02. Dingin

139 7 0
                                    

JANGAN LUPA SHARE YA TEMAN READERS~

BANTU VOTE JUGA DONG, KALAU BISA SIH SAMA CELOTEH KOMENTAR KALIAN....

TERIMA KASIH.

"Dokter mint!!" Seru Zian tanpa sadar.

Meskipun tidak merasa memiliki nama, namun dengan panggilan dokter yang keluar dari mulut gadis itu, tentu saja alam bawah sadarnya ikut terpancing hingga membuat kedua pria itu menoleh.

Rasa yakin begitu mendapat tatapan dari Zian, membuat pria itu berbalik. "Anda memanggil kami?" tanya salah seorang dari dua pria itu.

"Mmm~ Apakah anda yang tadi menolong saya di lorong rumah sakit?" tanya Zian to the point.

Mungkin saja ingatan lelaki itu tercampur di antara banyaknya pasien yang ia temui hari ini. Kedua pria itu saling menatap dan mencoba mengingatnya kembali.

"Yang tadi pingsan di lorong itu?" tanyanya kala teringat.

Zian tersenyum mengangguk begitu berhasil mengembalikan ingatan sang dokter. "Saya sangat berterima kasih karena anda sudah menolong dan membawa saya ke UGD" kata Zian.

Tanpa sedikitpun berekspresi, dokter itu berkata "sudah tanggung jawab saya"

Dengan sedikit menunduk memberi salam, pria itu lantas pergi begitu saja tanpa mengucapkan beberapa patah kata. Zian berdecak dalam hati, "Udah? Aku ditinggal gitu aja nih?"

"Kalau begitu saya juga permisi" sahut pria di sampingnya ikut pergi.

"Dokter tunggu!!" seru Zian cepat.

Begitu kedua dokter itu berbalik, dengan cepat Zian membaca name tag yang tertera pada jas putih itu. "Sultan Fajarul Akbar" batinnya sembari menorehkan seuntai senyum.

"Saya tersesat saat hendak berjalan-jalan. Jadi, apa saya bisa minta tolong dokter buat mengantar saya kembali ke UGD?" tanya Zian memelas.

"Setel ulang ekspresi lo Jang. dia pasien" bisik dokter dengan name tag bertuliskan Dion Putra Mahendra itu.

Pada detik berikutnya barulah terlihat seuntai senyuman tipis yang tersirat di bibir dokter Fajar. "Baik, mari saya antar~" ujar dokter Fajar.

"Sepertinya aku tiba-tiba jadi menyukai dokter tampan ini deh" batin Zian kala memandangi punggung indah pria di depannya.

Tidak mau melewatkan kesempatan emas untuk berbincang dengan dokter Fajar, Zian pun mulai sedikit membuka obrolan dengan lemparan pertanyaan tak berarti.

"Dokter terlihat muda sekali, apa dokter masih magang di sini?" tanya Zian tertuju pada kedua dokter tersebut.

Seperti bingung dengan jawaban yang akan diberikan, kedua pria itu lagi-lagi hanya saling bertukar tatapan. "Benar" Jawab dokter Dion dengan anggukan kecil.

Tanpa menghentikan langkah ketiganya, mereka terus berjalan hingga sampai di depan sebuah kamar mandi di dekat UGD. Zian yang lebih dulu berhenti, diikuti oleh kedua dokter yang berniat mengantarnya itu.

"Dokter, boleh minta nomor hp?" tanya Zian dengan senyuman penuh.

Dokter Dion terbelalak kaget mendengar permintaan Zian kepada temannya itu. Sedangkan dokter Fajar yang mendengarnya malah tidak menunjukkan reaksi apapun.

"Maaf, saya tidak memiliki kewajiban untuk memberikan kontak pribadi kepada pasien" jawabnya datar.

"Berarti kalau bukan pasien, saya boleh minta?" tanya Zian lagi.

Kali ini dokter Dion tertawa kecil "Ruang UGD ada di depan, silahkan kembali ke bangsal anda dan istirahat. Kami permisi!" kata dokter Fajar menanggapinya.

Dokter SurgakuWhere stories live. Discover now