Sing melihat gadis itu menutup mata. Siap untuk di kecup.

Sekejap ia merasa sesak, sebelum akhirnya bibirnya menyentuh bibir gadis itu.

Bibir mereka menyatu.

Disertai suara jangkrik musim panas. Nuansa gereja yang hangat, dan degupan jantung gadis itu yang terdengar jelas.






Gadis itu masih mencintainya.





Tapi tidak dengan sebaliknya.




.






.







.








Sing menggenggam handphone nya erat, begitu membaca pesan dari zayyan bahwa lelaki itu pulang lebih dulu.

Ia menyender pada senderan di belakangnya di salah satu halte. Membiarkan lalulintas jalanan menganggu pendengarannya. Membiarkan para pelajar berseragam mengganggu kesendiriannya saat mereka menaiki bus dengan suara berisik. Membiarkan bus tujuannya pergi begitu saja.

Ia hanya ingin duduk di sana, sebentar, untuk sementara waktu.

Ia harus menenangkan pikirannya.

Ciuman tadi, membuat urusan percintaan dan per-perasaannya mendominasi dirinya. Yang membuatnya tak ingin dan tak bisa pulang untuk bertemu zayyan dan meminta maaf padanya.

Ah, iya... Zayyan.

Hanya mengingat namanya saja membuat sing berdebar.

Bagaimana bisa?

Bagaimana bisa itu terjadi?

Bagaimana bisa, saat Ia seharusnya menikmati ciumannya dengan seorang gadis yang bernotabene mantannya_wajah zayyan, bayangan zayyan, bibir zayyan_justru muncul di sana.

Sing mengusak tengkuknya kasar.

Ia dalam masalah besar.

Setelah ciuman itu sing tak berkata apa-apa, Ia hanya tersenyum kecil, pikirannya di ambang lain. Membayangkan betapa liar alam bawah sadarnya yang tak ia sangka-sangka, pikirannya berkecamuk.

Semuanya salah.

Hari itu, di tengah musim panas di bulan Agustus.

Sing menyadari perasaannya. Dan kerinduan yang tiada tara_kala sosok itu tak ada di sampingnya_adalah bukti bahwa perasaannya tak salah.

Perasaan suka. Kepada sahabatnya sendiri, kepada lelaki yang bernama zayyan.








Sing mengerling saat handphone nya berdering, menyadarkannya pada realita.

Ia mengangkat telepon itu tanpa melihat namanya. Tak lagi punya semangat dan tenaga untuk melakukan hal-hal kecil seperti itu.



"Sing... Sudah sampai dorm?" Tanya si penelepon.

Suara perempuan.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanya nya lagi saat sing tak kunjung menjawab.

"Maaf membuatmu bingung. Anggap saja ciuman tadi tak pernah terjadi. Kau boleh menolakku asal kita masih berteman.... Aku ingin mengatakan ini tadi, tapi kamu keburu pulang... "

"Maksudku, walaupun aku masih menyukaimu, aku tak masalah. Aku akan menghilangkan perasaanku. Ya, butuh proses. Tapi aku pasti bisa... "

Sing menerawang. Menembus mobil dan kendaraan lainnya yang berlalu lalang.



"jayan-ah"|| XodiacWhere stories live. Discover now