harvey yang masih sibuk menganalisis laporan keuangan fiskal tahun lalu. Karena sudah menjelang memasuki awal tahun baru, maka ia harus membuat target serta budget untuk tahun ini. Akhir tahun memang selalu sibuk, oleh karena itu ia meminta HRD untuk menambah beberapa karyawan baru.

"Baik." jawab Febby kemudian langsung melangkah keluar dari ruangan bosnya.

ringg ringg

Harvey mengintip layar handphonenya lantas siapakah yang berani mengganggu jam kerjanya di siang bolong ini. Oh, ternyata ibuku.

"Halo ma." jawab Harvey.

"Nanti jam 5 sore kamu keluar bentar untuk temani mama makan malam ya." ujar mamanya yang langsung to the point seperti biasanya.

Harvey mengernyitkan dahinya curiga. Sepertinya ini adalah akal akalan mamanya yang lain untuk menjebaknya ke dalam sebuah blind-date konyol.

"Harvey sibuk ma," jawab Harvey ingin menolak perintah baginda ratu di rumahnya.

"Mama pokoknya akan tunggu di restoran all season di jalan Thamrin sampai kamu dateng. Inget ya kamu." ujar mamanya tidak menerima penolakan anak bujangnya kemudian langsung menutup telponnya.

tut tutt

Hadeh. Harvey menghela nafas cukup panjang. Belakangan ini hidupnya kurang tenang gara-gara tekanan mamanya untuk menjodohkannya dengan makhluk perempuan. Pernah mamanya menuduhnya akan sebuah hal yang sangat konyol dua tahun yang lalu.

"Kamu gay ya?" tanya mamanya saat hari ulang tahun Harvey yang ke 25 tahun namun tak kunjung pernah pacaran seumur hidupnya.

"Aku masih normal, ma" jawab Harvey setengah terkejut ditanya hal seperti itu oleh mamanya.

"Pa, aku curiga sama anak kita tidak pernah pacaran." ujar mamanya kepada papanya yang duduk diam saja di sofa sebelah mamanya.

"Sudahlah, mungkin dia belum bertemu dengan wanita impiannya." ujar papa Harvey yang membela Harvey.

Harvey menggelengkan kepalanya melihat mamanya yang kebanyakan bergaul dengan ibu-ibu sosialita kurang normal. Entah apa yang ibu-ibu sosialita itu katakan pada mama, sehingga di dalam otaknya muncul skenario indosiar haram seperti itu.

***

"Anakku, akhirnya kamu dateng.. setelah kita tunggu 30 menitan." ujar mama Harvey dengan nada sarkastik seperti biasanya. Harvey pun memeluk mamanya dengan cipika cipiki pipi kanan kiri seperti biasanya.

"Macet ma. Biasalah Jakarta." ujar Harvey beralasan.

"Kenalin nih, Sefora Fauna, anaknya temen mama. Cantik loh anaknya. Udah S2 di Kanada juga." ujar mamanya sambil tersenyum memperkenalkan seorang wanita yang duduk di hadapan mamanya malu-malu kepada Harvey.

"Sefora Fauna?" tanya Harvey sambil mengernitkan dahinya bingung. Kenapa namanya kedengaran aneh ya?

"Iya, namaku Sefora Fauna. Salam kenal." ujar wanita itu sambil mengulurkan tangannya kepada Harvey ingin bersalaman dengannya.

Harvey pun menjabat tangan itu dengan cepat kemudian langsung duduk di sebelah mamanya.

"Apaan sih Veyvey? Kok malu sama Sefora?" nyeletuk mamanya melihat gelagat Harvey yang seperti ingin duduk menjauh dari Sefora Fauna.

"Ma!" bisik Harvey sambil menyenggol mamanya minta dia untuk diam. Tolong ya Tuhan, sembuhkanlah mindset mamaku.

"Apa Veyvey?" ujar mamanya senyum tipis mengira anak bujangnya sungguh malu bertemu perempuan pertama kalinya.

Tolonglah, Harvey sudah didekati oleh puluhan wanita di hidupnya. Ini bukan seperti yang mamanya pikirkan!

"Ma, stop panggil aku Vi--." ujar Harvey pelan yang langsung dipotong oleh mamanya.

"Pelayan! Order please~" ujar mamanya yang mengundang seluruh perhatian pengunjung restoran ini.

Aduh.

Harvey pun langsung salting menutup wajahnya.

"Veyvey, kamu mau order apa? Fauna kalau mau pesan, pesan aja ya nak." ujar mamanya yang tampak sangat antusias.

Dengan segera, Harvey mengeluarkan iphone keluaran terbarunya untuk memanggil panggilan darurat. Ayahku Pahlawanku.

"Kamu telfon siapa Veyvey?" ujar mamanya yang masih meledek Harvey dengan sebutan seperti wanita itu.

"Pahlawanku." jawab Harvey singkat.

Pelayan restoran yang sedari tadi mencatat pesanan mamanya masih berdiri disitu menonton segala pembicaraan mereka dengan dahi berkerut. Sepertinya pelayan itu menertawainya tadi pas mama memanggilku Veyvey. batin Harvey melototi pelayan itu.

"Halo pa. Tolong kesini ya, sekarang! Tolong aku!" ujar Harvey singkat kemudian menutup telfonnya dan mengirimkan lokasi livenya kepada ayahnya lewat whatsapp. Pelayan itu pun tampak bingung menerima pelototan Harvey.

"Harvey! Kamu ngapain manggil papamu kesini?!" ujar mamanya melengking. Ia tahu ia akan diseret pulang lagi oleh suaminya.

"Sepora. Kamu order aja. Saya pergi dulu." ujar Harvey kemudian langsung kabur dari tempat itu setelah mengkonfirmasi papanya akan menyeret mamanya pulang ke kamarnya.

"Harvey!" teriak mamanya kepada Harvey yang dalam sekejap sudah menjauh dan memasuki lift.

Anak bujangku! Awas kamu! batin mamanya sambil mengepalkan kedua tangannya geram.

****

"Halo. Lec" ujar Harvey membuat panggilan melalui mobil tesla keluaran terbarunya.

"Kenapa ngab." jawab Alec, sohib Harvey sejak kuliah hingga kerja. Alec Ivander adalah bujang paling terkenal seantero wanita Jakarta. Karena mungkin hampir semua bidadari selebgram Jakarta mengaku pernah menjadi mantan dari sohibnya itu. Sungguh pertemanan yang sangat berbanding terbalik. Harvey menertawakan dirinya sendiri.

Jika ia ditanya apakah ia ingin menjalin hubungan dengan wanita. Ya tentu saja ia ingin. Hanya saja sejauh ini belum ada yang bisa mengambil hati perawan Harvey yang suci itu. Ia sedari dulu sangat idealistik mengenai percintaan yang ingin ia punya.

"Lu ada di Condo ga." tanya Harvey sambil mengemudi lewat jalan tol Jakarta di malam hari yang sangat indah.

"Ngapain gua malem di Condo sendirian? Lu tau lah gua dimana kalau jem segini!" ujar Alec disertai dengan kebisingan musik DJ yang berdentum di panggilan tersebut. Harvey menggeleng kepalanya melihat sohibnya calon penghuni neraka itu.

"Yauda di tempat biasa kan lu?" tanya Harvey.

"Iye. Udah yak gua mau joget dulu." ujar Alec terburu-buru kemudian menutup panggilan Harvey.

tutt tutt

Harvey pun memutar balik mobilnya menuju club langganan sohibnya itu. Black Pheonix.

***

Cinta Salah Target (SHORT STORY)Where stories live. Discover now