✦𝙗𝙖𝙜𝙞𝙖𝙣 𝙙𝙪𝙖✦

14 2 0
                                    

Kirana segera menutup pintu unit apartemen milik Han ketika telah menginjak masuk. Malam ini seperti biasa pria itu mengajaknya makan malam bersama. Terdapat tiga alasan Han mengajak Kirana yaitu adanya kehadiran Shania, Sena berkunjung, dan keinginan dari pria itu sendiri. Lagi pula letak unit apartemen Kirana tidak terlalu jauh, hanya berjarak lima kamar dari sini.

Gadis itu dapat mendengar sayup-sayup suara Shania dari arah dapur beserta sahutan suara Han. Entah menu apa lagi yang akan Shania masak malam ini. Apapun itu, Kirana dengan senang hati akan menerimanya karena pacar sepupunya sangat pandai memasak.

"Oh udah nyampe," kata Han. "Tadi katanya males?"

Kirana hanya menyengir, seolah tak bersalah. Memang awalnya begitu, tapi ketika Han mengatakan Shania akan datang ia mulai merubah pikirannya. Sudah dipastikan jika Shania datang pasti gadis itu akan memasak atau membeli sesuatu, makanya tidak mungkin Kirana menolak.

"Engga jadi, soalnya ada kak Shan." katanya dengan jujur.

"Alah bilang aja lo mau numpang makan."

"Apaan sih?" balas Kirana. "Gue aslinya juga lebih pengen ketemu kak Shan doang bukan lo!"

Shania yang mendengarnya justru tertawa. "Tuh, adikmu aja lebih seneng sama aku."

"Elah bocil," keluh Han. "Mending balik deh lo!"

"Ih, kak Shan! Lihat kan, Kak? Bang Han sukanya gitu!" ucap Kirana mengadu dan berpura-pura menjadi lebih manja.

Shania buru-buru memukul tangan Han. "Diem dah, Han." kata Shania mengingatkan.

Kirana tertawa senang dan merasa menang. Ia mengejek Han yang berpura-pura hendak memukulnya tapi Kirana membalasnya dengan menjulurkan lidah. Shania yang melihat kelakuan kedua saudara itu hanya menggeleng dan tertawa.

Suasana meja makan terasa sangat hangat. Shania hari ini lebih memasak makanan ala rumah yang mengingatkannya pada ibunya. Kirana rindu pulang, tapi rasanya untuk sekarang bukan waktu yang tepat. Ia masih harus mengejar dan menyelesaikan banyak hal, terutama perihal skripsinya yang tak kunjung selesai. Kirana telah membuat timeline tersendiri mengenai hal tersebut sejak lama, tapi rasanya memang drama mengenai skripsi selalu ada saja yang berdatangan.

Malam ini Shania banyak bercerita mengenai kegiatan kantor dan kafe miliknya. Kirana mendengarkan dengan seksama cerita-cerita tersebut dan ikut merespon sembari sesekali mengambil lauk di hadapannya. Han tidak ikut banyak berkomentar, pria itu lebih memilih fokus untuk makan.

"Eh iya, terus tadi gimana magang lo?" kata Han tiba-tiba menimpali ketika Kirana telah selesai menanggapi cerita Shania mengenai barista baru di kafenya. "Aman aja kan?"

Kirana mengangguk kemudian menelungkupkan sendok. "Aman aja sih, lagian masih awal jadi engga ada yang menarik juga."

"Loh, Cila jadinya magang di mana?" tanya Shania bingung.

"Di kantornya bang Han," balas Kirana. "Tapi Cila di keuangannya sih kak, kalo abang kan di marketing."

"Yah kirain barengan,"

"Kenapa emangnya? Kamu mau nyuruh Cila jadi mata-mata di kantor?"

Kirana tertawa, begitupun Shania. "Kalo itu mah aman kak, nanti Cila bantu deh! Abang kan orangnya genit!"

"Heh bocil! Enak aja kalo ngomong!" kata Han, tidak terima.

Shania hanya tertawa. "Tapi emang niatnya sih gitu, Han."

"Heh!" kata Han lagi, masih tidak terima. "Padahal aku orangnya jujur loh, Shan."

Kirana mencibir. "Iya deh, si paling jujur." ucapnya. "Eh tadi gue juga ketemu bang Sean sih. Dia nanyain ngapain di kantor, ya udah gue jawab lagi magang. Oh iya, sama tadi pas Cila ke ruang arsip juga sempat ngobrol sama pegawai lain."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Semester Akhir | Joshua HongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang