thirteen

430 16 0
                                    

Selvia POV.

Tau gak rasanya menghindar dari orang yang kita sayang?

Tau gak rasanya menghindar dari orang yang udah kita anggep sebagai saudara kita sendiri?

Dan sekarang gue ganti pertanyaannya.

Gimana rasanya dikhianatin sama orang yang kita sayang?

Gimana rasanya diboongin sama orang yang kita anggep saudara sendiri?

Rasanya pasti sakit, men. Itu yang gue rasain.

Satu sisi, gue gak mau ngehindar dari Troy, Aira, Milly, Randy dan Milo. Tapi inget tentang apa yang mereka lakuin, emosi gue lebih besar dibanding dengan hati gue. Entahlah.

Gue stress dengan semuanya. Rasanya pengen ilang ditelen bumi aja tau ga kalo kayak gini. Gue terus menerus di kejer sama Troy, biar gue maafin dia dan yang lain. Kayak waktu tadi pas pulang sekolah.

Dia kasih sebuket bunga buat gue di depan anak-anak sekelas. Boong kalo gue gak luluh. Gue luluh, sangat luluh bahkan. Rasanya gue mau nangis, meluk dia dan mengangguk di pelukannya. Memeluk dia erat, sangat erat, agar dia tidak pergi.

Tapi sekali lagi, emosi gue lebih gede. Gue melengos pergi begitu aja ke mobil dan gue bawa ugal-ugalan. Gue pulang ke rumah yang untungnya pulang dengan selamat.

Pulang-pulang, gue langsung masuk kamar. Gak mau diganggu mama. Mama sama Liana pasti langsung nanyain gue. Bisa jadi korban kepo gue ntar ama mereka.

Tok tok tok tok

"Kakkkkkk. Buka gak! Gue dobrak nih kalo gak buka."

Tuh kan benerkan. Liana mah gila sebenernya. Tenaga badakkkk dia mah. Keliatan nya doang lemah, padahal mah, beh, lebih kejam dibanding gue.

Dengan lemas gue jalan ke pintu dan membukanya. "Apa?" tanya gw sambil berjalan ke kasur. Liana ikutin gue dan duduk di sebelah gue. Mending sih ya kalo cuma tuh bocah, ini, dia tiduran dengan kaki ama tangannya direntangkan. Gila kali ya nih cewe. Ampe kasur gue yang ukuran king aja dimakan setengah ama dia.

Stress emang. Kadang gue suka mikir, Mama tuh ngidam apa ya sampe bisa punya anak kayak Liana. Kenapa gak punya anak kayak Troy aja. Kan lumayan bisa gue cubitin hihi.. ih. Tuh kan, Troy lagi Troy lagi. Tanpa sadar gye geleng-geleng pala sendiri.

"Kak? Lu kenapa, Kak? Kesambet ye geleng-geleng sendiri?" Ih Liana kadang nyebelin sumpah.

"Gak. Harusnya gue yang nanya lu. Lu ngapain ke kamar gue? Keluar sana. Gue mau tidur. Ngantuk." Gue dorong Liana buat turun dari kasur gue.

Liana memberengut kesal. Bodo amat. Emang gue pikirin. "Gue juga lupa sih, Kak, mau ngomong apa ya tadi. Hm.. Lupa gue. Ih Kakak mah jahat. Masa aku ditinggal tidur sih. Ini kan masih siang. Baru jam 2." Liana menggoyang-goyangkan tubuh gw.

Guw langsung menatap dia dengan wajah kesal gue. "Liana Summer Cathryn! Keluar dari kamar kakak sekarang!" ujar gue formal. Oke, gue kalo udah ngomong ampe kayak gitu, biasanya Liana takut. Dan benar aja, dia pergi dari kamar gue dengan menghentakkan kakinya.

Gue memijit pelipis gue. Dosa apa coba gue bisa ampe punya ade kayak dia.

Bodo ah. Gue mau tidur.

×××××

Author POV.

"Woi. Jadi gimana nih? Cara biar Selvia maafin kita?" tjar Troy. Yap. Troy, Milly, Aira, Randy dan Milo lagi di rumah Randy buay diskusi tentang Selvia.

Randy menghela nafasnya, Aira mengedikkan bahunya. Milly dan Milo hanya bisa diam. "Gimana sih lu semua. Bikin rencana kayak gitu bisa, masa cara nyelesaiin nya gak bisa," ujar Troy.

"Gue gatau lagi Troy. Pusing gue sumpah. Baru kali ini Selvia marah sama kita. Ngambek sih tepatnya," ujar Milly.

Troy mengacak rambutnya kesal. "Makanya kalo punya mulut tuh dijaga napa. Gue bisa kasih tau dia pelan-pelan, sial."

"Ya, sorry, gue keceplosan." Milly menundukkan kepalanya.

Aira hanya bisa mengelus pundak sahabatnya itu.

"Troy, walaupun Milly salah, tapi bisa kan lu ngomongnya baik-baik," tegur Milo.

Troy kembali mengacak rambutnya frustasi. Dia hanya jngin Selvia memaafkannya. Baru kali ini dia frustasi karena cewek.

×××××

"Kak. Gue masuk ya." Liana memasuki kamar Selvia. Karena pas makan malam tadi, Selvia tidak keluar untuk makan.

Gelap. Itulah kondisi kamar Selvia sekarang.

Liana menepuk tangannya 2 kali dan lampu kamar Selvia nyala.

"Kak. Makan nih. Gue udah bawain makanan. Makan ya?" Liana duduk di kasur Selvia. Selvia masih bekum berkutik.

Akhirnya, Liana menggoyangkan tubuh Selvia dan seketika itu juga, Liana merasakan panas tubuh Selvia.

"Kak? Lu sakit ya?" tanya Liana sambil menempelkan punggung tangannya pada kening Selvia.

"Gila, Kak. Lu demam." Liana beranjak keluar dari kamar Selvia.

"Mamaaaaa. Papaaaaaa. Kak Selvia demam. Ada obat gak?" teriak Liana yang sedang mengacak lemari-lemari dapur.

Vera dan suaminya langsung turun terburu-buru. "Ada apa, Li?"

"Kak Selvia demam. Ada obat gak?" Tanya Liana tanpa menghentikkan aktifitasnya.

"Demam? Nih obatnya disini. Kamu naik dulu ya. Suruh Selvia minum obat. Nanti Mama sama Papa naik bawa air kompresan," ujar Vera.

Liana membawa obat tersebut ke kamar Selvia. "Kak. Bangun dulu. Minum obat." Selvia duduk dengan terpaksa dan meminum obatnya.

"Li. Ini air sama kain kompres nya. Papa panggil dokter dulu," ujar Papanya.

"Baik," kata Liana sambil membaringkan Selvia kembali dan menaruh kain kompresan si kening Selvia.

"Kak. Lu kok demen banget sih sakit. Aneh deh." tanya Liana lebih pada dirinya sendiri.

Liana bingung, kakaknya itu demen banget bulak-balik sakit. Entah itu sakit karena luka atau sakit yang lain.

----------------------------------------

Sorry bru update lagiiiii. Kyaaa. Vommentnya donggggg. Lagi sibuk classmeet di sklh wkwkwk yeyyyy

BAD GIRLWhere stories live. Discover now