Bab 25: Kekalutan

46 6 3
                                    

Sudah lebih dari 4 jam Illeana meninggalkan apartemen, tetapi sampai saat ini Illeana belum juga kembali ke apartemen mereka.

Hari kini sudah sore, perasaan khawatir Rexton juga sudah semakin tidak terbendung. Sesekali Rexton melirikkan matanya ke arah jendela, langit perlahan senja tetapi belum ada tanda-tanda Illeana akan menunjukkan batang hidungnya.

Tak tahu mengenai keberadaan Illeana, Rexton pun menggerang frustasi, ia lantas mengutuk dirinya sendiri.

Kalau saja Rexton sedikit lebih tegas saat memberikan jawaban kepada Illeana, semua ini tidak akan terjadi. Illeana tidak akan menghilang dan tidak diketahui keberadaannya. Kini nasi sudah berubah menjadi bubur, Rexton sudah tak tahu lagi harus mencari Illeana kemana.

Sejujurnya setelah tiga jam mengitari daerah sekitar apartemen, Rexton sama sekali tak menemukan keberadaan Illeana di manapun. Kalau saja Rexton langsung mengejar Illeana di detik di mana Illeana keluar dari apartemennya, Rexton mungkin tidak akan kehilangan jejak gadis itu.

Ingatan terakhir tentang Illeana kembali berputar dalam kepala Rexton, membuat Rexton akhirnya jatuh bersimpuh. Dirinya kini diliputi rasa ketakutan dan kekhawatiran. Apakah ini hukuman untuknya karena dulu sempat menginginkan Illeana pergi dari hidupnya?

Rexton tidak tahu bahwa Rexton akan kehilangan Illeana secepat ini.

Apakah keinginan bodohnya dulu menjadi kenyataan, Illeana benar-benar pergi dari hidupnya?

Drrrt ... drrrt ...

Di tengah lamunannya, Rexton dapat merasakan getaran pada ponselnya, tanda bahwa seseorang kini tengah menelponnya.

Rexton melirikkan matanya tanpa minat ke arah ponsel. Ia sama sekali tak memiliki minat untuk mengangkat panggilan itu, tetapi saat Rexton melihat kontak pada dial telponnya, amarah langsung menguasai dirinya.

Buru-buru Rexton mengangkat panggilan itu dan menyerapahi lawan obrolnya, "Denger ya, bangsat. Ini semua salah lu, sekarang Illeana jadi pergi dari sini. Kalau sampe terjadi apa-apa sama Illeana, gua bakal buat perhitungan sama lu, sialan."

Sebelum orang di sebrang sana memberikan reaksi atas sumpah serapah yang dilontarkan Rexton, Rexton segera menutup panggilannya. Rexton tak ingin mendengar suara lawan obrolnya.

Ada setitik rasa puas yang bercokol dalam hati Rexton setelah ia meluapkan perasaan kesalnya pada dalang di balik semua ini; siapa lagi kalau bukan Jourell.

Mengingat Jourell membuat Rexton teringat kembali akan kesalahannya pada Illeana.

Seharusnya siang tadi Rexton tidak meninggalkan Jourell bersama Illeana di apartemen, seharusnya Rexton tidak menurunkan rasa waswasnya terhadap Jourell walau sebentar saja, seharusnya ia membawa Illeana bersamanya.

Seharusnya, seharusnya, dan seharusnya, adalah kata yang selalu muncul dalam benak Rexton saat ini.

Meski sudah meluapkan perasaan kesalnya pada Jourell, nyatanya masih tersisa banyak kekhawatiran dalam benak Rexton. Merasa berat, Rexton menghela napasnya, bahunya pun ikut mengendur karena rasa khawatir yang tidak berhenti menderanya. "Kapan lu balik, Illeana?"

Rexton menyalakan layar ponselnya yang sempat mati, melihat jam yang tertera di sana. 30 menit lagi, kalau dalam waktu 30 menit Illeana tidak kembali ke apartemen mereka, Rexton memutuskan akan mencari Illeana kemanapun, mungkin ia juga akan membuat laporan ke kepolisian. Rexton sudah tidak peduli lagi, akan ia lakukan beragam cara untuk menemukan Illeana. Walau ia harus pergi ke ujung dunia sekalipun, Rexton akan melakukannya.

Kini harapan Rexton yang tersisa hanyalah Illeana yang datang sendiri kembali ke apartemen mereka. Rexton ingin menjadi orang yang menyambut Illeana saat Illeana pulang ke rumah mereka seperti yang dilakukan Illeana selama ini kepadanya.

DE(VI)LICIOUS SERIES [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang