Bab 24: Kutukan Teman

Start from the beginning
                                    

Sementara itu, Jake yang mengenal betul sifat Illeana pun tak ingin membiarkan Illeana lolos dari interogasinya.

"Jangan bilang sekarang kamu ingin membuat kontrak dengan pemburu iblis itu ...?"

Mendengar tudingan yang dilemparkan Jake kepadanya, Illeana buru-buru menyanggah, "TIDAK!"

Jake pun menatap Illeana dengan pandangan penuh selidik, membuat Illeana sedikit gugup. Asal kalian tahu, Illeana bukanlah seorang pembohong yang baik. Orang yang dekat dengannya akan langsung tahu ia berbohong atau tidak saat melihat matanya.

"T-tentu saja aku tidak berbohong, Jake. Aku tidak ingin membuat kontrak dengan pemburu iblis itu. Aku masih setia dengan Rexton asal kamu tahu."

Mendengar hal itu, Jake tidak goyah, ia masih memandang Illeana dengan tatapan penuh selidik, membuat Illeana risih karenanya.

"Berhenti menatapku seperti itu. Aku serius dengan perkataanku," protes Illeana, kemudian ia mendumel dengan suara lirih, "... memangnya aku itu seperti dirimu."

"Apa?" Jake memajukan kepalanya, meminta Illeana mengulangi kalimat terakhirnya.

"Sudahlah, kamu tidak perlu tahu tentang masalah kami. Kamu tidak akan mengerti."

Jake mengangkat bahunya, "Aku tentu tidak akan mengerti kalau aku sendiri tidak tahu duduk permasalahannya."

Iloeana mendesis, mendengar balasan Jake. "Baiklah, baiklah. Aku benci dengan Rexton saat ini. Kamu tahu, hari ini aku baru tahu bahwa dia impoten."

"Dia impoten?"

"Tentu saja tidak."

Jake mendesis, menahan sumpah serapah yang sudah berkumpul di ujung lidahnya saat mendengar jawaban Illeana yang tampak membingungkan. "Itu bagus kalau dia tidak impoten. Jadi, apa masalahnya kalau begitu?"

"Teman laki-lakinya. Jourell."

"Kenapa dengan temannya?"

"Dia menyukai Rexton."

Mendengar perkataan Illeana, Jake sontak tertawa. "Jadi kamu punya saingan?"

"Berhenti tertawa!"

"Hahaha, baiklah, baiklah," Jake berusaha meredam tawanya, "Lalu, apa hubungannya Jourell-Jourell itu dengan masalah manusiamu yang impoten?"

"Jourell yang memberitahu tentang hal itu kepadaku." Illeana membalas dengan bibir cemberut, matanya kemudian menatap ke arah Jake, "Jangan coba-coba tertawa."

"Baiklah, baiklah." Jake berusaha menahan tawanya yang siap menyembur, "Kamu sudah bertanya pada manusiamu?"

Illeana mengangguk.

"Lalu, bagaimana reaksi manusiamu?"

"Rexton tidak mengatakan apa-apa tentang masalah itu."

"Kalau begitu, coba temui manusiamu sekali lagi."

"Bagaimana kalau dia tetap diam?"

"Mungkin manusiamu menyukai Jourell-Jourell itu."

"HEI!" Illeana tak terima dengan pendapat yang diberikan Jake.

"Baiklah, maafkan aku. Sekarang ayok kita pulang." Jake mengulurkan tangannya. "Aku akan mengantarmu kepada manusiamu."

Illeana tampak berpikir sebentar sebelum akhirnya menerima uluran tangan Jake. Meski Jake sering bermain-main dengannya, sebenarnya Illeana merasa beruntung karena Jake menemukannya saat ini dan membantunya.

"Baiklah. Terima kasih, Jake."

"Tidak masalah, Illie. Itu bukan apa-apa bagiku."

***

"Nah kita sampai," Jake menepikan mobilnya tepat di depan gedung pencakar langit yang menjulang tinggi, bangunan itu adalah apartemen yang dihuni oleh Rexton dan juga tempat yang diarahkan Illeana kepada Jake sebagai destinasinya.

"Terima kasih, Jake." Sekali lagi Illeana berterima kasih pada Jake.

"Jujur, kamu tidak harus selalu mengucapkan terima kasih kepadaku setiap aku membantumu, Illie. Hal-hal seperti ini bukanlah apa-apa bagiku, kita ini teman, bukan?" ujar Jake santai, "Tetapi, kalau kamu masih merasa sungkan kepadaku, sebagai gantinya, bagaimana kalau kamu melakukan kontrak denganku?"

"Dalam mimpimu, Jake."

Jake tertawa kecil saat melihat reaksi Illeana. Illeana, temannya itu, selalu sama. Tak berubah sama sekali.

"Sekarang keluarlah."

Illeana menatap Jake dari sudut matanya, "Kamu mengusirku?"

"Tentu saja tidak kalau kamu mau---"

"Baiklah, baiklah," potong Illeana sebelum Jake menyelesaikan perkataannya. Sebab, Illeana tahu apa yang ingin dikatakan laki-laki itu. Pasti ingin menawarkan kontrak dengannya lagi.

Dengan cepat Illeana turun dari mobil, dirinya tak ingin berlama-lama bersama Jake.

Setelah Illeana turun dari mobil, Jake lantas menurunkan kaca mobilnya, tersenyum ke arah Illeana dan berujar, "Semangat, Illie."

Illeana mengerutkan dahinya saat mendengar ucapan Jake. Semangat? Semangat untuk apa?

Belum sempat Illeana menanyakan maksud perkataan Jake, Jake sudah lebih dulu menjalankan kendaraannya dan meninggalkan Illeana seorang diri.

Sepeninggalan Jake, Illeana dapat merasakan jantungnya berdegup kencang kala melihat bangunan di depannya. Bagaimana reaksi Rexton ya saat melihat Illeana kembali pulang ke apartemennya?

DE(VI)LICIOUS SERIES [END]✓Where stories live. Discover now