6. Rencana - Rencana

Mulai dari awal
                                    

"Ya udah kan aku nggak minta kita LDR kan, kita bisa ke Melbourne bareng-bareng tanpa kita nikah dulu, aku bisa usahain, kalau perlu kamu juga ambil master di sana, kamu suka belajar, kan?"

Glen menghela nafas, dia tak pernah menyangka Chalize punya perasaan posesif seperti itu, dia kira, cuma dia yang terlalu tergila-gila, jadi selama ini Si Adik Dae itu hanya gengsi saja.

"Aku punya keluarga juga, kamu agak mikir donk, gimana perasaan mamah papah anaknya dibawa ke luar negri, gimana juga Mas Dae perasaannya, kita aja bahkan ketauan ciuman di depan mata dia, coba kalau kamu punya adik kayak aku, Glen" Chalize mengatakan dengan lemah tapi ada nada bersungut membuat Glen gemas memandanginya.

"Ya udah, kalau gitu maunya kamu gimana?" Akhirnya Glen yang biasanya egois menyerah. Chalize terdiam cukup lama, dia menunduk membuat Glen sedikit khawatir.

Akhirnya Chalize sedikit mendongak untuk menatap laki-laki yang digilainya itu.

"Kalau kamu serius mau kejar karier dan study kamu buat masa depan kita, aku akan dukung, aku di sini, nyiapin diri aku, supaya mental aku semakin terbangun, supaya aku bisa lebih dewasa ngadepin semua masalah, suapaya aku pantas secara mental juga finansial untuk jadi istri kamu"

"Finansial?" Glen heran

"Istri juga harus punya cadangan uang sendiri Glen, masa depan tidak ada yang tahu, siapa tahu suatu hari kamu jalan-jalan sama aku terus CC kamu keblokir, kan aku bisa talangin, contoh kecilnya gitu"

Glen mengangguk – angguk, Chalize adalah apapun yang diingkannya di dunia ini. Membuatnya memiliki mimpi, membuat dia terus bisa belajar memahami dengan hati, membuat Glen selalu penasaran setiap hari, tentang apalagi? Apalagi yang dipikirkan Chalize? Apalagi ide yang ada di kepalanya?

Keduanya saling tatap, hubungan mereka memang lebih banyak unsur komedi slapstick alih-alih deep talk seperti ini, tapi mungkin ini yang bisa jauh lebih berkualitas dari pada dikit-dikit fafifu tak jelas. Bukan konsep kehidupan Glen dan Chalize.

"Glen" Kini gadis itu menggenggam pemuda yang masih memangkunya. Chalize hanya memakai tank top dan hot pants sementara Glen hanya memakai kaus oblong abu-abu dengan celana panjang yang biasa dia pakai untuk tidur. Tadi dia memang berniat segera tidur dan memberikan belanjaan tadi untuk Chalize besok Jumat saja, tetapi dia kangen sekali sampai tak bisa menahan diri. Jadi langsung saja dia ke apartemen gadis itu.

"Ya" Jawab Glen serak sebab gadisnya itu sangat sexy di matanya.

"Kehidupan begitu baik sama kita ga sih? Kita lahir di keluarga yang berkecukupan dan harmonis, kita tak pernah melakukan hal-hal yang buruk sampai merugikan, kita sekolah dengan baik, bekerja dengan giat, aku nggak mau nyia nyiain semua yang sudah kita dapat dan jalani dengan rencana-rencanya yang tak matang, aku pengen kita sama-sama terus Glen, bukan karena emosi saja, sebab gimana aku sayang kamu dan kamu sayang ke aku juga berproses kan? Meski awalnya kita hanya main-main sampai akhirnya kita ketagihan satu sama lain"

Glen memandang gadisnya dengan serius.

"Aku pun sebenarnya antara takut banget mau LDR, tapi juga agak takut kalau pernikahan kita justru bikin kita malah lebih sering berantem, tapi aku lebih takut lagi kalau kamu sampai lepas, tapi , aku udah ngerti sekarang, mungkin kita harus berusaha lebih keras, supaya masa depan kita bisa lebih baik" Tutup Glen dan kekasihnya mengangguk, mungkin Glen juga ingin panjang lebar seperti Chalize, tapi dia tak berbakat merangkai kata seindah pacarnya.

Glen terus memandangi Chalize begitu juga sebaliknya, hingga mereka tak tahan lagi.

"Ah sayang ..." Glen mengeratkan pelukannya dan gadis di pangkuannya itu pun membalas pelukan itu.

Thank God, It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang