Bab 25: Kekalutan

Mulai dari awal
                                    

"Gua harap lu balik lagi ke sini, Illeana. Jangan pergi. Jangan tinggalin gua. Jangan pulang ke dunia lu."

"Jangan ..."

.

.

.

.

.

.

Ting tong!

Mendengar suara bel pada pintu apartemennya, Rexton segera berdiri dan melangkah menuju layar interkom apartemennya. Jantungnya berdegup kencang hingga nyaris keluar dari tempatnya kala imaji-imaji liar bermain dalam kepalanya, mempermainkan dirinya, sebab suara bel yang terdengar itu memberikan secercah harapan pada hati kecil Rexton. Itu pasti Illeana. Illeana pasti pulang.

Dengan langkah terpogoh-pogoh, Rexton akhirnya berhasil sampai di depan layar interkom. Tanpa menunggu lama, Rexton langsung dapat menemukan Illeana berdiri di sana, di depan pintu apartemennya sedang menunggu dirinya.

Rexton tidak dapat menjabarkan perasaanya saat menemukan Illeana di sana. Segera ia membuka pintu apartemennya dan mendapati Illeana secara nyata ada di hadapannya.

Kini keinginannya menjelma menjadi kenyataan, entah bagaimana Rexton harus mengekspresikan kebahagiaannya.

Tanpa ragu, Rexton segera meraih Illeana untuk masuk ke dalam dekapannya.

Perasaannya campur aduk, seluruh kekhawatiran sirna digantikan oleh kebahagiaan tiada tara. Saking bahagianya, Rexton tak bisa menyembunyikan tangis harunya.

Akhirnya ia menemukan Illeana lagi. Illeana ada di sini, di sisinya. Takkan pernah Rexton biarkan Illeana pergi lagi dari sisinya.

***

Ting!

Suara pintu lift yang terbuka menyadarkan Illeana dari lamunannya, lantas membuat Illeana meremas ujung pakaian terusan yang dikenakannya tatkala dirinya melihat lorong yang terasa tak asing baginya. Ini adalah lorong apartemen tempat Rexton tinggal.

Dengan perasaan yang berdebar-debar, Illeana melangkahkan kakinya keluar dari lift yang telah membawanya.

Setiap langkah kaki yang diambil Illeana menuju tempat Rexton membuat Illeana menyadari satu hal. Semakin dekat ia, semakin membesar pula rasa takut yang tinggal dalam rongga dada. Keringat dingin memenuhi seluruh telapak tangan, membayangkan reaksi seperti apa yang akan diberikan Rexton setelah melihatnya.

Senang? Kesal? Marah?

Illeana yang meninggalkan Rexton tiba-tiba mungkin saja membuat Rexton kesal dan berakhir akan mengusir Illeana, alih-alih senang, bukan?

Pikiran kecil itu membuat Illeana takut. Kalau Rexton mengusirnya, kemana Illeana akan pergi? Illeana tak tahu harus pergi kemana selain ke sisi Rexton.

Setelah mengambil beberapa langkah dengan penuh pikiran, kini Illeana tanpa sadar sudah berdiri di depan pintu apartemen Rexton.

Illeana menatap pintu dingin yang tertutup itu. Seperti pintu itu, apakah Rexton akan berubah dingin dengan Illeana? Diam dan memberikan punggung kokoh tanpa reaksi-reaksi paniknya lagi.

Memikirkan itu, Illeana dapat merasakan gelenyar aneh pada dadanya.

Illeana menghela napasnya, matanya kemudian melihat tombol bel yang terletak di pintu apartemen Rexton. Dengan ragu, Illeana menekan bel itu.

Ting tong!

Pada percobaan pertama, Illeana tidak menemukan respon apa-apa. Illeana berniat menekan bel itu sekali lagi, tetapi suara derit pintu yang terbuka menghentikan niatannya.

Mata Illleana bergetar saat menemukan presensi Rexton di hadapannya dengan air muka yang dipenuhi kekalutan.

"R-Rexton ..."

Belum sempat Illeana melontarkan permintaan maaf yang sudah disiapkannya untuk Rexton, Illeana justru dikejutkan oleh tindakan Rexton.

Grep ...

Rexton menarik tangan Illeana dan membawa Illeana ke dalam pelukannya. Rexton memeluk Illeana erat sampai-sampai Illeana dibuat sesak olehnya.

"Rexton ..." Illeana berusaha meloloskan dirinya dari dekapan Rexton, tetapi Rexton justru menarik Illeana lebih dalam dan tidak membiarkan Illeana pergi dari sisinya.

Rexton menaruh kepalanya di atas bahu Illeana dan menghirup dalam-dalam aroma pada ceruk leher Illeana. Tak lama, Illeana dapat merasakan baju yang dikenakannya basah.

Rexton menangis?

"Jangan pergi, Illeana." Tangan Rexton meremas pakaian yang dikenakan Illeana. "Jangan pernah tinggalin gua lagi, Illeana."

Saat mendengar permohonan Rexton, Illeana dapat merasakan rasa hangat melebur dalam dadanya, terlebih sentuhan yang diberikan Rexton memberikan sensasi ringan yang aneh dalam hatinya.

Illeana mengangkat tangannya, ragu-ragu untuk membalas pelukan Rexton.

DE(VI)LICIOUS SERIES [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang