(21+) Tubuh Kekar Suamiku Dijadikan Mainan Lima Atasanku

Start from the beginning
                                    

Ilustrasi: Raymond Iglesias

Usiaku 32 tahun saat bertemu Mas Tio yang lebih tua 5 tahun dariku. Hari itu, Mr. Raymond harus lembur. Meskipun jabatannya tinggi, Mr. Raymond orangnya sangat rendah hati dan baik padaku. Dia adalah seorang pria dari Spanyol berusia sekitar awal 50 tahun, berbadan tinggi dan kekar, ramah, dan suka tersenyum. Dia suka berpakaian kerja ketat, menonjolkan otot-ototnya yang masih terjaga di usia 50 tahunan dan selalu tampil wangi dengan parfumnya yang baunya sangat elegan. Sebagai seorang CFO, tentu Mr. Raymond sangat sibuk. Hari itu, dia harus bekerja sampai pukul sebelas malam karena ada sebuah laporan keuangan mengenai risk management yang harus dia selesaikan hari itu juga. Dia memintaku pulang terlebih dahulu, tetapi aku tidak enak melakukannya.

"Kamu harus segera pulang, Ratna," katanya tidak enak padaku dalam Bahasa Indonesia yang berlogat kebule-bulean. "Saya kasihan pada anak kamu. Dia masih kecil. Dengan siapa dia menunggu di rumah?"

"Kebetulan ada ibu saya yang datang sejak seminggu ini, Mr. Iglesias," kataku sambil tersenyum simpul. "Saya akan membantu Anda menyelesaikan assessment ini agar bisa selesai tepat waktu..."

"Terima kasih banyak, Ratna," katanya tersenyum penuh haru dengan kesediaanku lembur tanpa disuruh.

Saat pulang, Mr. Raymond Iglesias menawariku untuk mengantarkan aku pulang dengan mobil yang dia kendarai. Tentu saja, aku harus menolak. Aku setiap hari bekerja membawa motor. Tentu saja, aku tidak mungkin meninggalkan motorku di kantor.

"Baiklah, kalau begitu ini untuk kamu..."

Mr. Raymond mengambil beberapa lembar uang seratus ribu rupiah dari dompetnya dan diberikan kepadaku. Aku terperangah.

"Tidak perlu, Mr. Iglesias," kataku menolak tidak enak sambil melambai-lambaikan tanganku. "Sudah menjadi tugas saya..."

"Jam kerjamu berakhir pukul 5 sore, Ratna," Mr. Raymond bersikeras memintaku menerima pemberiannya. "Terima saja... Biar saya lega bisa memberikan sedikit apresiasi untukmu... Por favor, Ratna..."

Dengan ragu-ragu, aku menerima uang itu. Mr. Raymond tersenyum lega, lalu segera masuk ke mobil sedan Mercedes Benz warna hitam miliknya.

"Besok kamu datang setelah makan siang saja, Ratna," kata Mr. Raymond sambil mengeluarkan kepalanya dari jendela gelap mobil mewah itu, lalu tersenyum menggodaku. "Kalau sampai kamu datang seperti biasa, saya akan potong gaji kamu..."

"Terima kasih, Mr. Raymond," kataku lalu tersenyum. "Hati-hati di jalan."

"Adiós..."

Aku melambaikan tangan ke mobil Mr. Raymond Iglesias. Setelah mobilnya tidak terlihat lagi, aku berjalan ke arah parkiran motor kantor tidak jauh dari situ.

Di dekat sana, ada tiga toilet berjejer dan sebuah kamar mandi khusus satpam yang bertugas. Saat aku berjalan di cahaya remang-remang menyusuri jalan setapak menuju parkiran motor, aku tertegun dengan sosok seorang pria yang telanjang dari belakang. Kulitnya berwarna coklat terang dan bersih. Dia sedang mengeringkan rambutnya yang tampak basah sehabis mandi. Dadanya tampak kuat dan gagah dari belakang. Pundaknya tampak kekar dan berotot. Ada titik-titik air yang memenuhi sepenjuru tubuh atletisnya. Aku menoleh ke bawah dan melihat pantatnya yang montok dan bundar serta kencang. Tubuhnya sempurna. Dia lalu menoleh ke arahku, tampak terkejut. Wajahnya... Tampan luar biasa... Matanya tajam bagai elang. Hidungnya mancung. Mulutnya tipis dan berwarna pink. Alisnya tebal... Dia pria yang sempurna. 

KUMPULAN CERITA SENI GAY (21+)Where stories live. Discover now