35

980 41 4
                                    

Hari agak sore saat mobil Frank meninggalkan mansion Tuan Mayer. Ia meminta Theodor langsung mengantarnya pulang ke apartemen Larine.

Saat masuk ke dalam apartemen suasana sangat sepi. Frank langsung pergi ke kamar Larine namun wanita itu tidak ada. Perasaan Frank sedikit gelisah. Dengan cepat ia melepaskan jas dan juga sepatunya dan memakai sendal rumahan.

Ia kembali turun dan menuju dapur. Betapa kagetnya Frank saat melihat Larine tertidur di meja makan dengan piring makanan yang masih utuh semua. Rasa bersalah terselip di hatinya.

Dengan perlahan ia mendekat lalu meletakkan buket bunga dan mengecup pipi Larine untuk membangunkannya.

Dan seperti harapannya mata Larine bergerak lalu terbuka. Ia segera memperbaiki posisi tubuhnya saat melihat Frank di hadapannya.

"Maaf aku terlambat".

Frank menyodorkan buket bunga itu.

"Tidak Frank. Jam berapa sekarang? Biarkan aku menghangatkan sup terlebih dahulu".

Larine bergegas bangkit, namun tangan Frank menahan bahunya. Ia bersandar di meja makan.

"Maafkan aku. Seharusnya aku mengabarimu. Ada sedikit masalah jadi aku tidak pulang untuk makan siang. Apa kau sudah makan?".

Larine baru saja ingin menjawab namun bunyi aneh dari perutnya lebih dahulu memberitahu Frank kebenarannya.

Tanpa aba-aba Frank segera mengambil mangkuk sup dan membawanya ke dapur. Ia memanaskan itu. Lalu membawanya kembali. Ia menuang sedikit sup di mangkuk yang lebih kecil dan mengambil sendok.

Satu suapan ia arahkan ke mulut Larine namun wanita itu menggeleng karena canggung.

"Ini adalah permintaan maafku".

Ada kesungguhan di mata Frank saat menatap Larine. Hatinya semakin tidak enak.

"Tuan Mayer sakit. Aku pulang ke mansion untuk mengurusnya...".

Dengan refleks Larine berdiri dan memegang lengan Frank.

"Antar aku ke sana. Aku akan mengurusnya. Apa penyakitnya?".

Frank berdiri dan langsung membawa Larine dalam pelukannya. Ia menepuk punggungnya dengan lembut.

"Hanya sedikit lelah. Dokter sudah memberinya vitamin. Jangan cemas Elena ada di sana".

"Tapi Frank...".

"Apa kau siap memberikan alasan pada Elena dan Tuan Mayer jika kau muncul tiba-tiba? Tolong pikirkan itu baik-baik ".

Ucapan Frank sukses membuat kesadaran Larine kembali. Ia melepas tangannya dari lengan Frank dan menjauh ke jendela. Wajah Elena kini memenuhi kepalanya.

Frank benar!

Apa yang ia akan jawab jika ia muncul tiba-tiba? Sebuah senyuman pahit terukir di ujung bibirnya. Kemudian ia berbalik dan mendapati Frank tengah menatapnya dalam.

"Apa kau ingin pergi ke suatu tempat?".

Larine menggeleng.

"Kau pasti lelah. Pergi dan istirahat. Bagaimana dengan punggungmu?".

"Aku baik-baik saja. Mungkin beberapa hari lagi memarnya sudah hilang".

Larine menarik napas dan tersenyum. Ia berjalan melewati Frank dan pergi ke kamarnya. Walau rasa lapar masih menyiksa lambungnya tapi ia benar-benar tidak punya selera sekarang.

Perlahan ia mengambil ponsel dan menghubungi nomor Tuan Mayer. Panggilan itu langsung diangkat. Elena yang menjawabnya.

"Paman Harold...".

SECOND HOME (TAMAT)Where stories live. Discover now