"Ya udah deh aku cari Sing dulu ya bentar," Zayyan hendak bangkit dari tempat duduknya, namun tiba-tiba Leo langsung menahan lengannya.

"Udah Hyung, nggak usah dicari. Toh bentar lagi waktu istirahat juga bakal kelar, dan kita pasti akan ketemu Sing lagi dikelas," ucap Leo.

"Iya, sih. Tapi takutnya tuh bocah belum makan siang," Zayyan mengkhawatirkan Sing.

"Udah nggak usah dipikirin, dia udah gede ini. Badannya juga kan lebih gede dan bongsor dari pada kita berdua, pasti cadangan lemaknya lebih banyak dan cukup untuk kebutuhan energinya selama seharian penuh," ucap Leo.

"Ya nggak bisa gitu, Leo! Nanti Sing bisa lemas dan nggak fokus mengikuti pelajaran, kalau dia nggak makan. Dan aku juga takut nanti dia sakit," Zayyan begitu sangat mengkhawatirkan Sing.

"Yaelah, cuma nggak makan siang doang masa sampai segitunya?" Leo menyepelekan.

"Aku cari Sing dulu ya!" Zayyan bersikukuh ingin mencari Sing dan mulai bangkit berdiri.

Namun sayangnya bertepatan dengan itu, bel masuk kelas pun berbunyi yang menandakan bahwa waktu istirahat mereka pun telah berakhir.

"Tuh kan Hyung, udah waktunya masuk lagi. Yuk buruan, kita ke kelas!" Ajak Leo sambil merangkul pundak Zayyan.

"Kamu duluan aja ke kelasnya, aku masih ada urusan bentar!" Tolak Zayyan sambil menyingkirkan tangan Leo yang bertengger dipundaknya. Membuat Leo jadi sedikit cemberut.

"Mau ngapain lagi sih, Hyung? Mau nyariin Sing? Kan nanti juga ketemu dikelas?" Ujar Leo kesal.

Kebetulan saat itu Gyumin pun lewat didepan mereka.

"Gyumin-ie, nitip Leo ya, tolong bawa sekalian ke kelas!" Ucap Zayyan sambil mendorong Leo ke arah Gyumin.

"Oh, oke!" Jawab Gyumin.

"H-Hyung??!!" Leo hendak protes, tapi Zayyan keburu berlari menjauh.

"Udah yuk buruan ke kelas, nanti diomelin Bu Guru loh kalau telat masuk!" Gyumin yang tidak tahu apa permasalahannya, hanya bisa menarik Leo untuk kembali ke kelas bersamanya.

***

Rupanya Zayyan pergi ke counter makanan untuk mengambil satu buah roti dan sebotol air mineral.

"Lumayan buat ngisi perutnya Sing nanti," batin Zayyan.

Ia pun berjalan menuju ke kelas. Ditengah perjalanan menuju ke kelas, Zayyan merasa ada yang mengawasinya dari luar pagar pembatas gedung yang terbuat dari besi itu.

Zayyan pun menoleh ke arah pagar yang mengelilingi gedung sekolah tersebut. Jarak antara pagar pembatas dengan Zayyan saat ini agak jauh memang, tapi dari sela-sela jeruji pagar itu dirinya masih bisa melihat sesosok pemuda yang berdiri melihat ke arah gedung sekolah itu dari luar.

Tapi kalau dipikir-pikir lagi pemuda itu sepertinya juga melihat ke arah Zayyan. Zayyan yang tak mengenal siapa sosok pemuda berwajah sendu dan bermata sayu tersebut pun tak berani menegornya.

"Ini kan di Korea, bukan di Indonesia, jadi mendingan nggak usah sok ramah dan sok akrab kali ya? Lagian kan nggak kenal juga," batin Zayyan.

Tapi dirinya masih sempat menengok ke arah pemuda itu lagi. "Tapi kenapa ya dia ngeliatin aku terus? Apa karena aku ganteng dan menawan ya? Ceileh...pede banget ya aku hihihi...," Zayyan tertawa dalam hati.

Pemuda itu masih terus mengamati Zayyan dengan mata yang penuh kesedihan, sampai Zayyan akhirnya tiba didepan pintu kelasnya. Padahal kelas Zayyan berada dilantai dua, tapi pemuda itu masih terus mengikuti pergerakan Zayyan.

Friendship (Xodiac) End√Where stories live. Discover now