Ch 25: Sakit

15.8K 1.2K 6
                                    

Alessia yang baru saja pulang setelah membeli pigura dikejutkan dengan suasana rumah yang sepi. Meskipun memang sudah cukup malam, tetapi anak-anak dan suaminya bukan tipe yang akan tidur secepat ini. Jadwal tidur Rean saja masih satu jam lagi.

Tetapi saat dirinya melihat tatapan suaminya ke arah William, Alessia jadi paham. Alasan si kembar dan Rean yang berpura-pura menjadi udara dengan terdiam tanpa bergerak di samping William.

"El, ada apa?"

Melihat mama mereka pulang jelas sekali wajah para putra Gedith itu bahagia. Pada akhirnya, papa akan kalah dengan mama. Tentu kecuali William, bukankah akhir-akhir ini dirinya sangat sering dimarahi?

Elleon menghela napas dengan kasar.

"Tiga hari lagi ulang tahun putri rekan kerjaku, kau tahu... anaknya adalah perempuan yang pernah ditampar oleh putramu dan putramu membanting bekalnya ke arah perempuan itu."

Alessia meletakkan pigura yang dibelinya, takut-takut karena kesal dia akan membanting kaca itu ke arah Elleon. Laki-laki itu bilang apa? Putramu? Terlalu banyak bekerja membuat suaminya itu sedikit gila rupanya.

"Kau bilang apa El? Putraku? Dia juga putramu. Kalau kau tidak mau mengakuinya pergi saja sana."

Alessia menghentakkan kakinya menuju lantai dua.

Brakkk.... click.

Suasana yang sangat sepi itu membuat keenam laki-laki itu tahu bahwa setelah sang mama membanting pintu, mama mengunci kamarnya.

Bukankah itu berarti papanya dikunci di luar kamar?

Sikap mamanya itu membuat mereka semua khawatir, terutama si kembar tiga dan Rean yang memelototi papa mereka.

"Apa papa juga berpikir begitu juga tentang kami? Rean benci papa!"

Setelah Alessia, sekarang giliran si bungsu berlari dan mengunci diri.

Empat remaja dan satu orang dewasa di ruangan itu berada dalam situasi canggung. Deon membuka suaranya, dia tidak bisa terus-terusan berada di situasi seperti ini. Dia harus bersiap untuk lomba besok, dia harus segera tidur.

"Pa. Deon tahu papa tidak bermaksud seperti itu. Tapi kalimat papa tadi cukup untuk menyakiti kami dan mama. Deon harap papa kali ini mau mengakui kalau papa yang salah. Deon pamit untuk pergi dulu, besok Deon ada lomba."

Deon berdiri dari kursinya diikuti dengan Orion dan Caldion yang jelas numpang keberanian agar bisa meninggalkan papa dan kakak mereka berdua.

"Pa, William minta maaf. Besok William yang akan jelasin ke mama."

"Kau harus jelaskan dengan rinci kepada mamamu. Dan, jangan lupa belilah sesuatu."

Elleon berjalan menuju sofa ruang keluarga, istrinya adalah tipe yang harus diberi ruang sendiri saat marah. Karenanya, malam ini Elleon mengalah dan akan tidur di sofa. Saat berjalan, Elleon sempat menghentikan langkahnya sebentar.

"Maaf kalimat papa keterlaluan, papa hanya ingin seperti keluarga lain. Kau tahu, papa sudah tidak marah saat melihat mamamu. Papa hanya ingin sedikit menggodanya saat mengatakan kau putra mamamu, tapi malah berakhir seperti ini."

Elleon membaringkan dirinya di sofa dan menutup wajahnya dengan lengannya. Dirinya cukup lelah di kantor karena harus lembur. Lalu putra sulungnya belum menyiapkan sesuatu sebagai tanda maaf untuk putri rekannya. Melihat istrinya pulang membuat dirinya ingin sedikit menggodanya lalu meminta Alessia untuk memanjakannya. Tapi karena pemilihan kata yang buruk dirinya malah harus tidur di sofa.

.

.

.

Tok... tok...

Gedith WomanWhere stories live. Discover now