"Ya udah kalau gitu, cece aja yang nikah duluan!" Ujar Glen tak mau kalah.

"Dih ogah! Yaudah Cece mau kerja lagi! Sukses lamarannya!" Gwen kemudian berlalu, begitu juga dengan Given yang kembali ke ruang kerjanya lagi.

*****

"Lha kok bisa kamu begitu sama Glen, Lize, semodern-modern nya kamu, kamu itu perempuan Jawa, harus tahu sopan santun, harus bisa jaga diri! Bukan malu-maluin keluarga seperti ini, bisa-bisa keluarga Glen ngira kamu jebak anaknya!"

Sudah setengah jam Chalize mendengarkan omelan ibunya melalui video call. Anak perempuan itu belum berhenti menangis, kini air matanya bengkak. Dia malu sekaligus khawatir, bahkan dia tak berani menghubungi Glen.

"Lize, buka pintunya" Chalize menoleh ke arah pintu kamar yang dikuncinya. Itu Dae, orang yang sungguh paling ditakutinya, bahkan saat ini dia lebih takut kepada Dae ketimbang ayah ibunya sendiri atau orang tua Glen.

Chalize menutup obrolan dengan ibunya dan membukakan pintu untuk Dae.

"Masuk mas" Ujarnya lesu kemudian duduk di tepi ranjang, baju kerjanya sudah tak rapi lagi, demikian juga riasan di wajahnya.

"Maafin Chalize Mas Dae, maafin Chalize" Ujar gadis itu sambil menutup wajahnya sendiri kemudian menangis sesenggukan membuat Dae tak melepas pandangan dari adiknya. Kini pemuda 28 tahun itu duduk di samping Chalize, dia masih sedikit marah, tapi mencoba untuk bijaksana.

"Kamu udah diapain aja sama Glen?" Ujarnya sengit.

"Nggak diapa apain Mas, sumpah!" Ujar Chalize yang masih beringus dan menangis jelek itu.

"Atau kamu yang ngide buat ngapa-ngapain?" Kini Dae menajamkan tatapan dan ucapannya.

"Mas, aku sama Glen pacaran biasa aja Mas" Chalize rasanya mau gila menghadapi semua ini, ketahuan ciuman di depan Dae saja sudah cukup ketar ketir. Nha sekarang, ketahuan berdua duaan di apartemen sama semua anggota keluarga, malunya sampai ujung kulon.

"Pacaran biasa apa yang membuat kamu biasa ciuman di sembarangan tempat dan Glen biasa keluar masuk kamar pakai boxer? Huh!"

"Tapi sumpah kami nggak sampai begituan, Mas!" Ujar Chalize merengek

"Begituan gimana?"

"Ya begituan!" Chalize sedikit kesal

"Jelasin begituan yang mana yang belum kamu lakukan?" Dae mengatakan dengan nada yang tegas, membuat Chalize mau tak mau mempertegas ucapannya agar Dae tak salah paham.

"Em el" Ujarnya lirih pada akhirnya.

"Oh em el belum?" Tanyanya kali ini dengan nada yang lebih santai dan Chalize menggeleng.

"Yang lain udah donk!"

Refleks saja Chalize mengangguk.

"Ya Allah ya Rabbi, BRENGSEK!" Dae langsung berdiri dengan mengepalkan tinjunya.

Chalize menjadi sadar dan panik. Menyadari bahwa dia baru saja menggali kuburnya sendiri.

"Mas mas, mas, mau ngapain?"

"Mau nonjokin muka pacar kamu itu sampai babak bunyak!" Dae melangkah pergi, tapi Chalize menahannya sampai sedikit terseret.

"Mas jangan mas, jangan hix, gitu-gitu Chalize sayang banget sama Glen mas, Glen juga sayang banget sama Chalize!"

Dae menghentikan langkahnya, menatap Chalize yang masih bersimpuh memegangi kemejanya, lantas membantunya berdiri dan duduk di tepi ranjang lagi.

"Glen jaman kuliah dulu play boy, apa kamu tahu?"

Thank God, It's YouWhere stories live. Discover now