35

180 31 3
                                    

Tak lama setelah kepergian Gulf dari apartemen mereka Mew juga ikut pergi, dia ingin menyusul Gulf untuk meminta maaf, Mew mencoba pergi ke cafe tempat Gulf biasa manggung tapi dia tidak ada disana

"Loh Gulfie gak ada disini juga ternyata, aku harus cari Gulfie kemana lagi?" gumam Mew

Akhirnya Mew memutuskan istirahat sejenak di cafe itu berharap mungkin Gulf akan datang kesana

"Hello sweetie, we meet again" sapa seorang pria dengan blazer hitam yang langsung duduk tepat di depan Mew

"Sorry, who are you sir? Do I know you?" tanya Mew

"Yes, we've met before, at the cafe across from the Elinor boutique, remember?" ujar pria itu mengingatkan Mew

"Ohh yeah I remember now" ujar Mew

"How are you and your husband?" tanya Pria itu

"Wait, how do you know that I'm married?" tanya Mew balik

"The last time we met you left me because your husband had already picked you up, right?" ujar pria itu

"Really?  I seem to have forgotten again, by the way my husband and I are doing well" jawab Mew

"You're not lying right?  because a cute guy like you is sitting alone in a cafe, are you really okay?" tanya pria itu lagi

"Apa terlihat jelas kalo aku lagi sedih" gumam Mew pelan yang ternyata masih bisa didengar pria itu

"Wait, did you just speak Thai? Aku juga orang Thai loh" ujar pria itu

"Oh wow kebetulan banget ya" ujar Mew kaget

"Karna kita sesama orang Thai gak masalah dong kalo kita berteman, aku juga gak punya banyak kenalan orang Thai disini, kita bisa jadi temen curhat" ujar pria itu

"Bukan maksudnya aku mau tau atau ikut campur kehidupan kamu ya, tapi aku cuma mau berteman, lagian berbagi masalah bisa mengurangi beban" ujar pria itu

"Yah~ aku memang punya sedikit masalah kecil, sebenarnya ini tidak terlalu penting" ujar Mew ragu

"Cerita aja aku pendengar yang baik dan mungkin aku bisa memberikan saran untukmu nanti" ujar pria itu

"Jadi akhir-akhir ini butik Elinor mengalami peningkatan, kami memiliki lebih banyak klien dan pesanan bahkan sebentar lagi kami akan membuka beberapa cabang baru" ujar Mew

"Oh itu bagus, lalu apa masalah?" tanya pria itu

"Justru karna itu membuatku semakin sibuk dan tidak punya waktu untuk keluarga, suamiku bilang aku terlalu mementingkan pekerjaaaku dan mengabaikannya" ujar Mew

"Memang sih akhir-akhir ini aku merasa terlalu berlebihan dalam bekerja tapi aku melakukannya untuk mencapai cita-citaku" ujar Mew

"Bukan berarti aku tidak sadar kalo hubunganku dengan suamiku akhir-akhir ini jadi kurang baik tapi... Aku tidak bisa meninggalkan pekerjaanku, aku tidak bisa meninggalkan impianku" ujar Mew lagi

"Apa selama bekerja kamu melakukannya dengan terpaksa? Apa kamu merasa kesulitan dan lelah dengan pekerjaan yang sekarang?" tanya pria itu

"Tentu saja tidak, aku senang dengan pekerjaanku, ini yang aku impikan kenapa aku harus merasa terpaksa mengerjakannya" ujar Mew

"Apa kamu merasa tidak nyaman setiap suamimu bersamamu atau kau merasa tak nyaman saat dia mengganggumu saat bekerja? " tanya pria itu

"Ti...dak~, aku nyaman bersamanya dan biasanya juga dia selalu mendukungku tapi mungkin memang akhir-akhir ini aku terlalu sibuk hingga membuanya merasa terabaikan" ujar Mew

"Apa pekerjaan suamimu itu?" tanya Pria itu

"Suamiku seorang musisi dia manggudari cafe ke cafe dan biasanya dia juga manggung di cafe ini" jawab Mew

"Menurutku kau sudah melakukan hal yang benar, tetaplah fokus pada pekerjaanmu, tidak semua orang bisa seberuntung kamu mendapatkan pekerjaan impian mereka" ujar pria itu

"Dan untuk suamimu seharusnya dia bisa lebih mengerti kamu bagaimanapun ini adalah kebahagiaanmu untuk masa depan kamu juga" ujar pria itu

"Tadi kamu bilang suamimu musisi cafe bukan maksud untuk menghina tapi dari faktor pekerjaan kau lebih unggul dari suamimu itu, karna pekerjaanmu sebagai desainer adalah pekerjaan yang tetap sedangkan suamimu hanya mendapatkan pekerjaan jika ada pihak cafe yang memanggilnya untuk bernyanyi" ujar pria itu

"Jadi apa maksud perkataanmu ini?" tanya Mew agak tersinggung pekerjaan Gulf di rendahkan

"Ah tunggu, jangan tersinggung dulu aku hanya ingin menyampaikan pendapatku dan kemungkinan perubahan sikap suamimu karna dia cemburu dengan perbedaan pekerjaan kalian" ujar pria itu

"Hah!? Maksudnya??" tanya Mew bingung

"Dia sebagai suamimu mungkin saja malu dan iri karna kamu memiliki pekerjaan yang lebih layak darinya, apalagi dia adalah seorang suami jika pendapatannya lebih rendah dari istrinya bukan kah seharusnya dia merasa gagal mungkin dia merasakan intimidasi sosial, bagaimanapun seharusnya dia yang memberikan nafkah bukan?" ujar pria itu

"Apa iya Gulf merasa seperti itu" batin Mew

"Jadi aku harus apa?" tanya Mew

"Tinggalkan saja dia, jika kau membahas masalah ini dia akan mengira kalo kamu menghinanya tapi kalo kamu diem saja dia yang akan terus menggangumu, lagipula ada baiknya kau mencari pasangan yang selevel denganmu, daripada kalian berdua sama-sama tersiksa" ujar pria itu

"Itu hanya saran, mau kau lakukan atau tidak terserah padamu" ujar pria itu

"Oke terimakasih sarannya, akan aku pikiran, namaku Mew dan kamu?" tanya Mew sambil memperkenalkan dirinya

"Oh iya kita bahkan sampai lupa berkenalan, Namaku......

Tringgg.... Tringgg.... (Suara dering HP)

"Maaf aku harus mengangkat panggilan ini dulu" ujar pria itu pada Mew

"Ya silahkan" balas Mew

Pria itu pergi menjauh untuk mengangkat telponnya, Mew bisa melihatnya tampak kesal saat membicara di telepon

Beberapa saat kemudian pria itu kembali dan terlihat sangat buru-buru

"Maaf aku harus pergi sekarang, ada masalah di perusahaanku, semoga kita bisa bertemu lagi" ujar pria itu pada Mew lalu dengan terburu-buru meninggalkan Mew

"Sepertinya masalah cukup serius sampai dia terburu-buru seperti itu, astaga dia belum menyebutkan namanya" gumam Mew

Karna hampir tengah malam Mew memutuskan untuk kembali ke apartemen sambil terus berharap Gulf juga sudah kembali lebih dulu darinya

Green Card || GulfMewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang