Bab 19: Kunjungan Teman

120 11 6
                                    

Ceklek, suara kunci pintu apartemen Rexton yang terbuka mengundang Harris untuk segera menerobos masuk ke dalam apartemen. Saat presensi Rexton ditemukan dalam radar pandangannya, segera saja Harris merangkul Rexton ke dalam pelukannya.

"NAH! Gitu dong langsung dibuka!!" ujar Harris seraya menjitak kepala Rexton dan membawanya mendekat ke tubuhnya. Rexton berusaha melepaskan dirinya dari cengkraman Harris.

"Lepas, bangke! Lu bau ketek!" Protes Rexton berusaha melepaskan diri, tetapi semakin Rexton berusaha melepaskan dirinya semakin jahil juga Harris menggoda Rexton.

"Nih, nih! Cium bau ketek gua!" Harris sengaja mendorong wajah Rexton ke arah ketiaknya, tak memedulikan Rexton yang berteriak mengumpatinya. Harris justru semakin senang saat Rexton memberontak dan teman-temannya memberikan reaksi tertawa ke arahnya.

"Makan nih! Suruh siapa nikah enggak bilang-bilang? Mana nikahnya sama Illeana lagi!" Harris seakan memiliki dendam tersendiri saat ia memaksa Rexton mencium ketiaknya.

Absurd memang, Harris itu enggak terima Rexton nikah sama Illeana, soalnya Harris juga kesengsem sama Illeana pas awal ketemu. Illeana imut banget kayak adik ngegemesin yang harus dilindungi, masa nikahnya sama pria modelan Rexton? Harris enggak terima dong, boleh 'kan?

"Hoora!! Semangat Rexton lepas dari ketek Ayisss!!" Ramon menjadi tim hore, menyemangati tingkah ajaib Harris dan Rexton pagi itu. Ramon sih tidak berpihak ke siapa-siapa, tapi seneng aja kalo ada keributan.

Kalau Chris? Enggak usah ditanya. Udah melipir ke pojokan, lagi males mencari keributan. Beda sama Marco yang berusaha menengahi tingkah konyol kedua temannya itu.

"Ris, ampun deh! Lepasin Rexton!"

"Iya nih, bangsul emang!" Buk, Rexton menyikut perut Harris dan berhasil melepaskan diri.

Buk, buk, buk, berikutnya Rexton melayangkan pukulan dan tendangan pada Harris  hingga Harris jatuh bersimpuh dan sudah tidak lagi berdaya (tidak dalam konotasi yang sebenarnya).

Harris megangin perutnya yang berdenyut kesakitan karena pukulan Rexton, sementara Rexton natep Harris penuh dendam. Belum puas sebenarnya, tapi Marco udah keburu nahan Rexton.

Marco hanya geleng-geleng kepala aja melihat tingkah Harris, Marco sebenernya udah biasa sama kondisi kelima sahabatnya itu, apalagi Rexton sama Harris yang udah terkenal bak Tom and Jerry. Harris sendiri kayak enggak pernah tobat atau gimana gitu, tetep aja ngejailin Rexton, udah tau Rexton kalo marah itu galaknya minta ampun. Nyeremin abis.

Ramon cuma bisa ketawa ngakak ngeliat akhir dari Harris vs Rexton itu.

"Selamat ya, Rex," tiba-tiba Jourell mendatangi Rexton sembari menyerahkan dua paper bag di tangannya, "Gua enggak nyiapin banyak, tapi ini kado pernikahan buat kalian."

Rexton dengan ragu pun menerima dua paper bag yang diberikan Jourell, "Makasih, Rell."

Tahu situasinya sudah lebih baik, Marco pun berusaha mengambil alih, "Iya, kita kan ke sini mau seneng-seneng."

Marco tersenyum, kemudian mengangkat dua paper bag di tangannya, "Ada ayam goreng nih, kita bawa banyak, sama kado juga. Kemarin kan belum sempet ngerayain pesta lajang lu. Walau sekarang terlambat, tapi enggak apa-apa lah."

"AYAAAM!"

Rexton tersenyum saat mendengar kehebohan teman-temannya itu, tak ada satupun dari mereka yang berubah. Rexton rasa ia juga harus bersikap seperti biasa.

"Iya, nih. Yuk makan ayamnya," ujar Chris sambil berjalan masuk ke dalam ruang tamu apartemen Rexton. Semuanya masuk, yang tertinggal kini hanyalah Harris dan Rexton yang masih berdiri di dekat pintu masuk.

"Jadi dimana Illie?" Tanya Harris sembari tersenyum. Sedari tadi pandangannya mengedar, mencari keberadaan Illeana, tapi tak kunjung ia temukan.

Rexton melirik tajam ke arah Harris, tangannya terangkat, ingin menghajar Harris yang terus saja mencari keberadaan istrinya, tetapi sebuah suara dari temannya yang tengah berada di ruang TV menghentikan niatan Rexton.

"REXTON!!!! DI SINI KOK ADA YANG LENGKET-LENGKET GITU!!"

Sontak Rexton menolehkan kepalanya saat suara Chris menginterupsi, buru-buru Rexton berlari ke arah sofa yang dibicarakan Chris. Benar saja ada noda yang tertinggal sisa kemarin.

Segera Rexton meraih dua lembar tisu yang terletak di atas meja dan menyeka noda itu seperti tidak terjadi apa-apa. "Berisik," ketus Rexton saat Chris dan Ramon bekerja sama menyindir Rexton.

"Ganas juga ya Rexton. Mainnya di ruang tamu, kayaknya berikutnya main di dapur, tapi enggak jadi soalnya kita udah keburu dateng," ujar Ramon sembari tertawa kecil.

"Kayaknya sih gitu, waktu pertama ketemu aja langsung main di toko kaset, hahahaha!"

Saat Ramon dan Chris sibuk menggoda Rexton, Marco datang dengan beberapa bungkus ayam goreng dan piring, kemudian menata mereka di atas meja di dekat sofa.

"Udah, udah," ujar Marco. "Katanya tadi mau nonton."

"Mau nonton tapi kebayang, gimana dong?" ujar Chris.

"Main berapa ronde tadi malem, Rex?"

Pertanyaan-pertanyaan mengandung 18+ terus ditujukan kepada Rexton, tetapi Rexton memutuskan untuk tidak mengacuhkan teman-temannya itu. Berbeda dengan Jourell yang berdiri di belakang sofa, memerhatikan sisi sofa yang dibicarakan Chris tadi, tempat di mana bekas noda tertinggal.

Mata Jourell menggelap kala memandang sudut sofa yang sudah bersih itu. Jourell memberikan tatapan mata yang tak suka ke arah sana. Kemudian, ia mengepalkan tangannya diam-diam saat melihat reaksi yang diberikan Rexton seakan membenarkan semua fakta yang ada tanpa harus berbicara.

Kriett ...

Suara pintu yang terbuka menghentikan ejekan yang dilayangkan Ramon dan Chris kepada Rexton. Semua atensi saat ini tertuju ke arah Illeana yang berdiri di ambang pintu. Kini Illeana sudah berpakaian lengkap dengan baju terusan berwarna putih yang terlihat manis.

Mata bulat Illeana memindai seluruh wajah teman Rexton yang berada dalam jangkau pandangnya. Ada beberapa dari mereka yang Illeana kenal dan yang lainnya tidak.

Illeana kemudian memutuskan mengangkat satu tangannya dan tersenyum, "Hai."

Keberadaan Illeana memberi kekuatan magis tersendiri bagi orang-orang yang berada dalam satu ruangan dengannya. Senyuman Illeana mampu membuat semua orang membeku, hanya menatapnya dalam diam.

Illeana meringis dalam hati, merasa malu sendiri. Apa kekuatannya terlalu berlebihan, ya?

Butuh beberapa sekon bagi Illeana untuk mendapatkan sambutan. Ialah Marco orang yang pertama memberikan respon pada sapaan Illeana. Marco bangkit dari posisi duduknya, ia ikut mengangkat satu tangannya dan tersenyum.

"Halo, Illeana. Gua Marco, temannya Rexton."

Illeana mengangguk, "Halo Marco."

Chris menyikut Ramon yang sedari tadi melamun memerhatikan Illeana. Ramon adalah orang yang belum berkenalan dengan Illeana.

"G-gua Ramon."

Pupil mata Illeana kemudian beralih, mengikuti keberadaan Ramon. "Halo juga Ramon ."

Saat mendengar sapaan Illeana, Ramon merasa malu karena tadi sempat meledek Rexton dan Illeana.

"Sori ya kita berisik?" ujar Ramon.

"Enggak apa-apa, kok. Lagipula memang Rexton dan aku, kita berdua terus melewati malam yang panas bersama."

Satu ruangan itu terkejut saat mendengar ucapan Illeana. Bukan Rexton yang mengiyakan, tetapi justru Illeana?

DE(VI)LICIOUS SERIES [END]✓Where stories live. Discover now