Dia melihat dengan matanya sendiri jasad Nawwar tidak bernyawa.

Sedangkan baru saja mereka bergelak tawa riang waktu tengahari. Bergurau senda. Nukilan hati dicurhat. Nawwar telah berjanji dia akan terus berjuang. Dia berjanji dia takkan tinggalkan Emara. Tetapi mengapa... Mengapa Nawwar mungkiri janjinya untuk kali ini?

"You lied to me this time... You lied to me Nawwar!!"

Bergetar dagunya menahan esakan. Hati tisunya bagai dicucuk duri bunga ros putih. Pedih.

"I've been waiting for you for three weeks. And you left me just now... Why?"

Wajah lencun diangkat. Skarf ungu ditarik keluar dari beg tangannya. Meskipun ia milik arwah Puan Mawwar, aura Nawwar tetap rasa dekat bersamanya. Dipeluk erat. Dikucup rindu.

"If I lose you, I lose a piece of myself. The thought alone brings unbearable pain and sorrow."

Tak terbayang dia hidup sendiri tanpa Nawwar. Pernikahan mereka semakin hampir. Hilang harapan untuk menjalinkan hubungan sah dengan Nawwar. Hatinya menjerit kuat namanya.

Nawwar Inas Al-Qayyim...

Namanya sudah terpahat kekal dalam mindanya. Kemana saja dia pergi, lelaki itu sering menerjah kotak fikirannya. Senyumannya, raut wajah yang tampan. Jelas gambarannya membuatkan rindu Emara makin membuak.

Kini, haruskah dia melepaskan Nawwar pergi? Adakah harapan dia dapat diselamatkan? Sudah lapan minit detakan jantung berhenti melakukan kerjanya.

Berat sungguh ujian yang engkau beri, Ya Allah.

Mahu menjenguk Nawwar buat kali terakhir, tetapi lemah semangatnya. Dia kehilangan arwah mama, arwah Tuan Ibrahim dan... Bakal suami?

Mental ditampar hebat dengan pemergian Nawwar. Haraplah semua ini hanya sementara. Nawwar masih hidup. Dia yakin. He's the man of his words.

Berapa lama harus dia berada di sini melayan hatinya yang telah diracik halus? Tiada guna. Dia mahu membawa rasa sedihnya pergi. Lekas Emara bangun dari duduk untuk menuju ke Taman Natural seorang diri pada waktu malam.

Takut? Nawwar sudah puas ajar seni mempertahankan diri tempoh hari.

Kalau ada lelaki jahat datang nak culik kau, tendang aje fishball dia. Inalillah terus.

Bunyi rumput dihenyak lembap. Emara berjalan naik ke atas jambatan kayu. Pantulan bulan bersinar terang pada permukaan air. Gugusan bintang memagari ratunya. Indah sungguh cakerawala pada malam hari. Lebih indah bersama insan tersayang.

"You left me, Emara. I've been waiting for you..."

"Enough Nawwar! You're hallucinating me. I'm not gonna fall for your words. Your promises..."

Emara sedar bisikan Nawwar hanyalah ilusi semata-mata.

"Your my strength, lovely..."

"Stop it! This is our final chapter!"

"Emara..."

Angin dingin sontak bertiup menyentuh wajahnya. Emara menoleh ke kanan. Kelibat Nawwar terpampang depan mata. Walaupun dia tahu dia bukanlah dalam dunia realiti.

"I love you more than words can express, more than the stars in the sky or the grains of sand on the beach," ujar Nawwar bernada perlahan.

"If you loved me then why did you leave me at the first place?"

Jejaka itu diam membisu. Wajah gadisnya ditenung lama. Emara berpusing menghadap ilusi bakal suaminya.

"I'm lost without you, not knowing what to do or how to cope. My heart aches with the fear of never seeing your face again,"

"I'm back, Emara. You saved me,"

"What are you talking about? You've died before I have the chance to see you laugh again..."

Nawwar tergelak kecil. Dia melangkah ke hadapan beberapa langkah. Pipi mulus Emara diusap perlahan. Kulitnya terasa sejuk.

"You're my healer, Emara. I've came back to life,"

"Ridiculous,"

"I'm not lying. I'm being serious."

Pandangan Emara jadi melembut. Nada suara Nawwar kedengaran serius. Datar.

"Come back to where I was, Emara. I'm waiting for you."


ㅤㅤ















"ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Takdir You're My Healer [C]Where stories live. Discover now