The Day

18 4 0
                                    

Mengemudikan mobil di tengah pusat kota Jakarta pada pukul setengah lima sore di hari kerja seperti ini memang salah satu perbuatan yang konyol. Bahkan setelah segala peraturan yang diberikan oleh pemerintah tak serta merta meredakan macet didaerah tersebut pada saat jam berangkat atau pulang kerja seperti ini.

Sebenarnya tidak perlu menyalahkan pemerintah. Segala peraturan akan berjalan kalau yang diatur mau melaksanakan bukan putar otak bagaimana menyiasati segala aturan. Jadi, jika macet tetap terjadi seperti ini ya memang hanya tiga pilihan pilihan. Tidak perlu naik kendaraan pribadi atau tidak perlu lewat sana atau ini pilihan paling memungkinkan yasudah pasrah saja dengan keadaan.

" I gibuneun mwoya eotteokhae. Aju Nice Aju Nice Nice Aju "



Ariel menoleh ke arah wanita yang duduk di kursi penumpang di sampingnya yang nampak bahagia-bahagia saja dengan kemacetan ibu kota ini, lihat saja bagaimana cerianya dia menyanyikan lagu dari boyband korea itu yang cuma Ariel tau arti belakangnya saja. Aju Nice (Very Nice)


Tidak, Ariel tidak belajar bahasa korea. Ia hanya ikut kecanduan drama korea lagi-lagi karna wanita di sebelahnya itu.


"kak lu ngga ngerasa stress atau gimana gitu kak lihat jalanan didepan?"

Rachella menggeleng.

"lagi lu itu baperan banget. Apa-apa distressin. Udah tau kita emang lewat jalan macet ya enjoy aja lagi. Spare time waktu lebih banyak biar ngga buru-buru. Lingkungan kan akan gitu-gitu aja, tinggal kitanya yang gimana. Kalau setiap kali kita harus stress untuk hal seperti itu sama aja buang-buang energi" Jawab Rachella yang kemudian meminum Latte Ice nya.

Ariel tak menyahut. Ia hanya memperhatikan Rachella saja. Mungkin memang begitu ya isi kepala orang sukses, dibandingkan menggerutu akan masalah ini dan itu mereka lebih memilih mencari solusinya.


Lihat saja bagaimana Rachella sudah siap dengan ice lattenya dan beberapa cemilan lainnya. Ia juga memutar musik yang menghidupkan suasana menjadi lebih ceria.


"Mau gantian bawa mobilnya?" Tawar Rachella.


Ariel menggelengkan kepalanya. Kemudian ia letakan dagunya pada kemudi mobil.


Tangan Rachella menepuk-nepuk punggung Ariel.

"Sabar... Sabar riel. Lagi pula kan kamu cuma sisa beberapa hari menghadapi macet dan polusi di Jakarta kan? Habis ini kan kamu akan ke Raja ampat nah di sana ngga kaan macet deh.. Kamu bisa naik sapi? Oke kan?"



"Kakk"


Rachella terkekeh lagi. Tangannya masih tetap menepuk-nepuk punggung Ariel.


"Kamu akan rindu macet ini tau"


"Ngga lucu"


"Aku loh kurang baik apa coba sebagai atasan kamu? Kamu suka kerja aku kasih kerjaan banyak. Kamu suka jalan-jalan aku kasih pekerjaan lapangan dan sekarang kamu ngga suka macet aku kasih kamu kerjaan yang naik sapi. Kosong jalanan deh itu kamu bisa balap sapi di sana."


Ariel tak menyahut dengan suara. Melainkan mencibir dengan bibirnya.


***


Setelah semua drama-drama pemindahan tugas selama ia di papua sana nanti, akhirnya tiba juga hari keberangkatan Ariel.


Saat ini Ariel sudah berada di dalam pesawat menuju kota Sorong papua. Untuk smapai di Kapatcol ia perlu melewati beberapa perjalanan panjang. Dari Sorong ia perlu terbang lagi ke Waisai, Waisai  bisa dikatakan sebagai pintu gerbang masuk raja ampat dan untuk menuju pulau-pulau berikutnya bisa menggunakan kapal. Seperti halnya Ariel, setelah nanti ia sampai di Waisai ia masih harus menyebrang dengan kapal agar sampai pada tujuannya.



Jakarta-Sorong sedikitnya akan membutuhkan waktu perjalanan 5 jam melalui jalur udara. Untuk mengisi waktu itu Ariel memilih melihat -lihat file di dalam tabnya.


Setelah ia mempelajari tugas yang diberikan oleh Rachella. Sebenarnya Rachella bukan akan membuat resort baru. Melainkan sedang menimbang untuk membeli Resort milik rekannya dan merenovasinya.



Ariel menghentikan kegiatan bekerjanya. Ia memilih menatap keluar jendela pesawat. Tidak seperti saat di atas langit jakarta dimana ia masih melihat warna abu dari polusi. Saat ini hamparan langit biru dan awan putih saja yang ia tangkap dengan netranya. Sepertinya ia sudah jauh dari ibu kota.



Ia pernah melakukan perjalanan yang lebih jauh. Tapi kali ini ada perasaan yang berbeda. Entah karna tempat yang ia kunjungi mungkin akan memiliki keadaan yang sangat berbeda dengan di tempat tinggalnya. Atau karna ia akan tinggal untuk waktu yang cukup lama. Sebab biasanya perjalanan bisnisnya hanya untuk beberapa hari saja.



Perasaannya tiba-tiba saja kembali sendu. Beberapa hari ini entah mengapa ia jadi lebih sering merasa tiba-tiba sendu.


Ia merasa sepi.




Benar-benar deh perasaan sepi itu membuat aneh.



Pandangan Ariel beralih menatap orang-orang yang sampai pada jangkauannya. Kemudian ia berpikir.




Diantara banyaknya orang di dalam pesawat ini, apakah ada juga yang merasa kesepian sepertinya?



Sebenarnya apa-apa saja yang ada dipikiran mereka saat ini?


Sebuah proyek besar kah?

Kisah cinta yang menyedihkan kah?

Rasa kesepian seperti dirinya?


Rasa bahagia akan bertemu sanak saudara?


Atau sesederhana mereka ingin makan apa setibanya di sana?



Ariel berhenti dari semua pertanyaanya. Tiba-tiba ia teringat sesuatu. Cerita yang ia tulis saat di cafe malam itu. Bukankah saat ini bisa ia tambahkan bab baru ?


Cepat-cepat ia menyimpan ipadnya dan menukarnya dengan laptop tipis miliknya.


Untuk menulis Ariel lebih suka menggunakan Laptop.



Sebelum memulai untuk menulis. Ariel lebih dulu memasang earphone pada telinganya kemudian memutar musik.


Satu lagu pilihan yang sedang sangat ia sukai dan putar-putar ulang.


(Idgitaf_Satu-satu)



***

Yuhuu ❤️

Ariel's NoteWhere stories live. Discover now