38

736 35 12
                                    

Sekuat apapun Larine mencoba mengusir perasaan aneh itu, Frank tetap menang. Larine tidak bisa menolak pria itu.

"Seharusnya kau tidak menyusulku. Paman Harold pasti membutuhkan dirimu".

Larine meletakkan secangkir kopi juga setoples kue prune. Frank tersenyum lalu menyeruput kopinya.

"Aku melakukan apa yang ingin aku lakukan. Lagipula Tuan Mayer baik-baik saja. Mungkin saat ini ia ada di ruang kerjanya. Kalau kau penasaran silahkan telepon dan bicara dengannya".

Larine menggeleng. Ia masih ingat terakhir kali ia menelepon dan Elena yang menjawabnya.

"Aku percaya padamu".

Frank tertawa puas sambil memasukan sepotong kue ke dalam mulutnya.

"Saat kembali ke Kopenhagen, berikan aku setoples. Ini sangat enak".

"Ya. Kau boleh memilikinya semampu yang bisa kau bawa".

Larine melirik jam di dinding.

"Kau bersama Theodor?".

"Ya. Ia ada di hotel. Aku ada pekerjaan besok. Aku akan mengunjungimu begitu pekerjaanku selesai".

"Baiklah. Bawa Theodor untuk makan malam besok. Aku tidak pernah melakukan sesuatu untuknya".

"Tentu saja. Kalau begitu aku harus kembali ke hotel. Jangan abaikan telepon dariku atau aku akan datang ke sini lagi...".

Larine tertawa dan merasa ini konyol.  Ia mendorong tubuh Frank menuju pintu. Frank mengecup keningnya cepat.

"Jaga dirimu".

"Hati-hati di jalan".

Frank kembali menyetop taksi dan meninggalkan toko roti Larine. Sepanjang jalan ia tak berhenti tersenyum. Ia merasa lega dan bahagia.

Pagi harinya mereka bertemu untuk sarapan di lobi. Frank dan Theodor sudah rapi. Begitupun dengan Shawn dan Mattew.

"Ayah dan Theodor akan bekerja. Shawn kau bisa menunggu di hotel sampai Mattew selesai. Setelah itu kita akan pergi ke suatu tempat".

"Aku bosan ayah. Bisakah aku jalan-jalan di dekat sini?".

"Tidak sayang. Kau tetap di kamar".

Wajah Shawn cemberut tapi ia tahu ayahnya pasti tidak luluh. Ia menoleh pada Mattew.

"Seharusnya pagi ini kami melakukan kunjungan ke beberapa tempat. Biarkan Shawn ikut bersamaku ayah".

Frank tampak berpikir kemudian mengangguk.

"Asalkan ia tidak merepotkan".

Setelah sarapan Frank dan Theodor langsung pergi. Mattew dan Shawn kembali ke kamar hotel.

"Lusa ibu ulang tahun. Apa kau punya ide?".

Kata Mattew sambil membereskan laptop dan menaruhnya ke dalam tas. Mata Shawn berbinar.

"Minta ayah untuk belikan sesuatu. Ini Paris dan ibu menyukai semua yang berbau Paris".

"Kau benar Shawn. Kalau begitu ini adalah kejutan. Jangan beritahu ibu aku di sini. Aku akan pulang ke Naerum, kita akan membuat party kecil untuk ibu".

Keduanya tersenyum dan melakukan toast  tinju.

"Aku punya sedikit uang di tabungan. Ayo pergi belanja. Jangan katakan pada ayah. Ini kado kejutan dari kita berdua".

Mattew berubah pikiran. Ia tahu jika mengatakan niatnya ini Frank pasti tidak setuju. Apalagi ayahnya sedang bekerja. Ia tidak ingin mengganggu ayahnya.

SECOND HOME (TAMAT)Where stories live. Discover now