08. Berbagi Tugas Dengan Madu

1K 26 1
                                    

Di dalam tidurnya, Hanin bisa merasakan jika tubuhnya di angkat oleh seseorang dan di letakan di atas ranjang secara hati-hati. Hembusan nafas menerpa wajahnya, aroma mint tampak begitu menyeruak di hidungnya.

Hanin membuka mata secara perlahan. Semalam dirinya memang sulit tidur, karena tidak ada Riandi di sampingnya. Ia hanya tidur 2 jam saja, maka dari itu ia Ketiduran sekarang.

Saat Hanin membuka mata, yang ia lihat adalah wajah tampan suaminya dari jarak dekat. Riandi tersenyum manis, pria itu mencium sekilas bibir Hanin. Mendapatkan perlakuan lembut seperti itu, tentu saja Hanin pun terbuai.

"M-maaf Mas, Hanin ketiduran..." cicitnya seraya mengerjap mata malu, salah tingkah ketika melihat Riandi yang tak mengalihkan pandangannya.

Riandi berdehem, tangannya menarik mukena putih yang Hanin pakai untuk di buka. "Tidur jam berapa semalam? Apa tidurmu nyenyak?"

Hanin terdiam. Jika boleh jujur, ia tidak tidur nyenyak sama sekali. Terbiasa tidur dengan Riandi, sekalinya terpisah pasti akan sulit tidur. 

Hanin mengangguk, terpaksa berbohong. Ia tidak mau egois, apalagi 'kan Riandi tidak hanya memilikinya, tapi memiliki Nadine juga. "I-iya Mas. Bagaimana dengan kamu?"

"Tentu saja nyenyak." Hanin mengulum bibir, menahan sesak di hatinya.

Tentu saja Riandi nyenyak, semalam 'kan suaminya sedang malam pengantin dengan istri barunya.

"Oh syukur jika begitu." Riandi menegakkan tubuhnya dan duduk di tepi ranjang.

Hanin hanya bisa meremas selimut sambil menatap punggung Riandi yang sedang memunggunginya. "Kamu tampak kurang tidur jika aku lihat, Nin."

Pria itu berbalik untuk menatap Hanin, Hanin balas menatapnya. "Aku tidur nyenyak kok semalam. Mungkin karena aku begadang."

Riandi menghadap ke hadapan Hanin dengan tatapan bingungnya. "Maksudmu? Katanya kamu tidur nyenyak, jadi kamu begadang semalam?"

Karena berbohong tidak ada gunanya, Hanin pun mengakui juga. Riandi berdecak kesal.

"Sejak kapan kamu jadi suka berbohong padaku?" tangan Riandi mengangkat dagu Hanin untuk menatapnya. Sang lawan bicara menatap dengan takut.

"Maaf Mas, aku nggak bermaksud. Tolong maafkan aku." Hanin memeluk perut Riandi dengan lembut, supaya rasa kesal Riandi surut. Ia paling takut jika Riandi marah, meski Riandi tidak pernah meluapkan amarah kepadanya.

"Jangan di biasakan, nggak baik," pesan Riandi dan Hanin mengangguk.

Melihat Hanin penurut membuat Riandi mencium pipi kiri dan kanannya berkali-kali. Hingga suara seseorang menghentikan kegiatan mencium sang istri.

"Mas, sedang apa kamu di sini? Bukannya 5 hari ke depan kamu harus bersamaku. Apa kamu yang menghasutnya untuk ke sini, Hanin?" gerutu Nadine sambil menatap nyalang pada Hanin.

Kedatangan Nadine membuat Riandi menatapnya tajam, apalagi saat Nadine menuduh Hanin yang tidak-tidak. "Jangan menyalahkan Hanin. Aku yang ingin menemuinya. Apa kamu punya sopan santun? Kenapa datang ke kamar orang tanpa permisi?"

Nadine menghela nafas kasar. Tampak kesal ketika Riandi malah membela Hanin.

"Kemari, kamu harus bersamaku," ujar Nadine.

"Udah Mas, Kak Nadine benar, kamu harus bersamanya," bujuk Hanin.

Tanpa banyak berkata, akhirnya Riandi mengalah saja dan bangkit dari duduknya setelah mengusap puncak kepala Hanin.

Sesampainya di ambang pintu, Nadine melingkarkan tangannya di lengan kokoh Riandi dan bergelayut manja di tangannya.

"Mulai hari ini dan seterusnya, kamu harus mengantarku ke tempat kerja," pinta Nadine pada Riandi.

Sang Madu Dari Suamiku (TAMAT)Where stories live. Discover now