Chapter 7

8.9K 838 27
                                        

Cuti nasional yang seharusnya dimanfaatkan untuk berlibur bagi sebagian orang nyatanya tak ayal membuat Jeno ingin menggeluti itu juga.

Berbekal izin dari sang ibu —tanpa sepengetahuan ayah, kakak dan sang kembaran— Jeno menjelajah ingin mengetahui apa yang telah menghantuinya beberapa hari terakhir.

Sejak insiden dirinya hampir tenggelam waktu itu, hidup Jeno seakan dihantui oleh suatu teka-teki yang bahkan ia sendiri tak mengerti alurnya.

Jika biasanya Jeno akan ditemani oleh Renjun, kali ini ia mencoba untuk pergi sendiri ketempat yang pernah hampir menghilangkan nyawanya.

Renjun dan Karina sedang sibuk menghadiri perjamuan antara beberapa tamu penting mendampingi sang ayah. Memanfaatkan situasi tersebut akhirnya ia memohon izin kepada sang ibu agar dibiarkan pergi untuk sejenak, tentunya atas segala nasehat sang ibu agar ia bisa menjaga dirinya dengan baik.

Sebenarnya saat itu kedua saudaranya sudah membujuk Jeno untuk ikut menghadiri pertemuan itu juga namun sang alpha selaku ayahnya melarang dirinya datang kepertemuan tersebut dengan alasan keselamatan. Jeno memahami maksud sang ayah, sebagai seorang beta tanpa wolf, dirinya tidak dibutuhkan sekali dan malah akan menyusahkan sang ayah jika terjadi hal yang tidak diinginkan. Maka dengan alasan ingin beristirahat panjang dirinya menolak keinginan kedua saudaranya.

"Jika ku perhatikan lagi tidak ada yang istimewa disini." Jeno memggerutu setelah dirinya sampai ditepian danau dengan jarak yang cukup aman, tak ingin kejadian serupa terulang kembali.

"Tapi mengapa?" Tanyanya entah kepada siapa.

Jeno kembali mengingat peristiwa naas yang hampir merenggut nyawanya beberapa waktu lalu, kejadian itu tak pernah lekang dari memori ingatan. Saat dirinya mengalami hal janggal yang justru semakin menimbulkan tanda tanya.

"Aku yakin itu bukanlah suara orang biasa."

Jeno mengaitkan kembali bait demi bait kata yang pernah didengarnya ketika berada di dalam air. Suara dengan intonasi dalam itu hampir saja membekukan semua saraf yang ada di dalam tubuhnya.

Ayahnya adalah seorang alpha dominan, tentu saja Jeno bisa mengetahui tingkatan seberapa kuat seseorang bisa mendominasi. Suara yang pernah didengarnya waktu itu memiliki dominasi yang begitu kuat bahkan mengalahkan sang ayah.

Sebagai seorang beta biasa yang tak memiliki wolf, Jeno tentu tak bisa begitu fasih dalam merasakan tekanan alpha dan omega namun berbeda dengan fenomena yang dialaminya kemarin, suara tersebut dapat membuat ia menegang seketika.

Rasa penasarannya yang begitu dalam membuat ia kembali mendatangi tempat ini. Ingin bertanya kepada ibu dan saudaranya, namun Jeno takut membuat mereka khawatir. Kejadian dirinya pingsan diruang baca saat itu sudah cukup membuat keluarganya khawatir, Jeno tak ingin menambah beban pikiran lagi.

"Siapa kau sebenarnya? Dan apa maksud dari perkataanmu?"

Air yang tenang dipandanginya dengan damai, sesekali terdengar helaan napas gusar. Semiring angin yang semula tenang kini mendadak berhembus kencang seperti akan terjadi hujan, padahal cuaca tampak cerah saat itu.

Tusukan udara yang mengenai kulit Jeno terasa begitu sangat menusuk, ia melihat sekeliling guna memandangi fenomena tersebut.

"Tidak ada mendung, namun kenapa ada angin kencang?"

Kejadian itu berlangsung beberapa menit dan kemudian hilang seketika, berganti kembali menjadi normal. Daun-daun yang bertebangan tadi pun kini telah berserakan kembali mengotori tanah.

Auuuu....

Tiba-tiba saja suara lolongan terdengar dari indra pendengaran Jeno, membuat Jeno seketika dibuat waspada memperhatikan sekelilingnya.

Tangan kanannya yang semula menyentuh tengkuk kini beralih kebelakang tubuhnya, meraih belati yang tersimpan disaku belakang celananya. Belati itu menjadi senjata Jeno dalam melindungi diri ketika ada kejadian tak terduga. Ia selalu membawa belati tersebut kemana pun ia pergi, hal ini sudah dilakukannya sejak lama saat ia berlatih ilmu beladiri bersama sang ayah.

Kekhawatiran Jeno semakin menguat ketika ia melihat seekor Rogue bertubuh besar yang menatap Jeno dengan tatapan lapar.

Rogue tersebut memandangi Jeno dengan lidah yang terulur seakan menatap mangsa yang siap untuk dihidangkan, sementara Jeno kini memasang posisi siaga. Siap untuk bertarung dengan Rogue tersebut.

Saar belati tersebut akan diayunkan dan pertempuran itu akan dimulai, tiba-tiba saja datang seekor wolf yang langsung menghadang posisi Jeno.

Wolf tersebut melawan Rogue yang akan menyerang Jeno tadinya. Perkelahian itu tak berlangsung lama ketika wolf berbulu putih itu berhasil memenangkan petarungan dengan bukti kepala sang Rogue yang berhasil terputus dari raganya.

"Jaemin?"

Jeno memandangi lamat wolf bertubuh besar yang masih membelakanginya tersebut untuk beberapa saat, namun karena tak adanya pergerakan sekalipun membuat Jeno memberanikan diri guna melihat Jaemin yang sedang bertransformasi dalam wujud serigalanya.

Saat Jeno tepat berdiri dihadapan wolf tersebut, wolf itu masih tak memberikan respon apapun sehingga membuat Jeno bingung dengan situasi sekarang.

Meski nihil respon dari sang serigala, nyatanya Jeno sedari tadi sibuk memperhatikan wujud dari wolf tersebut.

Harus Jeno akui bahwa wolf yang ada didepannya ini merupakan serigala tercantik yang pernah ditemuinya. Wolf tersebut memiliki bulu yang berwarna putih bersih dengan postur tubuh semampai, kedua bola matanya pun memiliki warna unik yang berbeda. Lazimnya seekor wolf hanya bisa memiliki satu warna bola mata saja namun berbeda dengan wolf yang ada didepannya, wolf tersebut memiliki kedua bola mata yang berbeda.

Sebelah kanan memiliki warna orange yang pekat dan sebelah kiri memiliki warna sebiru langit, sangat indah dan menarik minat. Jika bukan karena aura intimidasinya Jeno sudah sedari dulu mengira bahwa wolf tersebut adalah seorang omega.

Wolf berstatus alpha tersebut masih memandangi Jeno dalam diam, tak mengeluarkan sepatah kata apapun. Masih memperhatikan Jeno yang berdiri dengan posisi dihadapannya.

"Jazyel, terima ka—"

Baru selangkah Jeno mendekatkan diri, wolf tersebut mulai bergerak mundur. Sorot matanya mendadak menajam jika sedari tadi ia memandang datar, membuat Jeno pun keheranan hingga menghentikan langkahnya yang ingin mendekat.

"Kenapa? Aku ingin berterimakasih padamu."

Kali ini Jeno menggunakan tangannya guna mencapai tubuh Jazyel namun lagi-lagi wolf tersebut menghindar dan tak lama kemudian sebuah geraman keras terdengar dari wolf itu, taring-taringnya menggeretuk geram dengan keempat kaki mengeluarkan kuku tajam yang tersembunyi, menatap Jeno dengan posisi siaga menyerang.

Perubahan itu tentu membuat Jeno terkejut, namun peristiwa tak terduga justru terjadi ketika ia bersitatap dalam dengan Jazyel. Sepasang netra Jazyel kini berubah menjadi orange keemasan yang mana hal itu tentu tak luput dari penglihatan.

Aura intimidasi yang terpancar kian dirasakan Jeno ketika ia semakin menatap ke arah Jazyel.

Geraman dan sikap siaga wolf tersebut membuat Jeno menyadari satu hal bahwa serigala tersebut tak menginginkan keberadaan nya.









🐺🐺🐺









🐺🐺🐺

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
ENIGMA || JAEMJENWhere stories live. Discover now