Bab 25 Ujung Gua yang Sempit

Começar do início
                                    

Saus salad membuat semangkuk sayuran itu tidak terlalu buruk rasanya. Tapi tetap saja, Abelle memakannya dengan sekali kunyah lalu langsung telan.

Lima belas menit kemudian Mita keluar dari kamar dengan kondisi rambut basah sehabis keramas. Ia menyusul Abelle di meja makan. Tapi selama lima belas menit itu pula saladnya baru berkurang seperempat karena diselingi dengan air putih setelah menyuap sesendok. Abelle benar-benar berjuang untuk menghabiskan salad itu.

“Enak ‘kan saladnya? Itu salad mahal lho, Mama beli di Mall Diamond.”

“Enak … Ma,” jawab Abelle dengan senyum terpaksa.

“Nih, Mama juga pesen salad yang sama kayak punya kamu.” Mita mengeluarkan satu salad lagi dari tas nya. Ia memakannya dengan lahap.

“Oh ya, Ma … Aku mau bilang sesuatu.”

Mita menoleh sambil mengunyah salad nya. Ia memasang wajah serius setelah melihat sorot mata Abelle yang memberi sinyal tak biasa.

“Aku keterima di DBL, Ma!”

Mita terkejut. Tapi cara terkejut Mita membuat Abelle salah paham. Mita hanya menaikkan alis dan mulutnya membentuk huruf ‘o’. Abelle menyimpulkan ibunya itu tidak bersemangat mendengar kabar bahagia darinya.

“Oh, ya? Bagus, dong, kalo gitu,” Mita mengelus tangan Abelle di atas meja.

Sentuhan itu mengubah perasaan Abelle. Hangatnya telapak tangan Mama menjalar di punggung tangan Abelle. Ia tersentuh karena Mama mengakuinya. Mama ikut bahagia dan bersemangat mendengar kabar dari Abelle.

“Makasih, Ma …” Selera makan Abelle bertambah sedikit mendengar pujian itu.

“Habis itu gimana? Kamu bakal lebih sering sparing? Lebih sering latihan?”

“Ehm, itu …” Abelle tiba-tiba gugup.

"Kalo kepilih DBL, artinya aku harus latihan di tempat DBL, di luar kota. Bulan depan, aku harus … pindah …"

"Pindah?!" Mita hampir menyemburkan selada yang baru meluncur di tenggorokannya.

Mita menenggak air putih untuk menenangkan diri. Abelle terkejut melihat reaksi Mita seperti ini.

“Kalo Abelle pindah, Mama sendiri di sini, dong?” nada suara Mita melemah.

Sendirian … Ya, memang itu fakta yang akan terjadi. Memangnya selama ini Mama tidak pernah terpikir bahwa anaknya juga selalu sendirian? Mita baru pulang kerja di malam hari, setelah itu langsung mandi, makan malam, dan pergi ke kamar untuk melanjutkan pekerjaan di laptopnya atau lewat telepon. Abelle sudah terbiasa dengan perubahan itu selama beberapa tahun terakhir. Meski di awal Abelle agak kaget karena saat mereka masih bertiga dengan Bagas, Mama selalu pulang di sore hari, lalu di malam hari mereka mengobrol bersama sambil menonton televisi. Kehangatan suasana dengan kedua orang yang Abelle sayangi itu kini tak terasa lagi. Lenyap dan hanya menjadi memori.

“Ma, ini kesempatan berharga buat aku. Ini nggak akan terulang dua kali. Selama ini aku capek-capek latihan, pulang sore hampir ke malem, buat apa? Buat DBL ini, Ma.” Abelle meyakinkan ibunya. Mita perlu tahu bagaimana lelahnya perjuangan yang Abelle lakukan selama ini, dan kali ini Abelle akan mendapat bayarannya, yaitu DBL.

“Abelle nggak kasian sama Mama? Kita sekarang cuma berdua, ayolah kita saling melengkapi satu sama lain …” lirih Mita menatap anaknya dalam.

Abelle mendecakkan lidah, “bukan gitu maksudku, Ma.” Abelle mulai kesal karena Mama bicara seolah ialah korbannya. Padahal Abelle sedang membicarakan dirinya, kenapa Mama malah memutar balik topik obrolan?

“Terus apa, Abelle? Mama nggak bisa biarin kamu ke luar kota sendirian, nanti kalo kenapa-napa gimana? Mama juga nggak ada yang nemenin di sini, Belle.”

“Dari dulu aku nggak pernah minta banyak hal ke Mama! Aku cuma pengen sekali ini aja, Mama dengerin apa yang aku mau. Tolong, Ma!” Abelle meninggikan suaranya, tangannya terkepal sampai merah di bawah meja.

Mita tersentak melihat Abelle yang baru saja meninggikan suara di hadapannya. Ia menghela napas.

"Mama … sayang kamu, Abelle. Kenapa kamu berubah jadi begini, Sayang? Dulu kamu selalu nurut sama Mama."

Emosi Abelle tersulut mendengarnya, "iya, aku selalu nurutin Mama karena dulu aku nggak tahu apa-apa. Sekarang, aku udah ngerti semuanya. Intinya, aku tetep pergi karena ini mimpiku.”

<><><>

Surprise! BJAM update!! Mau denger menurut kalian chapter ini gimana, unexpected kan? 🥲 Begitulah lika-liku kehidupan Abelle yang rumit 😭

Jangan lupa vote ⭐ dan komen 💬 yaa karena bentar lagi BJAM tamat!! Thanks! ><

Jangan lupa vote ⭐ dan komen 💬 yaa karena bentar lagi BJAM tamat!! Thanks! ><

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.
Between Jersey & Macaron (END✓)Onde histórias criam vida. Descubra agora