𝐋 𝐀 𝐃 𝐀 𝐍 𝐆 𝐆 𝐀 𝐍 𝐃 𝐔 𝐌
Di sebuah rumah perkebunan yang terletak di sudut kota, pria muda berusia tak lebih dari dua puluh lima tahun
Yang baru saja melompat turun dari sebuah mobil bak terbuka pengangkut hasil bumi yang berhasil ia tumpangi secara cuma-cuma dari jalan desa itu
Tampak membawa kaki nya masuk melewati sebuah pagar besi yang menjulang tinggi
Setelah puas mengamati secarik kertas lusuh yang sempat tersimpan di balik saku celana nya yang lapuk.
Sebuah pintu gerbang yang menghubungkan sebuah halaman luas dengan lantai batu-bata memeta itu tampak tak terkunci
Tidak ada pos satpam ataupun penjaga, hanya ada kawasan hijau dengan pohon cemara yang mengisi setiap sudut bangunan besar berlantai dua tersebut.
Setelah berjalan beberapa saat, dan menaiki pondasi rumah yang di lengkapi beberapa bait anak tangga pada teras depan
Siluet jemari nya yang tegas dengan beberapa bekas luka lama yang menojol kemudian terangkat.
Ia menekan sebuah bell yang terpasang di samping pintu mahoni tebal berukuran besar yang tampak terlihat tangguh di hadapan nya.
Hingga setelah beberapa saat ia menunggu tanpa terduduk dengan intensitas kesabaran
Pintu bercat putih yang mempunyai warna senada dengan keseluruhan warna bangunan tersebut pun akhir nya terbuka
Menampilkan sesosok anak kecil berambut pirang yang melihat nya sambil sedikit terdongak
Wajah nya tirus, dengan sepasang iris berwarna hazel yang terang, ada bintik di antara pipi dan hidung nya yang terlihat jauh lebih kecil.
Namun perlu di pertegas jika semua hal yang tak pernah ia jumpai dalam kaum nya itu bukanlah sesuatu yang mengganggu.
Jelasnya hanya ada satu yang dapat ia simpulkan, jika bocah laki-laki yang ia perkirakan berada di kisaran angka lima belas tahun itu
Mempunyai rupa dan fisik yang sedap di pandang sama seperti anggota keluarga kaya pada umum nya.
"Felix siapa disana??!"
Ucap seorang wanita yang sukses menyita fokus kedua nya yang langsung terpecah.
Seolah tak di berikan kesempatan untuk menjawab, tubuh kecil bocah laki-laki yang di ketahui bernama Felix itu pun
Seketika langsung tenggelam di balik sesosok wanita semampai yang kini berdiri menutupi keberadaan nya.
"Selamat Sore Nyonya" Sapa pemuda yang tak kalah jangkung itu sopan, tanpa adanya perasaan rendah diri.
Wanita dengan ekspresi datar yang sengit itu hanya melirik, sekilas menelisik namun tak lama kemudian ia langsung berpaling dan lebih memilih berujar tanpa mau repot menjawab sapaan nya.
"Suamiku kemarilah ~" Pungkas nya dengan nada datar yang menukik angkuh.
Sepertinya wanita berusia empat puluh tahun yang terlihat masih segar dan awet muda ini mempunyai watak yang keras
Sekali lagi sama seperti orang-orang kaya yang berkuasa pada umum nya.
Tak salah lagi, ia pasti adalah Nyonya besar yang akan menjadi majikan nya mulai detik ini.
"Kurasa dia adalah pekerja baru yang sempat kau bahas kemarin"
Lanjut nya, mengiringi kedatangan sesosok pria dengan fitur wajah tegas yang kini menatap lekat keberadaan nya tanpa harap.